Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 84

Sudah tiga hari Dafa sekeluarga berada di Paris sudah tiga hari pula lah Shafa tak bertemu dengan Sakti harus rela menahan rindu yang mulai menghinggapi hatinya. Shafa meraih ponselnya diatas nakas mengecek notifikasi namun tak ada pemberitahuan masuk sama sekali.

"Kemana perginya kak Sakti... Tumben sekali seharian gak ada kabar" batinnya.

"Kemana sih sebenarnya... Huhhh bikin kesel aja gak tau apa kalau nahan rindu itu engga enak banget..." Ucap Shafa sembari mencoba mendial nomor Sakti untuk yang terakhir kali.

”Menyebalkan.. Awas aja nanti" Shafa mematikan ponselnya dengan kesal.

"Bodo amat lebih baik aku tidur saja" Shafa menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.

Shafa mendengus kesal kala nomor Sakti dihubungi berulang kali tidak bisa, dengan hati kesal Shafa menonaktifkan ponselnya kemudian menaruhnya kembali diatas nakas. Shafa membaringkan tubuhnya menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya kemudian mulai memejamkan mata.

Hari masih petang pagi pun baru menjelang namun Shafa sudah terbangun karena dikagetkan dengan sebuah ketukan pintu yang diketuk secara tidak sabaran. Dengan langkah malas Shafa merapikan gaun tidurnya kemudian membuka pintu secara perlahan. Shafa yang masih setengah sadar tidak terlalu memperhatikan seseorang didepannya hingga sebuah tangan kekar mendekap tubuhnya. Shafa yang terkejut pun segera membuka matanya dengan sempurna ia membelalakan mata kala melihat sosok yang sangat ia rindukan bera tepat didepannya.

"Aku sangat merindukanmu sayang" bisik Sakti sembari mendekap erat tubuh Shafa.

Shafa mengerucutkan bibirnya kemudian melepaskan perlahan pelukan sang tunangan berpura seolah sedang marah.

"Sayang kamu kenapa?"

"Kamu marah sama aku?"

"Maafin aku dong... Aku kemarin buru buru jadi gak sempat kabari kamu" ucap Sakti memohon.

"Kakak kira menahan rindu itu enak apa... Kesel tau kalau kakak gak ada kabar gitu"

"Iya iya maaf... Maafin aku ya sayang" ucap Sakti kembali mendekap tubuh Shafa.

Shafa mengangguk pelan sembari terkekeh dibalik tubuh Sakti merasa gemas dengan ekspresi wajah sang tunangan yang sangat takut jika dirinya marah. Shafa meminta Sakti untuk beristirahat dikamar sang adik Kafa yang lqngsung dibantah oleh Sakti.

"Lah ngapain dikamar Kafa sih... Emang tunangan aku Kafa apa..." Ucap Sakti kesal.

"Jangan aneh aneh deh kak... Masa iya mau tidur disini..."

"Lah tunangan aku kan kamu masa aku tidur sama Kafa sih..."

"Ishh apaan sih kak jangan bantah deh nanti kalau bunda sama ayah tahu gimana? Bakal marah lah mereka"

"Kamu kira yang nyuruh aku kesini... Yang jemput aku kesini siapa?"

"Ma maksud kakak apa?"

"Ayah yqng ngijinin aku tidur disini sama kamu..."

"Gak mungkin kakal pasti bohong..."

"Mana pernah aku bohong sama kamu.., ya sudah kalau gak percaya tanya aja sana sama ayah tuh ayah sama bunda masih didepan sama mami dan papi"

"Hah beneran... Jadi mami dan papi juga ikut ke Paris kak?"

"Hemm.. Bukan hanya mami papi dan Tasya aja yang ikut tuh oma Anna dan oma Lin juga ikut kemari tapi opa gaknikut sih"

"Astaga... Bakal betah di Paris ini mah kalau semua pada ikut liburan gini" ucap Shafa sembari terkekeh.

Sakti bergerak menuju ranjang merebahkan tubuhnya disana tanpa menunggu persetujuan dari Shafa. Sementara Shafa hanya bisa menggeleng gelengkan kepala melihat kelakuan sang calon tunangan.

"Kunci pintu dan cepat kemarilah sayang... Lakukan tugasmu " seru Sakti sembari memejamkan mata.

Shafa begidik ngeri mendengar ucapan Sakti barusan "mengunci pintu dan lakukan tugasmu" ulang Shafa didalam hati sembari waswas. Shafa membaringkan tubuhnya di seberang Sakti kemudian memiringkan tubuhnya membelakangi Sakti. Sakti membuka sedikit matanya melirik kearah Shafa yang membelakinginya.

"Apa itu caramu menyambut suami datang?"

"Ishh apa lagi sih kak" desis Shafa kesal.

"Cepat kemari lakukan tugasmu"

"Tu tugas... Tugas apa?" tanya Shafa gugup.

"Mangkanya kemari biar kau tahu apa tugasmu"

"Gak mau... Gak mau... Jangan aneh aneh ya kak nanti Shafa aduin ke ayah dan bunda loh"

"Aduin aja kalau kamu gak malu"

"Ihh nyebelin " seru Shafa sembari tetap memunggungi Sakti.

Sakti terkekeh melihat tingkah polos Shafa ia kemudian bergerak merapayt ke arah Shafa kemudian memeluknya dari belakang yang membuat tubuh Shafa menegang.

"Kak... A... Aku be...belum siap kak" ucap Shafa gugup.

Sakti tertawa terbahak bahak yang membuat Shafa membalikkan tubuhnya menghadap Sakti heran.

"Apanya yang lucu? Kenapa ketawa?" tanya Shafa penasaran.

"Kamu tuh yang lucu..."

"Ish apanya yang lucu sih kak..." ucap Shafa kesal.

"Kamu... Memangnya aku mau apain kamu sampai kamu bilang belum siap" tanya Sakti yang membuat wajah Shafa memerah.

"Ya itu tadi kaka bilang suruh melakukan tugasku..."

Sakti menyentil kening Shafa pelan kemudian tertawa terbahak bahak, ia gemas sekali dengan tingkah polos Shafa.

"Shaf kita belum sah... Mana mungkin aku memintamu melakukan hal hal begituan.. Aku cuma minta dipeluk doang sama kamu... Mengapa kamu mikirnya kejauhan sih"

"Oh.., ya maaf... Salah sendiri siapa suruh gak ngomong langsung.. Shafa kan gak ngerti"

"Nah sekarang sudah mengertikan ayo cepat lakukan tugasmu"

"Gak mau... Shafa gak bisa lakukan itu kak"

"Ya sudah aku yang akan melakukannya" ucap Sakti sembari meraih tubuh Shafa kedalam pelukannya.

"Tidurlah sayang" bisik Sakti sembari mengusap lembut punggung Shafa.

Hanya sepersekian menit saja nafas keduanya sudah mulai teratur dan sesekali mendengkur halus yang menandakan keduanya telah terlelap tidur.Mereka berdua tertidur sembari berpelukan hingga pagi menjelang.

Toktoktok

Suara pintu diketuk berulang kali membuat Sakti terpaksa melepaskan pelukan sang kekasih dan bergerak membuka pintu.

"Lama banget sih bukanya... Mami capek tau ketuk ketuk pintunya"

"Maaf mi... Ada apa?"

"Mami mau ketemu dengan calon mantu mami dong mana dia... Mami mau ajakin dia shoping hari ini" ucap Lana sembari memaksa menerobos masuk kamar.

"Mi... Mami gak boleh gitu dong main nyelonong masuk aja... Shafa ma.." ucapan Sakti terpotong kala Shafa lebih dulu menyapa Lana.

"Pagi mi... Apa kabar?" sapa Shafa ramah yang masih mengenakan gaun tidurnya.

"Loh kamu udah bangun sayang... Maaf ya kamu pasti ke ganggu suara aku dan mami ya" ucap Sakti sembari meraih pinngang Shafa.

"Engga kok kak... Gapapa"

"Pagi sayang... Kabar baik dong... Mami kangen banget tau sama kamu... Abis sarapan kita jalan jalan yuk..." ajak Lana yang diangguki oleh Shafa.

"Ya sudah kamu cepat siap siap gih..."

"Iya mi..."

"Sayang... Kalian gak coba coba bikin cucu dulu kan buat mami.." celetuk Lana yang membuat Shafa merona.

"Enggg... Engga kok mi" jawab Shafa gugup.

"Bagus... Jangan terbuai godaan anak nakal ini ya Shaf... Kalau Sakti nakal sebelum waktunya aduin saja ke mami oke" ucap Lana sembari berlalu pergi.

Shafa telah rapi ia lantas mematut wajahnya didepan cermin hendak merias wajah matanya membelalak kala melihat tanda merah keunguan terpampang jelas dilehernya. Shafa langsung mensiasatinya dengan mengenakan syal.

"Untung saja musim dingin... Jadi gak salah kostum"

"Kak Sakti benar benar keterlaluan" umapatnya.




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro