Tiga [Last]
c/w: Part ini mengandung unsur dewasa, be wise and read on your own risk!
Awalnya hanya suara bel yang beberapa detik kemudian disusul dengan gedoran di pintu unit apartmentnya. Nadina yang awalnya sudah bersiap untuk tidur cepat malam ini karena usahanya menggoda Harvi gagal.
Sebenarnya itu juga bukan sepenuhnya salah Harvi untuk tidak peka pada 'undangan' Nadina. Antara Harvi yang bodoh atau memang karena lelaki itu tidak memiliki pikiran kotor yang mengarah ke sana.
Awalnya, Nadina pikir Harvi hanya seperti laki-laki di luaran sana yang selalu berpikiran kotor dan menyukai hal-hal mesum apalagi ketika Nadina mengetahui lelaki itu berlangganan kontennya. Meski Nadina sendiri tidak memposting foto vulgar di akun only fansnya, tetapi Nadina tahu bagaimana isi orang-orang di platform itu. Kebanyakan dari mereka memang memposting hal berbau dewasa di sana, sehingga usernya pun kebanyakan memang orang-orang yang menyukai hal-hal seperti itu.
Tetapi seiring waktu, Nadina tahu bahwa Harvi adalah lelaki baik dan sopan terhadap perempuan. Bahkan saat ia mengetahui rahasia Nadina, tidak ada tatapan menghakimi ataupun mesum. Harvi bahkan tidak pernah membahasnya karena takut menyinggung Nadina. Meski Nadina sendiri merasa kontennya bukan sesuatu yang memalukan, tetapi melihat sikap Harvi membuatnya sedikit tersentuh.
Harvi mungkin bukan pria paling tampan yang pernah Nadina temui. Tetapi lelaki itu memiliki charisma yang sulit dijelaskan oleh nalar. Apalagi setiap mereka berpapasan di jam pulang kerja atau saat Nadina sengaja mendatangi unit Harvi untuk mengambil paketnya di malam hari. Nadina sangat suka saat Harvi masih mengenakan setelan kerjanya yang sudah terlihat acak-acakan karena seharian bekerja. Rambutnya juga biasanya sudah tidak tertata rapi lagi yang malah membuatnya terlihat seratus kali lebih tampan.
"Mas Harvi?" Nadina terkejut ketika membuka pintu dan melihat Harvi berdiri di pintunya. "Ada apa Mas Harvi?" tanya Nadina kebingungan.
Nadina memang kesal karena pesan terakhir Harvi tadi. Tetapi bukan pada Harvi melainkan pada dirinya sendiri. Nadina tidak pernah merasa dirinya segatal ini. Tetapi setiap kali ia melihat dan menghabiskan waktu bicara dengan Harvi, yang Nadina bayangkan hanyalah ingin merasakan lelaki itu mendekapnya penuh kehangatan, menciumnya dengan panas dan meraba kulitnya dengan lembut.
Shit, apa yang baru aja gue pikirin?
Nadina tahu ini bahaya. Ditambah Harvi kini tampil acak-acakan masih dengan setelan kerjanya. Benar-benar bahaya.
"Nad—kamu...kamu udah baca chat aku?" tanya Harvi, terdengar ragu dan...ketakutan? Entahlah, Nadina tidak bisa terlalu menilainya.
Nadina mengernyit. "Chat?" Nadina kemudian melihat ke ponselnya yang memang berada di tangan sejak tadi. Ia sudah menyalakan mode do not disturb sejak percakapan terakhir mereka jadi Nadina tidak tahu kalau ternyata Harvi mengirimkan pesan baru sekitar dua puluh menit yang lalu.
Akal sehat atau harga diri? Sepertinya Nadina sudah kehilangan keduanya. Ia lalu menarik kerah kemeja Harvi tanpa memberikan lelaki itu kesempatan untuk memproses apa yang terjadi.
Nadina menarik Harvi ke dalam ciuman. Bukan ciuman lembut tentu saja. Ciuman itu bergairah, panas, seolah Nadina sedang kelaparan dan sudah terlalu lama tidak merasakan sentuhan bibir lelaki di bibirnya.
Dan memang, sudah hampir tiga tahun sejak terakhir kali Nadina punya pacar dan seseorang menciumnya. Kini, Nadina seperti rubah liar yang kelaparan memakan mangsanya.
Harvi belum pernah berciuman sebelum ini. Ok, pernah, tapi itu waktu masih SMA di acara prom night, itu pun hanya kecupan yang tidak berarti apa-apa. Dilakukan secara amatir sebagai anak ABG yang penasaran.
Tetapi Harvi adalah seseorang yang memiliki skill untuk cepat beradaptasi. Dalam waktu beberapa detik saja, Harvi bisa membalas ciuman Nadina meski awalnya terlalu takut untuk melakukannya.
Harvi menyelipkan tangan besarnya ke tengkuk Nadina, membuat perempuan itu mengemut bibir bawah Harvi lebih keras. Tengkuk adalah titik sensitive Nadina dan Nadina suka bagaimana tangan hangat dan lebar milik Harvi merengkuhnya di sana.
Nadina tidak tahu bahwa ini ciuman pertama Harvi. Tidak akan tahu karena Harvi benar-benar membalas Nadina dengan sangat professional. Sebelah tangannya yang lain kini memeluk pinggang Nadina. Sedangkan kedua tangan gadis itu juga sudah melingkari leher Harvi.
Keduanya baru berhenti saat merasa oksigen mulai menipis dan Nadina sadar kalau ia bahkan belum sempat menutup rapat pintu apartmentnya. Siapapun yang lewat di depan unit Nadina mungkin bisa mendengar bunyi kecipak antara pertemuan bibir mereka.
Harvi mengatur napas, begitupun dengan Nadina dan mereka saling tatap sebelum kemudian tertawa.
"What the hell were we doing, Mas?" tanya Nadina masih menolak melepaskan tangannya dari leher Harvi sehingga mereka bisa merasakan napas satu sama lain menyentuh wajah mereka.
Harvi menggeleng. Ia mendekatkan wajahnya, menempelkan dahi mereka. "I don't know Nad, yang aku tahu aku cuma mau kamu." Suara Harvi serak dan berat. Dan hanya ada satu arti dari perubahan suara itu. Harvi bergairah.
Ciuman mereka terlalu panas, ditambah perasaan yang membuncah. Dan ini pertama kali untuk Harvi melakukan hal intim dengan lawan jenis.
"How much?" tanya Nadina, tentu saja untuk menggoda Harvi. "How much do you want me, hm?" Nadina mengeratkan pelukannya pada leher Harvi. Mengarahkan wajahnya untuk berbisik langsung di telinga lelaki itu meski harus sedikit berjinjit karena perbedaan tinggi tubuh mereka. Nadina bisa mencium aroma maskulin dari perfume yang Harvi gunakan bercampur dengan aroma tubuhnya. Membuat Nadina ingin memakan lelaki itu saat ini juga.
"A lot, Nad, can I?" tanya Harvi serius.
Nadina tidak langsung menjawab. Ia malah melepaskan pelukannya dan berjalan meninggalkan Harvi yang masih berdiri di tempatnya. Lelaki itu berpikir ia ditolak.
Tetapi Nadina tidak membiarkan Harvi kecewa terlalu lama. Ia hanya ingin menjawab pertanyaan Harvi dengan caranya.
Nadina menjatuhkan robe dari nightgown yang dikenakannya hingga menyisakan gaun tipis berbahan satin warna hitam yang membalut tubuh cantiknya. Harvi bisa melihat bagaimana tubuh Nadina di balik kain tipis yang menerawang tersebut. Nadina tidak menggunakan apapun di balik sana dan Harvi baru menyadarinya.
Ia menelan ludah.
"I'll give you ten minutes to take a shower," ucap Nadina dengan tatapan sensual. "After that, you can take me however you want. I'm all yours tonight, Mas Harvi."
Harvi tidak pernah berlari secepat itu menuju kamar mandi sebelum memastikan seluruh tubuhnya benar-benar bersih malam itu.
***
"Kayak gini, Nad?" bisik Harvi serak. Bibirnya masih menelusuri kulit tengkuk Nadina yang posisinya membelakanginya. Sebelah tangan Harvi, lebih tepatnya satu jarinya tengah bersarang di dalam area hangat dan lembab milik Nadina di bawah sana dalam bimbingan Nadina.
Harvi telah berkata jujur pada Nadina bahwa ini adalah pertama kalinya menyentuh perempuan sejauh ini dan Nadina memaklumi bahkan merasa Harvi sangatlah menggemaskan. Setidaknya sebelum Nadina berhasil mengajari Harvi beberapa hal dan lelaki itu mampu melakukannya di luar ekspetasi Nadina.
Harvi sepertinya memang berbakat di atas ranjang.
{full on additional part version di karyakarsa}
Gerakan naik turun kepala Nadina semakin cepat dan sesaat kemudian tubuh Harvi menegang sempurna dan ia pun menyemburkan cairannya di mulut Nadina. Semua terjadi begitu cepat sampai Harvi tidak sempat mengeluarkan miliknya.
Nadina sedikit terbatuk karena semburan cairan Harvi ada yang mengenai tenggorokannya. "Uhuk—" Nadina tidak pernah berniat untuk menelannya. To be honest, Nadina bahkan tidak suka rasanya. Jadi ia mengambil tissue di atas nakas dan melepehkannya di sana. Ini bukan film biru di mana Nadina harus berpura-pura suka rasanya cairan kental putih tersebut.
Harvi masih dilanda pasca orgasme dan sedang focus mengatur napasnya sebelum kemudian sadar apa yang baru saja terjadi. Cairan putih tampak mengotori sisi bibir Nadina, Harvi panik. "Nad astaga, maaf Nad aku kelepasan..." Harvi mengusap bibir Nadina dari sisa noda cairannya. "Maaf..."
Nadina tertawa sebelum menjatuhkan dirinya ke atas tubuh Harvi dan memeluknya. "Should we continue?"
Malam mereka masih sangat panjang.
***
3 months later...
Setelah malam itu, keduanya resmi menjadi sepasang kekasih. Dan sebagai pasangan baru, keduanya benar-benar tidak tahu caranya untuk berhenti.
{full on additional part version di karyakarsa}
"Mas!" Nadina tidak tahu seberapa keras ia mendesah. Kalau saja apartment mereka tidak memiliki soundproof, Nadina yakin tetangga mereka pasti sudah datang untuk protes karena suara mereka yang berisik. "Se—sedikit lagi, Mas!"
"Me too, Nad, sedikit lagi."
Harvi sedikit berjalan hingga kini punggung Nadina menyentuh dinginnya tembok di belakangnya. Di posisi ini, miliknya benar-benar menekan penuh pada titik terdalam Nadina.
Keduanya pun sampai hampir bersamaan. Harvi meletakkan Nadina ke atas kasur dan menyusul di sebelahnya. Keduanya tidak punya tenaga lagi untuk sekadar pergi ke kamar mandi dan membersihkan diri. Tetapi Harvi menyempatkan diri untuk menyelimuti tubuh polos Nadina. Biasanya, Harvi lah yang lebih dulu tidur setiap kali mereka selesai melakukan seks. Tetapi malam ini, Nadina lebih dulu tertidur.
Harvi tersenyum dan mengecup bibir Nadina sekilas. Sebelum menegakkan tubuhnya dan menarik laci nakas. Sebuah kotak berwarna tiffany blue menyambutnya. Harvi mengeluarkannya dan mengeluarkan sebuah cincin cantik dari dalam sana.
Harvi tahu seharusnya ia menunggu Nadina bangun ketika menyelipkan cincin tersebut ke jari manis Nadina. Harvi mengecup punggung tangan Nadina sebelum kemudian mengusap puncak kepalanya.
Will you marry me, Nadina Aruna Putri?
***
Dear nadnad96's lovely subscriber
I hope this message finds you well. I wanted to take a moment to share some important news with you. After much consideration, I've decided to close my account permanently.
This decision wasn't easy, and it comes with a mix of emotions. I've truly appreciated your support and engagement throughout our time together. Your presence has meant the world to me, and I want to express my deepest gratitude for all the support you've shown.
While it's difficult to say goodbye, I believe it's the right step for me at this time. Please know that this decision doesn't diminish the value of our connection. Your support has been instrumental in shaping my journey, and I'll always cherish the memories we've shared.
I want to thank you once again for your unwavering support and encouragement. Your presence has made a difference in my life, and I'll carry the fond memories of our interactions with me.
Wishing you all the best on your own journey, and once again, thank you for everything.
Nadnad96 has deleted their onlyfans account
The End.
*
*
*
HEHEHE haloo. Ini kayaknya short story pertamaku yg aku post di wp. Sebenernya cerita ini tadinya cuma kupost di ig dan kk aja, tapi kemudian kalau dipikir2 lagi masih banyak temen2 yang baca ceritaku di wp nggak follow igku jadi yaudah akhirnya aku post di sini. Makanya kenapa ceritanya pendek banget, karena memang ini cuma short story. Ga ada konfliknya juga kalau dipikir2 just for fun aja sih... tapi semoga suka ya!
spicy scene can be read on additional part 3 yang bisa dibaca di karyakarsa.com/rapsodiary {atau bisa click link di bio dan pilih karyakarsa}
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro