Bab 72
Malam ini berbeda dari malam malam Shafa sebelumnya, jika biasanya ia langsung tidur begitu saja usai belajar maka mulai malam ini kegiatan barunya usai belajar adalah videocall ataupun saling berkirim pesan dengan kekasih barunya Sakti.
"Shaf... kamu sudah selesai belajarnya?"
"belum sebentar lagi nih..."
"habis belajar kamu langsung tidur ya... besuk aku jemput seperti biasa..."
"iya kak..."
"Shaf makasih ya buat yang tadi..."
"apaan?"
"kiss dari mu..." ucap Sakti sembari terkekeh.
"ish kakak kenapa dibahas sih.... bikin malu kan jadinya..."
"hehehe kenapa musti malu sama calon suami sendiri"
"ishh apaan sih kak... gak jelas deh..."
"jelas kok... aku bakal nunggu kamu... aku serius ini Shaf..."
"kak... Shafa masih sekolah loh..."
"aku bakal nunggu sampai kamu lulus Shaf..."
"kakak serius?"
"serius Shaf... dua rius malah..."
"baiklah mulai sekarang kakak harus siap siap kalau mau serius sama Shafa..."
"aku sudah siapin semuanya Shaf... tinggal menunggu kesiapan kamunya saja..."
"tunggu aku lulus sekolah ya kak..."
"pasti... aku bakal sabar nungguin kamu..."
"tidur gih" seru Sakti.
"iya iya... kakak juga cepetan tidur jangan ngegame mulunloh ya..."
"siap sayang.... selamat tidur.... semoga mimpi indah sayang" ucap Sakti yang membuat pipi Shafa merona.
Shafa langsung mematikan videocallnya kemudian membaringkan tubuhnya di ranjang sembari memeluk gulingnya bahagia.
Tengah malam Renata terbangun ia merasakan sakit diperutnya namun ia berusaha menahannya karena ia berfikir itu hanya sebuah kontraksi kecil, pukul tiga dini hari ia terpaksa membangunkan sang suami karena ia sudah tidak kuat menahan rasa sakit diperutnya.
"mas.... tolong perutku sakit banget"
"sayang... kamu kenapa? apa yang sakit?"
"aku gak tahan mas... ini sakit banget"
"kita kerumah sakit sekarang sayang... kamu sabar ya..." ucap Dafa kepad sang istri.
Dafa membopong tubuh Renata menuju kedalam mobil mengendari mobil dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit. Ia segera membawa sang istri masuk kedalam rumah sakit begitu ia telah sampai. Ia meminta dokter dan suster segera menangani sang istri. Maklumlah Dafa adalah pemilik rumah sakit ini jadi sudah dipastikan Renata mendapatkan pelayanan yang terbaik.
♥♥♥♥♥
Pagi ini semua keluarga berkumpul didepan ruang bersalin untuk menyambut kelahiran keluarga barunya. Ya...tepatnya tadi pagi pukul 3 dini hari Renata merasakan sakit pada perutnya yang membuat Dafa panik dan melarikannya kerumah sakit.
Dafa dengan setia menemani Renata yang sedang berjuang untuk melahirkan anak mereka. Dafa merapalkan do'a dalam hatinya agar proses persalinan berjalan cepat dan lancar karena Dafa tidak tega melihat Renata kesakitan.
Setelah menunggu hampir dua jam akhirnya bayi mereka lahir suara tangisnya menggema diseluruh sudut ruangan. Seorang bayi tampan bermata sipit dengan alis tebal dan hidung mancung kini telah lahir. Bayi kecil itu akan mewarnai hari hari baru Dafa dan Renata. Bayi laki laki tersebut di beri nama Rafasha Aditya Hutama. Dafa bergerak mendekat kearah box bayi lalu kemudian mengadzani anaknya. Air mata Renata menetes bahagia melihat bayi mungil digendongan Dafa. Tak henti hentinya Renata menangis mengucap syukur atas kelahiran Rafasha.
Sementara diluar ruangan tampak senyuman bahagia dari seluruh keluarga yang bersyukur atas kelahiran anggota keluarga barunya setelah mendengar suara tangis bayi.
"Alhamdulillah...cucu kita sudah lahir..." ucap salah seorang dari mereka dengan binar bahagia.
"Ya benar... Alhamdulillah.... dan kita harus bersiap untuk menyambutnya" ucap yang lain membenarkan.
"Ahhhh... aku jadi tak sabar menggendongnya Jeng..." ucap ibu Renata sembari menggenggam tangan ibu Dafa.
"Sabar Jeng.... nanti kita lihat dan gendong setelah diperbolehkan dokter" ucap bu Anna ibunya Dafa.
♥♥♥♥♥
Renata menggendong Rafa untuk memberikan Asi pertamanya. Ia berdecak kagum memandangi wajah putranya yang sangat mirip dengan Dafa. Dibelainya pipi sang putra yang sedang asik menyusu.. Dikecupnya pucuk kepala Rafa sembari memainkan jari jari mungil Rafa.
Renata terkekeh melihat wajah sang putra yang begitu asik menyusu.
"Apakah kau lapar sekali hemmm" ucap Renata sembari menggoyang goyangkan tangan Rafa yang menggenggam ujung jarinya.
"Sayang...kau lucu sekali...bunda gemas melihatnya.." ucapnya lagi.
"Ahhh kenapa kau mirip sekali dengan ayahmu... kenapa tak ada yang mirip bunda" dialog Renata pura pura kesal.
Dari balik pintu kamar mandi Dafa menyahuti ucapan Renata barusan.
"Jadi kamu tak terima jika Rafa mirip denganku...bukankah aku tampan katamu...dan bisa membuatmu tergila gila" Ejek Dafa menaik turunkan alisnya.
"Ishh mas Dafa...harusnya tak perlu menyahut" ucap Renata terkekeh.
Dafa mendekati brankar sang istri lalu mengecup keningnya dalam sembari mengamati Rafa yang tertidur pulas dalam gendongan Renata.
"Terimakasih sayang...sudah berjuang melahirkan Rafa didunia ini" bisik Dafa sembari memeluk sang istri.
Sebuah dehaman membuat Dafa dan Renata menghentikan aktifitasnya.
"Ehemm..." Deham papa Dafa.
"Ishh papa ganggu aja" ucap Dafa bercanda.
"Lagian kamu tega sekali melupakan kami diluar yang sedari tadi tidak sabar ingin menggendong cucu kami" ucap papanya dengan nada pura pura kesal.
"Ya maaf pa...abisnya Dafa kelewat seneng sih jadi lupa" ucapnya sembari tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya.
"Alah...kebiasan deh kamu Daf" ucap sang mama menimpali.
Ruangan Renata kini ramai dipenuhi oleh keluarga,kerabat serta rekan kerja Dafa yang silih berganti ingin menjenguk Rafa.
Pagi ini Shafa bangun lebih pagi membantu asisten rumah tangganya memasak dan beberes seperti yang biasa bundanya lakukan kemudian membangunkan sang adik dan menyiapakan segala keperluan sang adik. Ia segera pergi kekamar mandi dan juga bersiap karena takut sang kekasih menunggu lama.
Shafa menuruni anak tangga dilihatnya sang adik sedang mengobrol dengan Sakti. Ia tersenyum melihat sang kekasih yang begitu pintar mengambil hati keluarganya.
"Dek... nanti kamu jangan pulang sore loh ya... habis pulang sekolah langsung pulang karena kita nanti mau jengung bunda dan adek bayi"
"benarkah itu kak?"
"hemmmm"
"oke nanti Kafa pulang tepat waktu... Kafa berangkat dulu ya kak... Kak Sakti Kafa duluan ya lain kali kita ngobrol lagi dahhh"
"hati hati dijalan Kaf"
"iya kak"
"bunda sudah melahirkan ya?"
"hemmm... oh ya maaf sampaikan permohonan maafku buat mamimu ya kak... sepertinya hari ini aku gak bisa memenuhi permintaan mamimu mungkin aku akan memenuhi permintaan mamimu besok gapapa kak?"
"iya gapapa kok mami pasti juga ngerti..."
"kata bibik ini masakan kamu ya?" tanya Sakti sembari menatap wajah sang kekasih.
"iya... kenapa kak? gak enak ya?" tanya Shafa panik.
"Enak kok... enak banget malah... sepertinya aku gak salah milih calon istri"
"apa sih kak... jangan mulai lagi deh..."
"hehehe ini beneran sayang... kamu itu idaman banget..."
"makasih kak... tapi Shafa gak sehebat itu kok Shafa malah baru belajar dari bunda semenjak bunda hamil"
"itu lama kali sayang... udah hampur delapan bulanan kan berarti... pantes saja masakannya udah seenak ini"
"gombal deh... berangkat yuk tar terlambat" ajak Shafa yang di angguki oleh Sakti.
Mereka berdua akhirnya berangkat sekolah bersama kali ini mereka mengobrol asik dimobil sembari bercanda tak seperti biasanya yang hanya diam diaman.
Please kasih star dan tinggalkan komentar... thanks
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro