Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 16

Udara pagi berhembus membangunkan Zarra yang telah tertidur lelap. Dikerjapkannya kedua matanya berkali kali untuk memastikan di mana dia sekarang berada. Di sebuah kamar yang cukup luas dengan king size bed yang dia tiduri dan beberapa hiasan bunga di sana sini. Yah dia sadar dia tidak sedang bermimpi, kejadian kemarin itu nyata.

Di samping kanannya terlihat seorang laki-laki yang hanya mengenakan celana rumahan tanpa mengenakan atasan sama sekali. pemandangan yang sungguh membuat hatinya berdegup kencang. Tubuh atletis lelaki yang kini menjadi suaminya itu membuat wajah Zarra merah padam.

Meskipun mereka sekarang sudah sah menjadi suami istri, Zarra masih merasa sungkan di depan sang suami. berbeda dengan sang suami, dia lebih cuek dan enjoy dengan apa yang sudah terjadi.

Dengan perlahan Zarra membuka selimut yang membungkus tubuhnya dan menurunkan kedua kakinya dengan sangat hati-hati, takut membangunkan suaminya. Namun sebelum sampai kakinya ke tanah sang suami langsung mendekapnya kembali kepelukannya, seakan tidak membiarkannya jauh barang seinchi pun.

"aggghhhhh...." teriak Zarra yang kemudian membangunkan sang suami.

Setelah kejadian heboh tadi pagi mereka berdua tetap makan dengan tenang di meja makan. Sambil sesekali melirik ke arah sang suami Zarra mulai menyuapkan makanan ke mulutnya.

“Aku akan mengantarmu?” kata Delio, sesaat setelah mereka berdua sarapan.

“I..i..itu tidak perlu, aku bisa naik busway saja,” jawab Zarra terbata-bata.

“Kau pikir ada busway di sekitar sini? Asal kau tahu lokasi tempat ini jauh di piggiran jakarta,” sambung Delio mengingatkan bahwa dirinya adalah satu-satunya yang bisa membawa Zarra tiba di kantor tanpa tersesat.

'Iya juga sih, mau pakai ojek online juga ga akan bisa. Bisa-bisanya orang ini ringgal di tempat terpencil seperti ini?' gumam Zarra dalam hati.

“Karena di sini nyaman dan jauh dari hiruk pikuk kota metropolitan,”

“Kau bisa membaca pikiranku?” ujar Zarra kaget. Lelaki di depannya ini dengan mudah menjawab apa yang ada di fikirannya tanpa meleset sedikitpun.

“Aku bukan cenayang. Aku tidak bisa membaca pikiran. Yang aku lakukan hanya menebak saja, kau pasti memikirkan hal-hal yang tak perlu seperti ini. Sudahlah aku akan mengantarmu.”

Mereka berdua pun berjalan menuju pintu depan. Di sana sudah terparkir rapi mobil Koenigsegg kesayangan Delio, mobil berwarna metalic itu sangat bersih dan terawat.

“Kita mau naik ini?” mata Zarra terbelalak melihat mobil mewah di hadapannya ini. Membayangkan harga mobil ini saja membuat Zarra takut untuk menaikinya.

“Ya memangnya kenapa?”

“Ini membuat jiwa misqueenku meronta-ronta... eh, Maksudku mobil ini terlalu mewah, apa tidak ada mobil yang biasa-biasa saja?” kata Zarra celingukan. “Ah atau saya pakai ini saja,” sambil memegang motor matic putih yang tidak sengaja terparkir di sekitar situ.

“Itu milik salah satu pegawai di sini, kau tidak bisa mengambilnya begitu saja,”

“Ah iya kau benar, baiklah kalau begitu. Ah atau aku pinjam saja sebentar pasti pegawaimu tidak keberatan” desak Zarra kekeh.

“Tidak bisa, motor itu biasanya dia pakai untuk membeli beberapa kebutuhan. Kalau kau pinjam bagaimana jika pegawai itu akan pergi keluar,” kata Delio penuh alasan.

“Baiklah,” Sebenarnya semua kata-kata suaminya itu hanya dibuat-buat saja,  mereka memiliki kendaraan khusus untuk berbelanja. Alasan itu dia buat karena Delio memang sengaja ingin mengantarkan sang istri bekerja untuk pertama kalinya.

Mobil sportmetalic itu berjalan cepat menembus udara pagi. Sangat indah pemandangan di sini , begitu indah sampai Zarra tidak sanggup lagi mengatakan apa-apa. Matanya hanya terpkaku pada birunya langit,  di kanan dan kiri jalan bejajar pohon flamboyan berwarna merah bata, saat mobil melaju kencang bunganya berguguran menabah eloknya tempat ini.

“Apa kau menyukainya?”

“Ya ini indah sekali,” kata Zarra mengomentari perjalanannya yang menakjubkan.

“Maksudku pesta pernikahan kita kemarin.”

Pikiran Zarra melayang ke hari pernikahannya kemarin, memang tidak banyak tamu yang hadir, hanya keluarga si mempelai pria, seluruh pekerja di rumah dan dari pihak mempelai wanita hanya diwakili oleh ayah Zarra saja. Pesta yang sangat sederhana namun sangat mewah.

Zarra begitu mempesona dengan gaun sederhana berpotongan open bateau neckline/bentuk off shoulder dan open backline berwarna putih. Gaun ini menghadirkan kesan elegan dengan sentuhan modern. Menggunakan bonden silk caddy dari eropa dan triple silk organza sebagai bahan underskirt, gaun pengantin itu membentuk lekuk pinggang yang menawan dan menonjolkan bagian bahu dan pungung yang terbuka dengan lengan tiga perempatnya membawakan kesan modern.

Dilengkapi dengan silk tulle sepanjang 5 meter, kerudung ini di design dengan tema bunga-bunga khas Indonesia. Semua payet dijahit dengan benang sutra dan manik-manik. Tiara berbahan platina bertabur berlian. Zarra juga menggunakan gelang dan giwang simple pemberian ibu mertuanya.

Disisi lain calon suaminya, Adelio Leroy telah menunggunya di pintu masuk, dia mengenakan stelan tuxedo berwana putih-putih dengan hiasan bunga kecil di dada kirinya. Sangat tampan dan penuh karisma. Sepersekian detik perhatian Zarra terpaku kepada penampilan lelaki itu, dia sama sekali tidak percaya bahwa laki-laki seperti itu akan segera menjadi suminya. Betapa beruntungnya dia sekarang.

“Dia benar-benar the hottest man I ever meet. Mungkin di kehidupanku yang dahulu aku telah menyelamatkan ratusan nyawa, sehingga Tuhan sangat berbaik hati padaku sekarang,”pikir Zarra

Mereka kini berjalan beriringan menuju altar pernikahan,pesta ini diadakan di luar ruangan, ditaman samping rumah yang sangat luas. Yang telah dipersiapkan oleh tangan-tangan yang sangat ahli dibidangnya, di depan sana terlihat nuanasa serba putih. Dengan jalan setapak yang indah di tengahnya sudah di dekor sedemikian rupa membentuk sebuah altar yang menakjubkan. Puluhan kursi tamu berjajar di kanan kiri jalan.

Ratusan bunga wisteria putih menjuntai di atas sana. Dan diujung jalan nampak rangkaian bunga mawar putih membentuk sebuah gerbang besar. Ratusan ribu kelopak bunga berhamburan di sepanjang jalan yang meeka lalui. Seluruh mata tertuju kepada sang pengantin berdua yang bak pasangan negeri dongeng yang sangat menawan.

Benar-benar pesta pernikahan yang tidak pernah terbayangkan oleh Zarra sebelumnya. Sebentar lagi dia sudah sah menjadi milik lelaki ini, lelaki yang bahkan belum begitu di kenalnya, namun entah mengapa saat ini dia begitu bahagia bisa berjalan dan mengandeng tangan sang lelaki.

“Apa yang dipikirkannya ya tentang aku? Apa benar dia sama sekali tidak keberatan menjadi suami wanita seperti aku ini ya? Dia tidak menolak pernikahan ini sih, tapi aku masih meragukannya.” Gumam Zarra penasaran. Di liriknya pasangan disebelahnya, mau dlihat berapa kalipun tetap saja dia terlalu bersinar.

Pandangan mereka kini beradu. Zarra bingung, dia tidak bisa menjelaskan ekspresi wajah sang lelaki karena dia tidak memiliki pengalaman hubungan apapun sebelumnya.  Apakah lelaki ini bahagia atau terbebani oleh dirinya. Lelaki ini sama sekali tidak tersenyum, wajah dinginnya itu membuat Zarra semakin bertanya-tanya.

“Baiklah mari kita mulai prosesi pernikahannya,” Kata pak penghulu. Dengan disaksikan oleh seluruh tamu, ayah Zarra akhirnya melepas sang putri tercinta untuk menjadi bagian dari hidup orang lain. Sekarang sang putri sudah bukan lagi menjadi tanggungannya, karena kewajiban itu sekarang sudah beralih ke pundak lelaki ini.
 

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro