Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 31


"Tinggalkan Nino di sini. Aku akan mengurusnya!"

"No! Aku tidak bisa percaya lagi denganmu!"

Terdengar suara Rose menggema di dalam ruangan. Wisang baru berjalan masuk saat percakapan itu terjadi. Ia terpaksa memarkirkan mobilnya di depan pagar karena Brandon sembarangan meletakkan mobilnya dengan posisi melintang di carport.

"Nino anakku! Aku tidak mau kamu membawanya. Mulai sekarang Nino akan ikut denganku! Aku ayah kandungnya!"

Langkah Wisang terhenti. Ia kembali mendengar suara Rose. "Tutup mulutmu Brandon! Kamu sudah setuju kan untuk tidak mengungkit hal ini!"

"Dulu aku setuju karena ditekan Daddy dan Mommy. Tapi sekarang, No. Aku akan membawa Nino. Aku akan membawa anakku. Anak kandungku. Sampai kapan kamu mau menyembunyikan jati diri Nino dari pacar tololmu itu?"

"Jangan menghina Wisang!" teriak Rose.

Wisang kini justru terduduk di ruang tamu.

"Kalian sama-sama tolol. Dia selingkuh dan kamu pun juga."

"Aku tidak percaya kalau dia selingkuh! Dia hanya cinta denganku dan anak-anak. Lagi pula kalaupun dia selingkuh, wanita mana yang mau dengan laki-laki yang selalu mengajak anak-anak tunangannya bersama dia kemanapun dia pergi. Memang ada wanita berhati tulus yang mau menerima kondisi laki-laki seperti itu? Jika dibalik posisinya, aku pun tak sudi jika Wisanglah yang duda beranak. Ada banyak laki-laki di luar sana yang bisa dipilih. Tidak perlu repot mengurus anak orang lain."

Hati kecil Wisang seolah berteriak. "Ada. Ada orang seperti itu. Dan itu adalah istriku. Mimosa Pudica."

"Rose, i love you so much. Lebih dari sepuluh tahun aku menunggumu. Come on, Rose. Buka matamu!"

"Shut your mouth off! Kita sudah mengakhiri semuanya sejak orang tua kita menikah!"

Wisang tertegun. Ada apa ini? Kenapa ia tak pernah tahu ada sesuatu di antara mereka? Padahal, ia saja tahu seluk beluk keluarga Kinza yang baru bersamanya dua minggu ini. Hati sang pria bertanya-tanya, hubungan seperti apakah yang selama ini ia bina dengan Rose? Apakah benar cinta? Lalu mengapa keduanya tak saling bertanya tentang kehidupan mereka.

Getar ponsel menyadarkan Wisang. Ada nama Nino di sana. "Nino? Nino?" teriak Wisang seolah ia baru datang.

"Papa! Pa! Can you help me packing my stuff?" tanya Nino.

Rose segera menjauh dari Brandon. "Darl, sudah siap?"

"Wanna take a shower first. Hi, Brandon." Wisang menolak pelukan Rose, ia malah menggendong Nino.

"Nino! Hey boy, let me help you!" Brandon berseru.

"No thanks, Dad. Aku mau merepotkan Papa," kata Nino sembari merangkulkan tangan pada Wisang yang menggendongnya ke lantai atas.

Brandon mengumpat pelan. Rose menggigit ujung kukunya. "Kalau sampai Wisang dengar tentang omong kosongmu, aku akan pastikan Daddy membunuhmu," ancam Rose.

Wanita itu tiba-tiba menutup mulutnya saat mencium aroma parfum Brandon. Ia mual. "Aku benci parfummu. Menjijikan."

Sementara itu, Nino menutup pintu kamar. Dua adiknya sibuk sendiri-sendiri dengan mainan mereka.

"Pa, i wanna tell you something." Nino berbisik. Wisang mengikuti ajakan si sulung.

"What's wrong, dude?" Wisang mengikuti saran Kinza untuk memperlakukan Nino seperti orang dewasa, layaknya kawan, bukan anak-anak.

Nino menunjukkan sebuah foto di jam digital serba gunanya. "Daddy said that he will kill all of you. Papa, Neyna, Noah, Ummi, and Om Sena."

Nino menghirup napas setengah-setengah seolah menetralisir semuanya. "And may be me too. Daddy cuma mau mami. Selama kami di Aussie, Daddy selalu mengunciku di kamar atau menyuruh Cindy mengajakku pergi dan dia membuat mami berteriak-teriak."

"Astagfirullah," desah Wisang. Sang pria bahkan tak tahu kapan kosa kata itu merasuk di otaknya, ya keceplosannya kini halal. Bukan lagi f**k, son of b***h, bast**d, dan lain-lain.

"I'm afraid that he will kill us." Nino memeluk Wisang.

"I don't wanna be his son. I wanna be yours. I don't want to call him Daddy anymore. He makes me scared."

Saat melihat sang kakak menangis dipelukan sang ayah Neyna mendekat. "Kakak, are you crying?"

"Papa! Papa! Look! I find it, is that yours?" tanya Nino yang bermain di area kamar mandi dalam kamar ibunya.

Wisang menanggapinya dengan sabar dan penuh kelembutan. "Let me take a look, what is it?"

Mata Wisang membelalak saat ia menemukan testpack di tangan Noah.

"Ini stick game?" tanya Neyna.

"Where did you find it?" tanya Wisang pada Noah.

"Over there," ucap si bocah polos. Ia segera ke tempat yang ditunjuk Noah. Tak hanya satu, ada beberapa testpack di sana. Semua menandakan jika pemakainya tengah mengandung.

"Darl! Kiddies! Hurry up! Kita berangkat setengah jam lagi. Kumpulkan barang kalian di tangga, nanti biar dimasukkan ke mobil sama Pak Mul."

Anak-anak patuh, mereka merapikan koper mereka masing-masing. Si kecil Noah tentu dibantu oleh kakak-kakaknya karena ia hanya mampu mengumpulkan barang tanpa bisa menatanya.

"Darl? Belum jadi mandi?" tanya Rose sembari berkacak pinggang.

Wisang mengembus napas. "Tell me, what is it?"

Mata Rose membelalak lebar. "A-ah, did you find out before i tell you? I'm pregnant. Finally, you will have your own baby, from me. Our baby."

"My baby? Are you sure?"

Rose menelan ludah. "Darl, what do you mean?"

"Nino told me that Brandon makes you scream everyday. Sedang Nino dikunci di kamar selama kalian di Aussie. Wow, aku pikir Daddy yang di sana tapi Daddynya Nino ternyata yang di sana. Kamu pergi dengan laki-laki lain dan aku mengurus anak-anakmu? Mengurus masalahmu? Aku harus sacrifice my self buat menyelesaikan masalahmu. Dan kamu membiarkan tubuhmu dinikmati pria yang notabene adalah kakakmu sendiri!"

Rose tak pernah mendapati Wisang berteriak padanya seperti itu.

"Darl, you shouting at me? Oh ... my ... Tega kamu!" tangis Rose.

Wisang membanting testpack di tangannya. "Don't playing victim! Go if you wanna go. Aku nggak akan pergi. And everything's enough. We are over now!"

"Darl! Darl! Darl! Please, don't go! Don't leave me!" Rose menghalangi Wisang pergi.

"Aku akan menggugurkannya, dan aku mohon jangan batalkan semuanya. Aku mohon. Aku mohon, Darl. Aku cinta kamu. You know that, right?" Rose menangis sembari memeluk kaki Wisang.

"Ibu macam apa yang akan berbicara sepertu itu? Dan wanita macam apa yang mengaku cinta pada suaminya sedang dia mengijinkan tubuhnya dinikmati orang lain? Hanya binatang yang bisa melakukannya! Hanya binatang, yang bisa melakukannya!"

Rose jelas tersingung. Wisang menarik kakinya menjauh.

"Ini karena wanita itu, kan? Ini karena wanita itu kan? Wanita yang seharusnya kamu bunuh tetapi malah kamu nikahi? Ha? Mana yang lebih bejat? Aku atau kamu? Oke, aku memang mengajak Brandon pergi. Tapi, aku tidak menikah dengan Brandon. Sedang kamu? Kamu menikah padahal jelas kamu punya tunangan! Wisanggeni Prahasta! Kamu juga mengkhianatiku!" jerit Rose.

Sejujurnya Rose tak tahu kebenarannya, ia hanya mendengarkan cerita karangan Brandon.

"Rose, kamu harus tahu kalau Wisang sudah menikah. Dia diam-diam menikah saat kita pergi dua minggu lalu. Dia menikahi korban tabrak larimu. Namanya, MImosa. Kalau tidak percaya, tanyakan sendiri. Anak-anakmu pun sudah kenal dengan wanita itu."

Brandon membeberkannya kemarin pagi, berharap Rose akan menggagalkan rencana pernikahannya dengan Wisang dan kembali padanya.

"I will kill her, Wisanggeni. I will kill her." Rose yang tadi menangis tiba-tiba tertawa.

"Brandon pasti sudah menangkapnya, pasti."

"Don't try to touch her!" bentak Wisang.

"Paaak! Paaaak! Tolong Paaaak!" teriak Mbok Par. Wisang segera berlari keluar. Ia melihat Nino dan Neyna dibawa oleh orang bertopeng.

"Bawa Noah pergi ke pondok Baitussalaam," titah Wisang pada Mbok Par yang menggendong Noah.

Mbok Par kabur dari pintu belakang. Ia mengejar Neyna dan Nino yang dibawa mobil Van putih. Wisang menekan nomor darurartnya.

"Sen! Sena! Nino dan Neyna diculik! Noah diantar ke situ, tolong kasih tahu Kinza, suruh jaga Noah."

Wisang segera mematikan sambungan telepon dan mengirimkan koordinat posisinya sekarang pada nomor terakhir yang ia hubungi. Dan ... Wisang tak tahu jika itu nomor istrinya, Kinza.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Assalamualaikum

Hai semuaaa

❤❤❤❤❤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro