Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

4. Crazy Proposal! (2)

Cath tampak terlihat sedang membuka semua lemari disana dan melihat bahan apa saja yang tersedia. Ia lalu mengangguk seakan sedang berbicara sendiri lalu mulai mencuci bahan-bahan masakan. "Aku harap kau bisa makan pedas." gumamnya.

Sophie hanya memperhatikan kerja Cath dari daun pintu. Catherine sama sekali tidak terlihat seperti nona yang tinggal dirumah mewah dengan banyak Maid yang membantu menyiapkan segalanya disana dan juga dilindungi oleh dinding-dinding tinggi. Cath seperti sudah terbiasa berada didapur. Iramanya yang memasukan berbagai sayuran dan menggoreng, caranya memakai pisau, dan kecepatannya dalam memasak. Sophie menjadi ragu dan bertanya-tanya sudah berapa kali Cath menyamar menjadi Maid dan menyiapkan makan malam untuk dirinya sendiri?

"Done!" Cath baru selesai menaruh daun parsely di atas pastanya untuk mempercantik penampilan pasta itu. "Kau duduk saja disana, aku akan membawakan piring bagianmu." Cath menunjuk meja makan yang berada didepannya.

Sophie menurut dan duduk di kursi menghadap ke Cath yang sedang membersihkan dapurnya. Tidak banyak keributan dan kekacauan. Dengan cepat juga Cath bisa membersihkan Dapur itu seperti tidak disentuh sebelumnya. Sophie tertegun dan ia juga mulai merasa kelaparan akibat wangi yang dihasilkan oleh masakan buatan Cath.

"Ini, Spagetthi Aglio olio dengan Udang dan beberapa potong ham yang tersisa di kulkasmu." Cath meletakan sepiring Pasta yang tampak sangat menggugah selera Juga sangat wangi. Membuat perut Sophie tambah kelaparan. "Kau cobalah, dan berikan komentar." pinta Cath.

Tanpa ragu Sophie mengambil garpunya lalu mengambil beberapa helai pasta itu dan memasukan ke mulutnya. Sophie bisa merasakan rasa yang gurih dihasilkan oleh Mentega yang digunakan Cath serta aroma bawang putih. Rasa asin dan manisnya terasa sangat pas. Ia tidak mau dan malu untuk mengakui, kalau ia sudah kalah taruhan.

"Bagaimana?" Cath tersenyum sambil menyendoki pasta masuk ke mulutnya dan membuyarkan imajinasi liar Sophie.

"enak.." ucap Sophie tanpa sadar. Ia kemudian merutuki ucapannya karena sekarang Cath sedang tersenyum dengan lebar.

"Benarkah? Jadi keinginanku bisa terpenuhi?" Mata cath berbinar-binar.

"selesaikan makan malam kita terlebih dahulu, baru kita bicarakan lagi nanti." elak Sophie mencari alasan. Namun jawaban Sophie tidak membuat Cath puas. Cath menahan tangan kanannya yang hendak memasukan pasta kedalam mulutnya, membuat ia mau tidak mau menoleh melihat Cath.

"Aunt, Please." Sophie bisa membaca sinar berharap dan sedih dari mata Cath. Lalu Sophie hanya bisa menghela nafas panjang.

"Cath, bukannya aku tidak bisa menyetujui keinginanmu. Tapi, keinginanmu terlalu tidak masuk akal." Sophie memandang Cath lembut. "kalau kau kesepian, aku akan meluangkan waktuku untuk menemanimu. Kau tidak perlu berbuat sejauh ini." Sophie berhenti berbicara dan menggenggam tangan Cath. "Aku mengakui keahlianmu, Cath. Aku bahkan sempat berpikir kau akan meledakkan dapurku tadi. Kau sudah cukup membuktikannya, Cath."

Catherine yang menunduk dengan tegas mengangkat kepalanya untuk menatap Sophie yang berada dihadapannya. Ini hal terakhir yang dapat kulakukan. Kuharap Sophie dapat merasakannya. Keseriusanku. Batin Cath.

Sophie kaget melihat Cath yang menatapnya dalam. Cath berlinang airmata, tapi tidak terlihat kesedihan disana. Matanya memancarkan keseriusan pemiliknya dan itu sama sekali bukan hal yang baik untuk Hatinya. "Kau benar-benar serius mau melakukannya?" tanya Sophie akhirnya.

Dengan cepat Cath mengangguk. "Tolong aku, Aunt. Biarkan aku merasakan masa remajaku meskipun hanya sebentar." pinta Cath masih dengan matanya yang memancarkan keseriusan atas tekadnya.

Sophie kemudian melepas genggamannya lalu menggaruki kepalanya yang tidak gatal. "Kau pasti sudah gila, Sophie." Sophie bergumam lirih sendiri masih mengacak-acak rambutnya. "Baiklah. Aku menyetujui keinginanmu. Tapi aku mempunyai beberapa syarat!" Ujar Sophie akhirnya.

Cath tersenyum lebar meskipun airmatanya masih jatuh di pipinya. "Apapun akan ku penuhi, Aunt! Terima kasih banyak!" Cath berhambur memeluk Sophie erat. "kau adalah Bibi terbaikku."

"Memangnya kau punya berapa banyak Bibi?" tanya Sophie bercanda. "karena aku menyayangimu, Cath. Maka aku setuju untuk mengabulkan keinginan egoismu. Kuharap kau tidak memberiku masalah besar nantinya." Sophie membalas pelukan Cath.

"Syarat apa, Aunt?" tanya Cath antusias sambil melepas pelukannya.

Sophie terlihat berpikir sebentar. "Kita bicarakan sambil makan saja." ajaknya. "Masakan lezat seperti ini tidak boleh di sia-siakan." puji Sophie yang membuat Cath tersenyum malu. "setelah ini aku akan mengantarmu pulang." lanjutnya.

Mendengar kata pulang biasanya membuat punggung Cath terasa berat, tapi tidak untuk hari ini. Ia merasa sangat senang karena pada akhirnya selama 19 tahun, ia dapat melakukan apa yang ia inginkan.

Mereka tidak berbicara selama makan. Cath juga tidak membuka mulut karena ia membiarkan Sophie untuk memikirkan syaratnya. Cath merasa itu adil untuk Sophie mengajukan syarat atas keinginan egoisnya. "Kau tidak boleh bermalam disana." Sophie membuka suara di tengah keheningan.

Cath menoleh bingung. "apa?"

"Syaratku. Kau tidak boleh bermalam disana dan kau harus kembali ke kediamanmu. Aku yang akan mengantarmu pulang." Sophie membersihkan sisa saus pasta dari bibirnya dengan tisue.

"Mudah saja. Apa hanya itu?" tanya Cath yang masih menikmati pasta buatannya.

"Tidak." jawab Sophie cepat. "Kau tidak boleh memberitahu identitasmu kepada Wilson. Bahkan kau tidak boleh bilang kalau kau adalah Keponakanku." lanjut Sophie.

Cath menatap sophie bingung setelah Sophie mengajukan syarat keduanya. "Kau adalah putri keluarga berpengaruh di America. Apa yang akan terjadi kalau kau tiba-tiba menjadi Maid, bukankah begitu?" Seperti bisa membaca kebingungan Cath, Sophie menjelaskan lebih lanjut alasannya. "terlebih, Wilson adalah artis, akan sangat mudah gosip dan skandal menyebar disekitarnya."

"baiklah aku mengerti. Lalu aku harus mengaku sebagai siapa?" tanya Cath mulai berpikir. "tentunya aku harus berpura-pura menjadi orang miskin, bukan? Ah... Menyenangkan sekali!" ujarnya sangat antusias.

"Aku akan bilang bahwa kau adalah adik kenalanku. Maka ia tidak akan curiga kalau aku mengantarmu atau terlihat dekat denganmu nantinya." potong Sophie. "Yang pasti kau tidak boleh terlibat gosip dengannya, Kau mengerti?" Sophie menekankan lagi poin dari syaratnya yang kedua.

"Aku mengerti. Ada lagi syaratnya?" tanya Cath lagi tidak sabar. "kapan aku bisa mulai bekerja?" ia seperti baru teringat akan hal kritikal yang belum dibahas oleh Sophie dari tadi.

"Tentu masih ada." Sophie tampak berpikir sejenak untuk menyusun kata-katanya. "Wilson itu pribadi yang membingungkan. Kalau ia memintamu melakukan sesuatu yang tidak wajar, kau harus menolak, atau paling tidak berdiskusilah dulu denganku sebelum kau terima!" tambah Sophie mengabaikan pertanyaan terakhir Cath. "Lalu alasan apapun yang kau berikan ke Nanny Gracia ataupun ayahmu, kau harus memberitahuku agar aku juga dapat mengetahui situasi." lanjutnya sebelum ia berhenti berbicara selama beberapa detik. "Kurasa sampai situ dulu syaratnya. Kalau terpikir lagi, aku akan memberitahumu." Sophie menggidikan bahu dan mulai berdiri mengambil piring kosongnya.

"lalu kapan aku bisa mulai bekerja?" tanya Cath lagi sambil ikut berdiri dan membuntuti Sophie. "Kau belum menjawabku tadi."

Sophie diam sejenak lalu ia menolehkan kepalanya. "mungkin dua hari dari sekarang." jawabnya. "aku akan memberitahumu lagi nanti." Sophie mulai membasahi piring kosongnya untuk dicuci. "Kau harus ingat. Ini hanya untuk sementara, tidak lebih dari 1 bulan." tegasnya.

"Baiklah aku tahu. 1 bulan sudah lebih dari cukup untukku. Terima kasih, Aunt Sophie!" Cath memeluk Sophie dari samping.

"Sudah kubilang jangan memanggilku Aunt." protes Sophie yang hanya dijawab oleh kekehan kecil Cath.

***

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro