29. The Medusa.
Cath duduk di sebelah Sophie yang tengah sibuk dengan Q-Card yang akan digunakan oleh Wilson yang tengah berganti pakaian. Awalnya memang Sophie menentang Cath untuk menunggu disini, tapi Cath meyakinkan Sophie kalau ia akan mengatakan jati dirinya pada Wilson hari ini.
"Baiklah aku sudah selesai." Ujar Wilson dari balik tirai yang menutupinya berganti pakaian di ruang tunggunya. "Bagaimana penampilanku?"
"Seperti biasa." Jawab Sophie tanpa mengalihkan pandangannya dari Q-Card.
Wilson mendengus. "Aku tidak mau tahu tentang pendapatmu. Bagaimana Cath?"
Cath menyunggingkan senyum lalu mengangkat kedua ibu jarinya. "Bagus." Komentar Cath.
Wilson tersenyum puas. Ia lalu melirik kesekitar ruang tunggunya yang hanya dihuni oleh Cath, Sophie dan dirinya. "Soph, Bisa beri kami waktu sebentar?" Tanya Wilson.
"Tapi kau akan live dalam 10 menit."
"Ada yang ingin Cath bicarakan padaku." sela Wilson.
Sophie menoleh kepada Cath lalu beralih ke Wilson. "Baiklah, aku akan mempersiapkan keperluanmu." Sophie mengalah lalu berdiri dan menggapai pintu. "Aku akan kembali sebelum 10 menit." Kata Sophie yang dijawab oleh anggukan oleh Wilson.
Wilson kemudian duduk di tempat Sophie tadi. Ia melipatkan kedua tangannya di depan dada lalu menyilangkan kakinya. "Baiklah, aku sudah siap menerima jawabanmu." Ujarnya.
Cath menoleh dan menatap Wilson bingung. "Apa?"
"Hal penting yang ingin kau bicarakan..." Wilson menoleh. "Mengenai pernyataan cintaku bukan?" tanyanya.
Cath mengerjap berkali-kali. Ia lalu tertawa. "Sebenarnya bukan." Sahut Cath.
Wilson menurunkan tangannya lalu menatap Cath sedikit kesal. "Lalu hal penting apa lagi yang perlu dibicarakan padaku selain mengenai pernyataan cintaku?"
"Mengenai diriku." Jawab Cath cepat. Kepalanya tertunduk untuk menghindari tatapan Wilson. "Dan kau bisa mempertimbangkan mengenai pernyataanmu lagi setelah aku selesai berbicara. Jika kau masih memiliki perasaan yang sama, aku berjanji akan menjawabmu saat itu juga."
Wilson mencoba merunduk untuk melihat wajah Cath. Apakah masalah yang akan dibicarakan Cath sepenting itu? "Baiklah aku akan mendengarkanmu. Tapi yang perlu kau tahu, Aku mencintaimu untuk dirimu, bukan untuk masalalu atau kehidupanmu." Tegas Wilson menegakkan posisi duduknya.
Seulas senyum tergores di wajah Cath setelah mendengar ucapan Wilson. Tapi meskipun ia sudah dengan berani mengambil langkah awal untuk memulai pembicaraan, namun nyatanya sekarang, ia tidak tahu harus memulai dari mana.
"Cath?" Panggil Wilson.
Cath tidak bergerak. Ia masih tertunduk. "Aku... Bukanlah sebaik yang kau kira." Gumam Cath pelan. "Caroline tidak bermaksud mengusirku. Akulah yang mengambil keputusan itu untuk keegoisanku."
"Caroline yang memintamu mengatakan ini bukan?" Tanya Wilson ketus. "Sudahlah Cath, kau tidak perlu membela..."
"Aku yang berinisiatif mengatakan ini, karena ini adalah kenyataannya. Aku menutupi sesuatu darimu. Aku bukanlah Catherine yang selama ini kau kenal. Aku adalah..." Cath mengangkat wajahnya yang sudah memerah menahan airmatanya.
"Wilson, Kau harus bersiap diatas panggung sekarang." Salah satu Kru televisi menerobos masuk dan memanggil Wilson.
Wilson dan Cath terlonjak kaget dan melihat ke arah yang sama, yaitu tempat Kru televisi itu berdiri di ambang pintu. Wilson lalu menoleh kembali kearah Cath yang sekarang sudah kembali menunduk. 'Sepertinya banyak sekali yang menghalangi kita untuk berbicara' kutuk Wilson kesal. "Baiklah aku akan menyusul sebentar lagi." Ujar Wilson kesal.
"Wilson, Kau harus ke panggung sekarang." Suara sophie terdengar di balik punggung Kru televisi yang masih menghalangi di ambang pintu.
Wilson menghela nafas kesal. "Baiklah aku kesana sekarang!" Geramnya seraya berdiri dari kursinya. Ia lalu menatap pundak kepala Cath yang masih tertunduk sayu. "Aku akan kembali setelah aku selesai. Kau bisa melanjutkan pembicaraanmu setelahnya." Ujarnya menepuk pelan kepala Cath.
Wilson lalu berjalan ke arah pintu. Kru televisi yang tadi menunggunya juga sudah pergi begitu melihat Wilson bergerak. Disana tinggal tersisa Sophie yang menatap Wilson dan Cath penuh tanya.
Sophie lalu meraih lengan Wilson dan berbisik. "Jaga sikapmu, Caroline juga diundang menjadi Pembawa Acara." Ujar Sophie memperingati Wilson.
"Aku akan menjaga sikapku selama ia juga bisa menjaga sikapnya." tegas Wilson. "Kutitip Cath padamu." Wilson lalu berlalu dan mejauh dari ruang tunggunya.
Sophie masuk dan kembali duduk di tempatnya tadi sebelum ia keluar. Ia lalu memeluk Cath yang masih tertunduk. "Apa kau sudah memberitahunya?" tanya Sophie.
Cath menggeleng pelan.
Sophie memeluknya dan menepuk kepala Cath pelan. "Masih ada hari esok, Cath. Kau pasti bisa memberi tahunya." Hibur Sophie.
Sophie meraih remote di dekatnya untuk menyalakan televisi di ruang tunggu untuk memantau Wilson. Ia sudah mendengar ceritanya dari Cath dan ia tidak yakin kalau Wilson akan bersikap baik terhadap Caroline.
***
Wilson duduk di tepi panggung begitu persembahan musik yang dilakukan oleh salah satu Band baru dimulai. Ia memang sengaja duduk menyendiri dan tidak ikut berbaur dengan rekan sesama MCnya yang sedang sibuk ikut berloncat-loncatan. Ia sedang mencoba menerka apa yang ingin Cath katakan tadi.
Caroline menghampiri Wilson yang tengah termenung. "Apa yang kau lakukan? Kau seharusnya memasang wajah ceria. Ini adalah Live dan bisa saja mereka menyorotmu saat ini." Caroline menjulurkan tangannya dan menyentuh pipi Wilson dan menarik ujung bibirnya.
Wilson dengan cepat menepis tangan Caroline. "Dan apa yang kau lakukan disini? Ingin mencari sensasi dan sengaja mendekatiku agar gosip kebersamaan kita menyeruak?" Tanya Wilson ketus.
"Kau seharusnya baik-baik kepadaku saat ini." Caroline mendengus. "Atau kau akan menyesal."
"Ancamanmu tidak berguna bagiku. Dan aku akan memperingatkanmu, kalau kau berani menyentuh Cath, aku bersumpah tidak akan memaafkanmu." Tukas Wilson seraya berjalan menjauhi Sophie.
Sophie kembali mendengus. "Maka aku tidak akan segan melakukannya." gumamnya pelan. Ia lalu mengeluarkan ponselnya lalu menekan beberapa tombol. "Halo? Kau bisa menyerahkan flashdisk itu sekarang." ia berbicara dengan seseorang diseberang sana dan tersenyum licik.
***
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro