Bab 4 Kamu
Kamu
"Ren, ayo buruan! Kamu lama sekali sih!" seru sang mama dari lantai bawah.
Renata melangkahkan kaki cepat berjalan menuruni anak tangga.
"Ayo, Renata sudah siap," ajak Renata.
Renata dan keluarganya sudah sampai di sebuah perumahan elit kediaman Anna. Renata dan keluarga disambut ramah oleh Anna yang kemudian menggiringnya dengan menuju meja makan. Sebuah ruang makan yang luas dengan meja besar bertuk oval dan kursi kayu ukir yang mengelilingi meja tersebut. Renata duduk dengan tenang di salah satu kursi di apit oleh kedua orang tuanya.
Acara makan malam berjalan dengan lancar, hingga seorang pria berjas hitam datang dan menyapa.
"Maaf om tante saya telat," ucap pria tersebut.
Suara itu, suara tak asing bagi Renata. Renata yang sedang menunduk menikmati makanan yang ada di piringnya pun bergegas melirik ke arah sumber suara. Tapi sayangnya ia tiba-tiba urung. Ia lebih memilih melanjutkan aktifitasnya menikmati makanannya.
"Tak apa kami mengerti," ucap kedua orang tua Renata ramah.
Usai makan malam, Anna kembali menggiring kami ke sebuah ruangan.
"Oo iya ngobrolnya biar enak di ruang tengah aja ya jeng mas mari," ajak tante Anna.
Di ruang tengah papa mama om dan tante asik membicarakan Renata yang duduk diam dan tersenyum menanggapi obrolan yang tidak mengerti topiknya.
"Dafa kenalin ini Renata," ucap Anna lembut.
"Ren ini Dafa anak tante yang tante ceritain tadi," ucap tante Anna yang membuat Renata terlonjak kaget.
Semua serba kebetulan tapi jika benar mungkin ini takdir. Renata bisa mengabulkan permintaan Kafa dan Shafa tanpa menunggu permintaan Dafa kepadanya batin Renata. Renata bahagia sedikit jalan sudah terbuka untuk memenuhi permintaan Kafa dan Shafa. Sedari tadi Renata terus mengucap syukur dalam hati, tidak peduli dengan apa yang Dafa pikirkan yang terpenting bagi Renata adalah kebahagiaan dua anak yang rindu sayang seorang ibu.
"Daf ajak Renata ngobrol di taman gih," ucap Anna namun ditolak oleh Dafa dengan alasan ia harus menemani Kafa di rumah sakit.
Hati Renata mencelos ketika mendapatkan perlakuan dingin dari Dafa namun sepertinya ia harus ekstra sabar untuk terbiasa menerima perlakuan aneh Dafa.
Di rumah sakit...
Di rumah sakit Kafa menangis meminta Dafa untuk memanggil Renata ke kamarnya namun karena gengsinya Dafa justru meminta Kafa untuk menelepon Renata dan berbicara sendiri kepada Renata.
Drrrt drttt
Renata mengernyitkan dahinya melihat sebuah nomor baru menelponnya berulang kali. Renata pun mumutuskan mengangkat teleponnya.
"Halo," sapa Renata.
"Bunda," seru Kafa dari seberang.
Dengan wajah sumringah Renata menjawab telepon dari Kafa.
"Siapa Ren?" tanya Lin.
"Kafa, Ma."
"Loudspeaker Ren," pinta Anna.
"Bunda...." panggil Kafa manja.
"Ya sayang ada apa?" ucap Renata lembut.
"Bisa tidak jika Bunda nemenin Kafa di rumah sakit malam ini?" tanya Kafa dengan suara memelas.
"Oke, Bunda akan ke sana sekarang. Tunggu ya nak," sahut Anna.
"Oma, ini oma kan? Bunda lagi sama oma ya?" tanya Kafa kemudian.
"Iya dong, Bunda mau otw jadi ditutup dulu ya nak teleponnya?" ucap Anna.
"Siap Oma."
Kafa mematikan telepon lalu tersenyum puas.
"Ini ponsel ayah." Kafa mengembalikan ponsel sang ayah.
Tak lama kemudian Renata tiba di rumah sakit. Ia berjalan masuk ke dalam ruangan Kafa.
"Bunda," panggil Kafa.
"Hai, Sayang kamu lagi apa?" sapa Renata.
"Lagi lihat kartun, Bun."
"Ayah, boleh tidak kalau Bunda tidur di sini malam ini? Kafa pengen tidur sama bunda malam ini," pinta Kafa tiba-tiba.
"Boleh, kalau gitu ayah pulang ya, Sayang." Dafa berniat menghindari satu ruangan dengan Renata yang dibalas gelengan kepala oleh Kafa.
"Gak boleh... Kafa maunya ditemani ayah dan bunda," ucap Kafa merajuk.
"Oke kalau gitu ayah tunggu di sofa saja ya?" bujuk Dafa yang dibalas anggukan oleh Kafa.
"Asikkk....." seru Kafa semangat.
"Semoga tante bisa bahagiain kamu nak," ucap Renata dalam hati.
Renata pun naik ke atas brangkar Kafa dan mengusap usap kepala Kafa hingga Kafa tertidur. Ada seulas senyum Renata ketika mengingat Kafa memanggilnya Bunda sungguh Renata bahagia melihat Kafa tersenyum girang. Dan Renata berdoa semoga dirinya bisa terus membuat Kafa bahagia seperti ini.
keesokan harinya Kafa diperbolehkan pulang itu membuat Renata bahagia namun juga sedih karena tidak dapat bertemu lagi dengan Kafa karena Renata tak punya alasan lagi untuk bertemu dengan Kafa jika bukan Kafa yang memintanya.
"Aku harus beralasan apa jika ingin bertemu dengan Kafa?" gumam Renata
Namun fikirannya salah keesokan harinya ketika istirahat seorang bocah laki-laki kecil menyelonong masuk ke dalam ruangannya dan memeluk kaki Renata erat membuat Renata bahagia bukan main. Mata Renata berbinar kala mendengar bocah tersebut berkata bahwa dirinya sangat senang bisa bertemu Renata.
"Bunda? hatiku selalu mengahangat jika Kafa memanggilku bunda."
"Bahkan melihatnya saja sudah membuatku" bahagia batin Renata.
"Bunda... Kafa kangen," ucap Kafa manja.
"Ya sayang bunda juga kangen sama Kafa," ucap Renata sambil mengusap usap puncak kepala Kafa.
"Kafa ke sini sama siapa?" tanya Renata penasaran.
"Sama oma sama opa dan kak Shafa bun," ucap Kafa menjelaskan.
Renata keluar dari ruangan, ia mengedarkan pandangannya kesegala penjuru karena penasaran ingin menemukan keberadaan Shafa, Anna dan juga Pak Hutama, namun langkahnya terhenti ketika ia melihat seorang gadis remaja sedang menggandeng tangan Anna yang diikuti seorang laki laki paruh belakangnya sudah terlihat terlihat di lorong menuju kearah ruangan Renata.
"Oh itu dia," batin Renata.
Shafa yang menyadari Renata sudah berdiri di depan ruangan menunggunya pun kemudian melempar senyum manisnya sembari melambaikan tangan ke arah Renata.
"Bunda...." panggil Shafa kemudian berhambur memeluk Renata.
Dengan senyum ramah Renata menyapa dan mempersilahkan tamunya masuk ke dalam ruangan namun Anna atau yang biasa ia panggil tante Anna menolak dan mengajaknya makan siang di restoran dekat rumah sakit.
"Tante, om apa kabar?"
"Mari silakan masuk kita bicara di dalam. Kafa sudah berada di dalam ruangan saya tante," ucap Renata sembari membuka pintu mempersilahkan tamunya masuk.
"Kabar baik nak. Ah terima kasih Ren tapi kami kemari mau mengajakmu makan siang di restoran depan rumah sakit, tak apa kan?" tanya Anna memastikan.
"Ohh begitu kah? tak apa tante kebetulan ini jam istirahat saya," ucap Renata menyetujui.
"Kalau begitu saya panggil Kafa dulu tante, om permisi." Renata pun masuk ke dalam ruangan dan beberapa detik kemudian keluar bersama dengan Kafa.
Jujur saja Renata senang sekali bisa makan bersama dengan Kafa dan Shafa seperti seorang ibu yang sedang makan bersama dengan anak anaknya namun senyuman kebahagiaan Renata hilang ketika seorang pria ikut duduk bergabung. Yap Pria itu adalah Dafa ayah dari Shafa dan Kafa. Dengan sedikit gugup, Renata memberanikan diri menatap Dafa dan mencoba untuk menyapanya namun semua sia sia, Dafa tetap saja bersifat dingin kepadanya.
"Selamat siang pak..." sapa Renata namun diindahkan oleh Dafa.
"Oh ya ampun... kenapa musti ada dia sih? huft..." umpat Renata di dalam hati.
"Dasar pria dingin menyebalkan," gerutunya dalam hati.
Anna yang melihat kejadian tersebut pun merasa tak enak hati dengan Renata dan buru meminta maaf atas kelakuan sang putra.
"Oh ya ampun Dafa benar-benar keterlaluan anak itu! Awas saja jika sampai Renata marah," batin Anna kesal.
"Re maafin sifat Dafa ya?" ucap Anna tak enak hati.
"Tak apa tante," ucap Renata sambil tanpa melihat senyuman.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro