Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12. Stupid Wolf!

Tumpukan kertas yang diserahkan sophie tadi di baca dengan seksama oleh Wilson. Semuanya terasa normal dan tidak ada hal-hal yang ia curigai tertera di dalamnya. Ia meminta Sophie untuk menyelidiki latar belakang Cath keesokan harinya setelah Wilson mengetahui Cath hanya akan bekerja selama satu bulan. Karena merasa sikap Cath selama ini aneh, ia meminta Sophie untuk menjabarkan Latar belakang Cath.

Wilson menarik Sophie ketempat sepi di lokasi shootingnya pagi itu.

"Kenapa kau menarikku kesini?" tanya Sophie penasaran. Ia masih merasa kesal dengan Wilson yang menyebabkan cath terluka.

"Aku ingin memintamu melakukan sesuatu." Ujar Wilson pelan hingga terdengar sebagai bisikkan.

Sophie melirik Wilson lalu ia melihat sekitarnya. Dengan cepat Sophie langsung menaikkan kedua tangannya menyilang menutupi tubuhnya. "Apa yang mau kau lakukan, Serigala Gila?!" ujar Sophie panik.

Wilson mengernyitkan dahinya bingung namun ia akhirnya mengetahui maksud dari Sophie, ia lalu tertawa dengan keras. "Tenanglah, aku tidak tertarik dengan yang lebih tua dariku! Apa lagi pada Bibi Mesum sepertimu!" ejek Wilson masih tertawa terpingkal-pingkal.

Wajah Sophie memerah akibat malu dan marah. "Lalu kau lebih tertarik dengan yang muda, apa Maksudmu Catherine?!" tanya Sophie pada akhirnya. Dari semalam ia terus memikirkan pertanyaan itu dan pada akhirnya ia bisa mengeluarkan pertanyaan itu sekarang.

Wilson menghapus airmatanya yang keluar akibat ia tertawa tadi. "ya, Aku memang lebih tertarik padanya lebih dibandingkan dirimu." jawab wilson jujur membuat Sophie terbelalak tidak percaya.

"a-apa yang terjadi dengan menganggapnya Adik?" tanya Sophie mengontrol suaranya yang tertahan.

Wilson mengangkat bahunya santai. "tidak ada masalah tertarik pada seorang Adik, Bukan?" canda wilson. "Kembali ke topik! Aku ingin memintamu mencari tahu latar belakang Cath secara menyeluruh." perintahnya. "Aku merasa Cath menyembunyikan sesuatu. Ia juga tidak terlihat seperti Maid yang seharusnya. Dan ia benar-benar terlihat mencurigakan." Tambah Wilson.

"maksudmu?" Sophie menelan ludahnya berat. Cath dalam bahaya, Batinnya.

"Kau sudah kenal dengan Cath, kau hanya perlu menjabarkan saja. Kalau kau ada informasi tambahan seperti garis keturunan Cath yang tidak terlihat seperti Pribumi asli itu, kau juga boleh memasukkannya." Wilson berkacak pinggang. "Ku yakin kau sudah mengerti maksudku"

Sophie terlihat salah tingkah. Ia tidak tahu apa yang bisa ia lakukan selain mengangguk dan menyetujui perintah Wilson. Ia harus memalsukan identitas Cath, ia harus mengarang bebas malam ini.

Kertas yang pagi-pagi sekali Sophie letakkan itu sekarang menjadi alat pemukul instant Wilson. Ia menggulung Kertas itu lalu mengayunkannya ke sembarang arah. "Tidak ada fakta mengejutkan dan semua terlihat terlalu normal!" seru Wilson kesal. "Cath memiliki gen yang berbeda menyebabkan Rambut dan bola matanya berbeda warna?" gumannya lagi. "Aku pernah mendengar berita mengenai kelainan gen seperti itu, tetapi aku tidak pernah melihatnya secara langsung."

"Semua yang tertera disitu adalah kenyataannya." Sophie tersenyum aneh namun menghindari pandangan mata Wilson. "Tidak ada yang dirahasiakan."

Wilson berhenti melayangkan gulungan kertas itu di udara. Ia seperti teringat sesuatu. "Ah! Bagaimana dengan pacar? Siapa pacar Cath?!" Wilson teringat adegan ia gagal mencium Cath karena telepon dari pacarnya.

Alis Sophie terangkat tinggi. "Pacar?" ulang Sophie. "Ia tidak punya pacar." jawabnya yakin. Ia sendiri bahkan yakin kalau Cath tidak mengerti apa itu cinta.

Tawa aneh dan kaku keluar dari bibir Wilson. "Kau tidak tahu kalau Cath mempunyai pacar?" Wilson mendengus.

Sophie masih mengernyit dan menggeleng tidak mengerti.

"Cath sendiri yang mengakuinya dua hari lalu kalau pacarnya menelepon." ujar Wilson kesal mengingat bagaimana Santainya Cath menjawab pertanyaannya waktu itu. "Kau seharusnya mencari tahu lagi mengenai itu." Wilson mendengus.

"A-aku..." Sophie tergagap tidak mengerti. "Kenapa juga kau harus tahu tentang itu?" Tanya Sophie.

Wilson berdeham menanggapi pertanyaan Sophie. "Sudahlah. Aku tidak perduli! A-aku hanya ingin tahu siapa laki-laki bodoh yang mau menjadikan gadis bodoh itu seorang pacar!" ia menaruh gulungan kertas itu dengan disofa belakang mobil Van Sophie.

Sophie mengernyit. "Lalu apa kau termaksud laki-laki bodoh?" tanyanya menggoda.

Wilson membuka pintu Van dan berjalan keluar. Ia berbalik sebelum menutup pintunya. "Bukan urusanmu!" balasnya.

***

Wilson meneguk air minum dari botolnya dengan cepat. Ia benar-benar kehausan setelah berdialog selama 1 jam tanpa break. Tapi ia tidak merasa lelah karena sebentar lagi ia bisa pulang dan menemui Cath yang menunggu kepulangannya. Itu saja sudah cukup membuatnya bersemangat kembali.

Sebuah tangan menyelinap merangkul tangan kirinya. Wilson menoleh dan mendapati Caroline bergelayut manja kepadanya. Wilson menepis tangan Caroline dengan cepat sebelum akhirnya ia tersedak. "Apa yang kau lakukan disini?' Bentaknya dingin.

Tangan Caroline berusaha meraih lagi pergelangan tangan wilson, tapi Wilson dengan cepat menghindarinya. "Aku hanya mau bertemu denganmu." jawabnya pelan. "Aku masih mencintaimu, Wilson." tambahnya. Matanya mulai berair.

Wilson mendengus kasar mendengar perkataan Caroline. "Kau juga mencintai semua lawan mainmu, Bukan?" tanyanya ketus. "apa yang terjadi pada Daniel?" Wilson menatap tanpa Ekspresi perempuan yang sempat mengisi hatinya itu. "Apa ia sudah tidak terkenal lagi dan kau mencampakkannya sama sepertiku dulu?" Ujarnya menatap sinis Caroline.

Caroline terkejut, airmatanya juga mulai mengalir. "T-tidak.. Aku menyesal memutuskanmu. Aku sadar aku hanya mencintaimu setelah kau pergi, Wilson. Aku tidak bisa tanpamu..." Bujuk Caroline menangis dan menahan tangannya.

"Kau baru menyadarinya setelah 2 tahun aku meninggalkanmu?" koreksi Wilson ketus. "Kau tahu, banyak yang berubah dalam 2 tahun, termaksud perasaanku padamu." Wilson tersenyum sinis. "Ah.. Biar ku koreksi, Perasaanku padamu sudah hilang jauh sebelum aku mengetahui perselingkuhanmu." Wilson menghentakkan tangannya dan berjalan menuju tempat Sophie berdiri.

"Kau akan menyesalinya, Wilson! Kau harus kembali padaku! Karena aku tahu kau juga mencintaiku! Kau hanya milikku seorang!!" Teriak Caroline yang diabaikan Wilson. "Kau akan menyesalinya..." Gumam Caroline lemah.

Wilson tidak mengindahkan teriakan Caroline. Ia tidak lagi memiliki tempat istimewa di dalam hati Wilson. Bahkan sebelum Wilson memergoki Caroline dan Daniel yang tengah berjalan masuk kedalam hotel. Perasaan itu sudah mati begitu ia mendapati Pesan mesra di ponsel Caroline. Entah kenapa ia ingin cepat pulang untuk melihat wajah lugu Cath agar hatinya tenang sekarang. Ia ingin mendengar suara dan juga perkataan lugu dan polos Gadis itu yang mampu membuat hatinya bergejolak kembali.

Wilson kemudian mengeluarkan ponselnya lalu menekan tombol 1 di ponselnya, tidak membutuhkan waktu lama, panggilan itu dijawab pada deringan ke 2. Suara yang membuat teduh hatinya terdengar diseberang sana. "Halo, Wil?" suara ceria Cath menyapanya riang diseberang sana.

Wilson tersenyum merasa kekuatannya telah terisi setelah mendengar suara riang Cath. "Hai.." sapanya. "Kenapa kau meneleponku?" Canda Wilson mengerjai Cath.

"Aku? Aku tidak meneleponmu. Bukankah kau yang meneleponku?" Tanya Cath bingung. Wilson yakin Cath tengah mengernyit kebingungan.

"Benarkah? Kenapa aku menemukan 5 miscall darimu?" Bohong Wilson. "Jujurlah, kau rindu padaku, Bukan?"

"Aku tidak berbohong! Aku sama sekali belum menyentuh ponselku dari tadi. Aku meletakkannya di atas pianomu." Cath kebingungan. "dan aku tidak merindukanmu." Jawab Cath lagi.

Wilson meringis mendengar jawaban polos dan langsung dari Cath. "Bisakah kau memikirkannya dulu sebelum menjawab?" Sela Wilson kesal. Ia menghela nafas karena Cath hanya terkekeh pelan menanggapinya. Lalu sebesit kenakalan memasuki pikirannya. "Kau benar-benar tidak meneleponku?" tanyanya. Suaranya berubah menjadi serius.

"Untuk apa aku berbohong?" tanya Cath dengan santai di seberang sana. "Aku sama sekali tidak diuntungkan dengan membohongimu."

"Dimana kau meletakkan ponselmu tadi?" masih dengan nada Seriusnya.

"Di atas pianomu."

"Baiklah, Aku sudah mengerti siapa yang melakukannya." Gumam Wilson. "Kau sebaiknya jangan meletakkannya disana lagi."

"Apa maksudmu?" Tanya Cath tetdengar ragu. "Siapa yang melakukannya? Maksudmu apa?" Cath tidak mendapat balasan dari Wilson menjadi gusar.

"Penunggu pianoku yang melakukannya. Kau berhati-hatilah." Wilson masih mempertahankan keseriusan di suaranya, namun dengan susah payah ia juga bertahan agar tidak tertawa. Ia hanya ingin menjahili gadis ini, itu saja.

"Kau.. Kau jangan bercanda! Jangan bicara sembarangan!" Suara Cath terdengar bergetar. "Aku tidak mempercayaimu!" Tegas Cath.

"Terserah kalau kau tidak mempercayaiku, Aku hanya memperingatkanmu. Anak kecil yang menghuni pianoku itu sangat nakal. Jangan sampai kau dijahilinya." suara Wilson mulai goyah dan memasang seulas senyum.

Diseberang sana terdengar bunyi yang sangat berisik dan terdengar seperti suara metal yang terjatuh. Wilson tersentak mendengar keras bunyi suara itu. "Hei.. Cath, Kau tidak apa-apa?" tanya Wilson.

Satu detik, dua detik, tiga detik, tidak juga mendapat jawaban dari Cath. "Cath, Kau baik-baik saja kan? Kau tidak sedang ketakutan kan?" Wilson mulai panik. Ia seakan baru tersadar leluconnya kali ini tidak lucu. "Cath?"

"Wil?" Suara Cath terdengar bergetar diseberang sana. Wilson menyadari kalau Cath pasti sedang ketakutan sendirian. "Selain jantung dan pinggangku, aku baik-baik saja." Jawabnya setengah meringis. "Apa kau bisa kembali sekarang?" tanya Cath pelan.

Wilson tersenyum mendengar Cath baik-baik saja dan masih bisa menjawabnya, namun.. "Pinggang? Apa yang terjadi disana? Aku mendengar suara gaduh tadi." tanyanya sedikit ragu.

"Aku... Terjatuh dari kursi makan tadi." Gumamnya kecil seakan malu memberitaku Wilson. "Aku takut..." lirihnya.

"Hei.. Hei.. Cath, aku hanya bercanda. Tidak ada anak kecil atau penghuni apapun. Rumahku bersih dari segala macam... Cath? Kau menangis?" Wilson mulai panik mendengar isakkan dari seberang teleponnya. "Cath, Kau tidak menganggapnya serius bukan?" tanya Wilson lagi. Ia tidak juga mendapat balasan dari Cath, membuatnya makin merasa tidak enak hati. "Aku akan kembali sekarang, kau tunggulah. Aku menutup teleponku." Ujar Wilson pasti. Ia baru hendak memutuskan panggilan begitu suara Cath terdengar lagi.

"Jangan!" teriak Cath. Wilson mengernyit tidak mengerti. "Jangan putus panggilannya. Temani aku." pinta Cath.

Wilson tersenyum mendengar permintaan Cath. "Baiklah, Tuan putri. Aku akan kembali secepat mungkin." Ujarnya tersenyum puas. Ia berjalan cepat kearag Sophie yang tengah duduk dan sibuk dengan Buku memonya di dekat Sutradara.

Dari kejauhan, Caroline ternyata belum pergi. Ia mendengar percakapan Wilson sambil mengepalkan tangannya kesal. "Cath atau siapapun itu, berani-beraninya ia mencuri perhatian Wilson. Tidak akan kubiarkan!" gumamnya kesal lalu berbalik meninggalkan Lokasi shooting Wilson. Awalnya ia hanya ingin datang untuk memperbaiki hubungannya dengan wilson, tapi ternyata Wilson sudah mempunyai orang lain yang mengisi hatinya. Caroline melangkah dengan marah dan kesal. Ia tidak akan membiarkan itu terjadi. Bagaimanapun Wilson adalah miliknya!

Ponselnya masih melekat di telinganya. Ia berjalan mendekati Sophie yang masih terlihat sibuk menyusun jadwal Wilson. "Sophie." Panggil Wilson. Sophie mengangkat kepalanya. Wilson menurunkan ponselnya dan menjauhkannya sedikit. "Aku ada urusan mendadak, pengambilan adegan akan kulanjutkan besok pagi. Tolong beritahu Produser." Wilson memasang senyumnya sebelum beranjak pergi. Tapi langkahnya terhenti karena tangan Sophie menahan langkahnya.

"Apa yang kau lakukan? Urusan apa? Pengambilan adeganmu belum selesai! Kau masih ada 10 scene lagi!" Sophie berbisik agar orang disekitar mereka tidak bisa mendengar. "Kau lupa kalau kontrak kerja ini kudapat dengan susah payah dan bisa saja batal kalau kau bersikap seenaknya seperti ini?!" Sophie terdengar kesal.

"Aku tahu kau sudah bersusah payah, tapi..."

"Kau tidak boleh seenaknya, Wilson!" Sophie marah dan menatap Wilson tajam. Memang sifat Wilson sudah banyak berubah belakangan ini. Ia lebih bisa bekerja sama dan tidak lagi memaki-maki staff yang bekerja. Namun sifatnya yang seenaknya menghentikan semua proses Shooting itu sulit sekali diubah.

Wilson mendesah panjang. Ia tampak berpikir sebentar. "Baiklah, Aku akan kembali dalam dua jam, Bisakah kau meminta ijin untukku?" Pinta Wilson.

Sophie menghela nafas. "Satu jam?" tawarnya.

"Kau jangan bercanda! Kau tahu bagaimana keadaan jalanan Ibu kota, Aku bahkan belum sampai tujuan dan harus segera kembali lagi kalau kau hanya memberiku waktu satu jam!" protes Wilson tidak terima. "Ayolah, Sophie. Tolong aku, Kali ini saja." Pintanya lagi.

"Aku tidak mempercayai kata 'kali ini saja' milikmu." ketusnya. namun akhirnya ia menghela nafas lagi karena ia tahu Wilson tidak akan mengubah pikirannya. "Baiklah, aku akan mencoba meminta ijin untuk dua jam. Tapi kalau tidak diijinkan, Kau harus kembali dalam satu jam, meskipun kau belum sampai ketujuanmu!" Lanjutnya mengalah.

"Kau yang terbaik!" Wilson memeluk Sophie yang berdiri didepannya. Ia lalu mendekatkan ponselnya lagi yang sedari tadi ia tahan menjauh. "Halo, Cath? Aku kembali sekarang. Kau tidak usah khawatir lagi." Katanya melalui telepon.

Sophie mengernyit mendengar nama keponakannya dipanggil. "Cath? Kau mau menemui Cath?" tanya Sophie kaget dan penuh selidik.

Wilson melirik Sophie lalu menjauhkan ponselnya lagi. Wilson tersenyum dan mengangguk. "Aku tidak sengaja membuatnya ketakutan, dan kurasa aku harus bertanggung jawab sedikit atas ulahku." jawab wilson polos. "Kuserahkan masalah ijinku kepadamu." Wilson baru hendak berjalan dan mendekatkan ponselnya kembali ketika Sophie bergumam kecil.

"Kau serigala Bodoh!!" Gumam Sophie menatap Wilson penuh arti.

Wilson tersenyum mendengar omongan Sophie. "Aku baru menyadarinya kalau aku memang termaksud golongan orang Bodoh." Wilson berbalik dan melambaikan tangannya menjauh.

"Kau bodoh! Cath yang akan kerepotan dengan semua ini nantinya!" Gumam Sophie pelan. "Dan kau juga yang akan terluka."

***

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro