Bab 76
Jam dipergelangan tangan Shafa sudah menunjukkan pukul delapan lewat sepuluh menit ia buru buru berpamitan kepada ayah dan ibu Sakti yang sedari tadi mengajaknya mengobrol.
"sudah malam... Shafa pamit pulang dulu mi pi..."
"Kenapa buru buru sayang mami masih pengen ngobrol denganmu..."
"Maaf mi... Shafa tidak boleh pulang lewat jam sembilan malam takut dimarahin ayah nanti... lain kali Shafa janji main kemari lagi mi..."
"baiklah... kalau begitu hati hati sayang... sering sering lah kemari ya..."
"siap mi..."
"Mi pi aku antar Shafa pulang dulu ya..."
Sakti mengantar Shafa pulang, ia melajukan mobil lebih cepat dari biasanya karena tak enak dengan orang tua Shafa jika sampai Shafa pulang terlambat.
"kak aku masuk duku ya... dah..."
"aku mau mampir sebentar sayang... mau minta maaf sama bunda dan ayah sudah bawa kamu pergi sampai semalem ini"
"gapapa kali kak ini juga masih jam setrngah sembilan kok... jadi Shafa belum telat juga"
"gak enak sama ayah dan bunda sayang... aku mampir sebentar deh..." ucap Sakti yang memaksa ikut masuk.
"ya sudah ayo turun..."
"eh... tunggu bentar" Sakti menahan lengan Shafa yang membuat sang empunya tak jadi keluar.
"apa kak?" tanya Shafa penasaran.
cup... Sakti mencium pipi kanan Shafa lalu memeluknya.
"i love you sayang" bisik Sakti.
"i love you too kak... udah ahh... ayo masuk.." ucap Shafa sembari menarik lengan Sakti.
♥♥♥♥♥
Renata, Dafa, Kafa dan juga kedua orang tua Dafa sedang beraa diruang tengah mereka sedang asik mengobrol sembari berebut menggendong Rafa.
Shafa dan Sakti masuk kedalam rumah mendengar suara sang oma dan opa dari ruang tengah. Shafa meminta Sakti untuk mengikutinya karena ia ingin memperkenalkan Sakti dengan oma opanya.
"malam oma opa..." sapa shafa lembut.
"malam sayang... hai siapa itu... kenapa tidak disuruh diduduk sayang"
"kemarilah nak... bergabunglah bersama kami..." ucap Hutama kepada Sakti.
"terimakasih... perkenalkan saya Sakti" Sapa sakti sembari bersalaman dengan Anna dan Hutama.
"oh iya oma kenalin kak Sakti ini Pacar Shafa oma.. opa"
"pacar?" seru Hutama dan Anna sembari berpandangan.
"iya ma... kami mengijinkan Shafa untuk berpacaran asal tidak mengganggu pelajaran" sahut Dafa.
"oh ya ampun... cucu oma benar benar dewasa sekarang... " pekik Anna sembari memeluk Shafa.
"Sayang... ternyata kita sudah tua sekali ya... cucu kita sudah berpacaran ternyata" ucap Anna kepada sang suami.
"Dan mungkin mama akan segera memiliki cicit nanti..."
"cicit??"
"hemmm... mereka berdua akan mengikuti jejak Dafa yang menikah diusia muda" jelas Dafa.
"ayah... itu masih lama... jangan terlalu dipikirkan oma Shafa masih belum lulus sekolah kok" ucap Shafa meluruskan ucapan sang ayah.
sementara Hutama dan Dafa terkekeh mendengar ucapan sang putri.
"Ayo Sakti kemarilah... duduk sini..." ajak Dafa sembari menepuk Sofa kosong disamping kanannya.
"iya yah... sakti minta maaf ya yah bun sudah mengajak Shafa kerumah Sakti sampai semalam ini"
"tak apa boy... ini belum ada jam sembilan jadi tak apa.." ucap Renata menjawab permintaan maaf Sakti.
Setelah satu jam berbincang bincang Sakti pun akhirnya pamit pulang.
"bun... yah... oma opa... Sakti pamit pulang dulu ya..."
"iya nak hati hati ya..." ucap Anna sembari tersenyum ramah.
"Jangan kebut kebutan ya bawa motornya Sak.. "
"iya yah... "
"bun yah Shafa antar kak Sakti kedepan sebentar ya..."
"hemmm" sahut Dafa.
Shafa mengantar Sakti sampai didepan rumah, ia menunggu sampai Sakti melajukan mobilnya menunggalkan pekarangan rumahnya.
"kabari aku kalau sudah sampai rumah ya kak..."
"iya sayang.... kamu cepat tidur ya... besuk masuk kan"
"iya kak..."
"daaah" ucap Sakti sembari melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Shafa.
Shafa masuk kedalam rumah dan kembali bergabung dengan keluarrganya diruang tengah.
"sudah pada bubar juga ternyata"
"baiklah sebaiknya aku tidur saja..." ucap Shafa sembari melangkahkan kaki menuju kamarnya.
Shafa mengganti pakaiannya kemudian membaringkan tubuhnya diatas ranjang usai mendapat kabar jika sang pujaan hati sudah sampai dirumah.
♥♥♥♥♥
Suasana rumah sakit begitu ramai dipenuhi orang yang berlalu lalang. Terlihat sepasang suami istri sedang mengantri untuk cek kandungan. Arga memeluk Difa sembari mengusap usap punggung Difa yang sedari kemarin mengeluh sakit dibagian pinggangnya.
"sayang masih lama ya...?"
"sabar sayang satu antrian lagi habis itu giliran kita"
"aku sudah gak tahan mas.... rasanya tu aneh sekali dan ini tu sakitnya jadi bertambah..." adu Difa kepada Arga.
"nah itu namamu dipanggil.... ayo kita kedalam sayang" Difa menuruti ucapan sang suami sambil meringis menahan sakit diperut dan pinggangnya.
Difa berbaring diatas brankar dengan seorang dokter yang sedang memeriksanya.
"bagaimana dok keadaan anak dan istri saya?" tanya Arga penasaran.
"Ibu Difa sudah pembukaan dua pak, sakit seperti ini biasa dialami oleh perempuan yang akan melahirkan... namun Pak Arga tidak perlu khawatir semuanya akan baik baik saja... baiklah perawat akan menyiapkan kamar untuk ibu Difa... mohon ditunggu sebentar"
"Apa? jadi istri saya akan melahirkan dok?"
"benar pak... bisa jadi hari ini atau besuk..."
"lakukan yang terbaik untuk anak dan iatri saya dok"
"pasti pak..."
Arga segera mengabari orang tuanya dan orang tua Difa mengenai kabar yang membahagiakan ini. Sementara ia sendiri disini menemani Difa dan menenangkan sang istri yang takut.
Renata yang mendengar kabar jika kakak iparnya alan segera melahirkan meminta sang suami untuk segera menyusul dan menemani Arga di rumah sakit. Karena Renata yakin bahwa Arga akan sangat membutuhkan pendamping disana.
"Mas sebaiknya kamu temenin kak Arga dirumah sakit karena aku yakin saat ini dia pasti sedang khawatir..."
"iya sayang aku akan segera disana"
"iya mas... kabari aku kalau kak Difa sudah melahirkan..."
"iya sayang... aku berangkat dulu ya..."
"iya mas hati hati..."
Dafa melajukan mobilnya cepat menuju rumah sakit kemudian ia segera bertanya letak kamar Difa. Ia merasa lega kala melihat Difa dibawa masuk kedalam ruangan bersalin dengan Arga yang setia menggenggam tangan sang istri.
Sementara dari arah lain terlihat kedua orang tuanya sedang berjalan tergesa menghampiri Dafa.
"Ma... pa..."
"Dimana Difa Daf?"
"Difa sudah dibawa masuk kedalam ruangan bersalin ma... "
"hemmm begitu... syukurlah semoga saja lekas lahir dengan lancar dan selamat...."
Hampir dua jam menunggu akhirnya sebuah tangisan bayi perempuan menggema diruangan bersalin. Semua keluarga yang berada diluar ruangan pun ikut bersyukur mendengar tangis bayi tersebut.
"Alhamdulillah cucu kita sudah lahir... " ucap Anna dan Hutama.
Arga menggendong bayi perempuan kecil yang sangat menggemaskan. Ia membelai pipi putrinya dengan sayang kemudian mengecupi pipinya. Sementara Difa saat ini tengah menangis bahagia melihat kebahagian sang suami.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro