7. Chicken Cordon Bleu.
"Kau sudah bangun, Tuan?" tanya Cath bersemangat. "Bagaimana demam mu?" Cath mengeringkan tangannya lalu berupaya untuk meraih kening Wilson.
Wilson melotot lalu berjalan mundur menghindari sentuhan Cath, namun Cath seperti tidak menangkap sinyal itu, Cath ikut maju bersamaan dengan mundurnya Wilson. "Sudah tidak panas. Baguslah." ujar Cath senang. "Kau mau makan sekarang?" tanyanya. Wilson hanya terdiam melihat tingkah Cath. Namun Cath menganggap diamnya wilson sebagai jabawan ya. "Aku akan menyiapkan makananmu sekarang. Tuan duduk saja disana." Cath menunjuk deretan bangku di ruang makan yang berada di depan Dapur.
Wilson tidak biasanya hanya menurut dan duduk menghadap ke arah dapur sambil memperhatikan gerak-gerik Perempuan itu dengan tatapan aneh.
Kenapa tadi jantungku berdebar dengan cepat? Apakah aku benar-benar takut dengan makhluk ini? Batinnya.
***
Cath mengeluarkan beberapa peralatan makan dan meletakan nasi putih di atas piring, meletakan Sup di mangkuk satunya lagi. "Aku lupa tanya apa yang ingin kau makan, jadi aku hanya menyiapkan satu lauk." Jelasnya dari dapur. "Ku harap kau tidak keberatan hanya dengan satu lauk." Cath melihat Wilson sambil tersenyum.
Cath meletakkan sup beserta nasi dihadapan Wilson. Ia lalu beranjak ke dapur dan menuangkan sesuatu kedalam gelas lalu berjalan kembali ke meja Wilson. "Ini. Aku menemukan banyak sekali jus di dalam lemari es mu. Jadi aku membeli beberapa botol minuman isotonik agak kau juga mendapat asupan mineral yang baik." Tukas Cath sambil tersenyum. "silahkan makan!" serunya.
Wilson menatap Cath bingung bergantian dengan makanan didepannya. Perempuan disampingnya benar-benar tidak takut dengannya. Bahkan sekarang, bisa dikatakan ia yang merasa takut dengan perempuan itu. "Ini sup apa?" Wilson menunjuk sup di depannya.
"Sup ayam Ginseng. Kau terlihat lelah, makanya aku membuat sesuatu untuk menambah staminamu." Cath menerangkan dengan semangat. "Kau tidak suka?" Cath menatap Wilson was-was.
Wilson untuk pertama kalinya menghindari sorotan mata lawan bicaranya lalu meraih sendok dan menyicipi Sup didepannya. Baru pertama kali ini ada orang seperti Perempuan itu yang memperdulikannya tanpa perduli dengan emosi Wilson -tentu saja Sophie tidak termasuk kedalamnya. Dan untuk pertama kalinya Wilson merasa nyaman.
"Bagaimana?" tanya Cath antusias setelah Wilson menyicipi masakannya.
Wilson mengerjap sebentar lalu melihat Cath bergantian. "Kau yang memasak ini?" tanya Wilson penasaran.
Cath mengangguk. "Ya, tentu saja. Apakah rasanya aneh?" tanya Cath khawatir. "Tapi aku sudah mencicipinya tadi, dan rasanya tidak ada yang kurang. Apa kau tidak suka? Atau kau ingin makan yang lain?" Cath terlihat Khawatir dan takut.
Ia takut makanannya tidak enak tapi ia tidak takut dengan gertakanku? Perempuan aneh. Pikir Wilson. "Masakanmu tidak aneh kok." jawab Wilson setelah diam sesaat. "Dirimu lah yang aneh." gumam wilson pelan.
"Benarkah?" Wajah Cath kembali tersenyum. "kalau begitu, minum yang banyak, masih ada beberapa sendok sup lagi didalam." lanjutnya.
"Kau tidak makan?" tanya Wilson akhirnya karena merasa risih dilihat terus saat ia ingin menyuapkan makanannya kedalam mulut.
"Aku sudah makan tadi siang. Aku akan makan malam setelah kau selesai." jawab Cath santai.
"Makan sup ini juga?"
"Tidak, aku akan makan sisa makan siangku tadi. Aku sengaja membuat lebih untuk makan malam nanti." jawab Cath lagi. "aku Khusus membuatkan Sup ini untukmu, aku tidak akan menyentuhnya selain menyicipi, Tuan." Cath terkekeh.
"Kau membuat bekalmu sendiri dari rumah?" Wilson mengerutkan dahinya bingung. Biasanya Maid disini akan makan lauk sisa dari makannya.
Cath mengerjap sejenak "Tidak, aku mempersiapkannya tadi siang setelah kau pulang." jawabnya.
Wilson kembali teringat dengan wangi yang ia hirup setelah ia selesai mandi. "Apa yang kau buat?" tanya Wilson penasaran sejak siang tadi.
"Bukan sesuatu yang spesial. Hanya Chicken cordon Bleu." Jawab cath malu.
"Chicken cordon Bleu? Bagaimana-- maksudku Darimana kau Tahu resep itu?" tanya Wilson bingung "dan dari masakanmu, sepertinya kau cukup terlatih?" Pada akhirnya rasa penasaran Wilson membuatnya tidak dapat menahan untuk tidak bertanya.
Cath memutar bola matanya. "Ah itu.. Hmm.." Cath memutar otak untuk mencari alasan yang tepat agar tidak dicurigai. "Aku.. Hmm... Aku sempat bekerja di restoran." elaknya pada akhirnya. Hanya itu yang terpikir olehnya dalam waktu yang singkat.
"Benarkah?" Wilson mengernyitkan dahinya. "Kenapa kau lebih memilih kerja sebagai Maid disini?" selidik Wilson. "Dengan kemampuanmu, kurasa kau bisa membuka Restoran sendiri."
Cath tampak salah tingkah dengan senyum anehnya. "Benarkah?" tanya Cath mengerjap beberapa kali. "Aku merasa tersanjung dengan pujianmu." ujarnya singkat.
Wilson menatap Cath aneh, namun pada akhirnya Wilson melepaskan perempuan itu karena sepertinya perempuan itu enggan membahas masalah ini. "Berikan aku Chicken cordon Bleu mu. Aku mau mencobanya." pinta Wilson tanpa menatap Cath.
"Apa?" Cath menatap Wilson bingung. "Tapi itu makan malamku. Kau juga sudah punya Sup ginseng ini, kenap..."
"Kau mau membantah? Kau sendiri yang tanya apa yang ingin aku makan. Aku mau Makan malammu itu!" potong Wilson tersenyum puas melihat ekspresi kesal Cath. Akhirnya ia bisa melihat ekspresi kesal perempuan ini yang entah kenapa malah membuatnya senang. "Cepat!" perintahnya lagi.
"Baiklah." Cath menjawab pelan lalu langsung berbalik kearah dapur.
Kalau di pikir, ini memang aneh. Perempuan ini terlalu bersih dan terlalu terawat untuk seorang Maid. Rambutnya yang Cokelat, juga matanya yang abu-abu, tidak terlihat kalau Maid ini begitu berada untuk mewarnai rambutnya juga memakai kontak lensa. Kulitnya juga putih dan kelihatannya halus sekali. Perempuan itu tidak terlihat pas untuk berperan sebagai Maid dalam segi apapun. Ia malah terlihat seperti anak kecil. Dan siapa namanya tadi?
"Hei! Siapa namamu tadi?" tanya Wilson.
"Catherine. C-A-T-H-E-R-I-N-E" Cath mengeja namanya satu persatu tanpa menoleh ke arah Wilson. "Cath saja sudah cukup." lanjutnya.
Wilson mengangguk-angguk. "Apa kau keturunan, Cath?" tanya Wilson lagi.
Kali ini Cath terdiam lalu menengok perlahan kearah wilson. "Apa maksudmu?"
"Aku hanya penasaran. Apakah kau Asli atau keturunan. Karena kau tidak terlihat seperti Warga Asli." terang wilson. "Kau tahu, rambut, kulit dan matamu." lanjutnya sambil menggerakan tangannya.
"Ah... Ini... Entahlah. Aku juga tidak tahu." elak Cath karena ia tidak tahu apa yang harus ia berikan sebagai alasan. Lagipula Warga keturunan Asia di sini cukup banyak, dan sepertinya dirinya hanya satu dari jutaan orang. Kenapa juga Wilson harus menanyakan pertanyaan ini?
"Maksudmu, kau tidak tahu..."
"Chicken Cordon bleumu sudah jadi!!" seru Cath dari dalam dapur bermaksud memotong pembicaraan mereka. Cath langsung membawa piring berisi Ayam itu dan meletakannya di depan Wilson. "Cobalah sekarang, Tuan. Selagi masih panas dan keju didalamnya akan meleleh sempurna!" seru Cath tidak sabar.
Wilson menelan ludahnya setelah mencium wangi yang dihasilkan Chicken cordon Bleu didepannya. "Benarkah kau yang membuatnya? Kau tidak curang dengan membeli yang beku, bukan?" godanya.
"Sudahlah, dicoba dulu, Tuan!" gemas Cath tidak sabar.
Wilson memotong ayam didepannya perlahan dan melihat keju cair yang meleleh dari tengah diiringi oleh wanginya. Sambil meniup beberapa kali, ia langsung melahap potongan kecil ayam tersebut. Alisnya langsung terangkat naik dan tanpa sadar ia mengangguk-angguk kecil sambil memotong potongan kedua.
Melihat reaksi Wilson, Cath mengambil kesimpulan Wilson menyukainya. "Kalau tuan menyukainya, saya bisa menyiapkannya untuk besok pagi. Kau bisa menggoreng nya kalau kau mau." Cath memiringkan kepalanya.
Wilson mengangkat kepalanya lalu menatap Cath. "Wilson." ucapnya. "Panggil aku Wilson saja, tidak usah memakai sebutan Tuan." pintanya.
Cath melirik Wilson, bingung dengan permintaannya. Namun setelahnya ia merasa itu hal yang wajar karena ia juga merasa sedikit risih kalau para Maidnya memanggilnya dengan Nona. "Baiklah, Wilson." ucapnya sembari tersenyum. "Kau mau aku siapkan untuk sarapanmu besok? Kalau aku belum sampai, Kau bisa menggorengnya sendiri. Aku akan membersihkannya tentu saja." ujarnya cepat.
"Kau tidak tinggal didalam?" tanya Wilson meletakan peralatan makannya lalu menatap Cath dengan alis berkerut.
"Tentu saja tidak." Jawab Cath cepat.
"Kenapa?" tanya Wilson ketus.
"karena... Karena..." Cath mencari alasan yang bagus lagi untuk di lontarkan. "Karena..."
"Cath?" panggil Wilson.
"hmm.. Karena Ibuku sedang sakit dan tidak ada yang menjaganya." Jawab Cath ragu.
Wilson mengerutkan alisnya seperti tidak percaya. Penampilan Cath tidak seperti orang kekurangan. "Kau tidak sedang berbohong kan?" sidik Wilson.
"u-Untuk apa aku berbohong?" Cath memaksakan tawanya yang terdengar terlalu dipaksa. "Kau tidak mempercayaiku?" tanya Cath ragu.
Wilson memicingkan matanya. "Kalau kau mau aku jujur, Tidak. Aku tidak mempercayainmu." jawabnya lugas. "Kau tidak terlihat seperti orang yang kesusahan." Wilson menyuarakan pemikirannya.
"Aku..."
***
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro