(10/10)
Hal yang baru kusadari ...
◆◆◆
Akashi tampak termenung di balkon kamarnya. Tatapannya mengarah ke langit biru yang cerah. Sebenarnya terbesit sebuah pertanyaan tentang 'Kenapa ia begitu marah setiap pria yang ingin mendekati adiknya?'. Untuk masalah hal itu tentu ia marah, karena tidak sedikit pria yang tidak dikenalnya berusaha mendekati adiknya. Tapi, kenapa juga ia harus marah kepada temannya juga seolah-olah ia tidak rela jika (Name) berdekatan dengan orang lain selain dirinya?
Semakin ia memikirkan hal itu semakin kuat pula jawaban yang sudah ia temukan namun ia tidak ingin mengakuinya. Ya, bagaimana mungkin ia menyukai adiknya sendiri? Apa itu yang dinamakan Siscon?
Akashi tentu saja tidak ingin mengakui hal itu. Tapi, semakin lama ia melihat tingkah (Name), semakin khawatirlah ia kepada (Name) seolah-olah ia takut (Name) meninggalkan dirinya. Ia tidak pernah memikirkan (Name) yang akan benar-benar pergi dari sisinya. Tidak pernah.
Dan selama seharian penuh itulah Akashi merenungkan semua sikapnya pada (Name) sampai-sampai ia tidak menyadari bahwa ada orang lain yang masuk ke dalam kamarnya.
"Sei-nii."
Suara (Name) terdengar di indera pendengarannya. Fokusnya kembali ia alihkan ke arah (Name) yang kini sudah berdiri di sampingnya.
Tatapan Akashi tampak bingung melihat (Name) yang tiba-tiba datang, "Ada apa?"
"Tidak ada. Hanya saja aku khawatir dengan Sei-nii yang tidak makan sedari siang tadi," aku (Name).
Akashi baru sadar jika hari sudah sore, terlihat langit yang mulai terlihat berwarna jingga. Akashi tersenyum lalu mengelus kepala (Name) sayang. "Maaf, aku tadi sedang fokus dengan pekerjaanku sehingga rasa laparku menguap begitu saja," jelas Akashi yang tentu saja bohong.
Sedangkan (Name)? Tentu saja ia selalu percaya akan apa yang dikatakan kakaknya karena ia tahu, selain Akashi sekolah dan menjabat sebagai ketua OSIS, Akashi juga bekerja di perusahaan membantu ayahnya dengan alasan belajar sebelum mengambil alih perusahaan itu. Jadi tidak heran jika ia melihat Akashi yang selalu sibuk dengan dunianya sendiri.
"Baiklah, kalau begitu jangan diulangi lagi, ya~ Nii-chan!"
◆Bonus◆
"(Name), boleh aku bertanya sesuatu?"
"Hm? Apa?"
"Siapa yang paling kamu cintai saat ini?"
"Tentu saja otou-sama, okaa-sama, dan juga nii-chan! Bagaimana dengan nii-chan?"
"Tentu saja aku juga sama denganmu."
"Benarkah? Syukurlah~"
Hal itu pulalah yang menyebabkanku tidak bisa melewati batas sebagai seorang kakak.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro