Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

YOU NEED TO CALM DOWN

And I ain't trying mess with your self-expression
But I've learned the lesson that stressin'
And obsessin' 'bout somebody else is no fun
And snakes and stones never broke my bones so....

(You Need To Calm Down by Taylor Swift)

***

Si sialan Granger terus saja menganggu ketentramanku, dia dengan tidak tahu malunya terus mendekatiku dan bertanya dimana buku sialannya berada. Bayangkan saja sudah dua minggu ini aku selalu mendengar kebawelan Granger, itu membuatku muak.

Aku dan dia sudah mencari di rak-rak perpustakaan tapi tidak menemukan apa yang kita cari. Aku pun bingung kenapa buku itu bisa tidak ada. Granger pun panik dan terus menyalahkanku. Dia tak terima kenyataan kalau bukunya itu hilang dan mungkin sudah diambil oleh orang lain. Kini dia menuduhku berbohong karena aku masih memiliki buku itu.

"Malfoy, apa aku harus memberi kau ramuan Veritaserum agar kau bisa jujur?"

"Ya silakan saja kalau kau bisa membuatnya dalam waktu dekat ini." Sebenarnya aku malas meladeni semua ocehan Granger tapi mulutku gatal sekali kalau tidak berdebat dengannya. Kalau aku diam artinya aku kehabisan argument yang sama saja menyatakan kekalahanku.

"Tidak bisa, aku harus mengumpulkan bahan-bahannya dulu, dan itu sangat sulit dicari. Belum lagi membuat ramuan itu sangat sulit."

"Kalau begitu curi saja dari tempat Snape." Tantangku.

"Apa kau mau menemaniku mencurinya?"

Aku mendelik ke arah Granger yang sedang membersihkan piala cangkir yang sudah sangat berdebu dengan kain di tangannya. Inilah tugas detensi kami, membersihkan gudang dengan tanpa sihir, jumlah barang yang kami harus bersihkan pun tak terhingga.

Aku tak percaya Granger menyetujui gagasan gilaku. Aku kira dia anak yang taat peraturan.

"Kau bersungguh?"

"Apapun akan aku lakukan agar buku diariku bisa Kembali."

"Seberharga itukah bukumu, Granger? Kau bahkan rela menjadi kriminal."

"Tentu saja semua barangku itu berharga, Malfoy!"

"Lakukanlah sesuai keinginanmu, Granger. Aku tidak peduli."

"Bagaimana bisa kau lepas tangan begitu. Ini semua juga karena kau, aku masih yakin kau yang menyembunyikan bukuku...."

Dan seperti itulah, ocehan Granger terus bergema sepanjang kita menjalankan detensi. Aku kadang menanggapi, kadang aku diam. Lalu aku Kembali larut dalam pikiranku. Aku dan Granger sama sekali tidak cocok, kita berdua bahkan saling bertolak-belakang dalam segala hal. Bagaimana bisa aku dan dia menjadi satu dalam ikatan pernikahan?

Apa yang menyatukan kami?

Ah, benar juga. Jika aku tahu apa yang menyatukan kita sehingga kita bisa bersama, mungkin aku bisa mencegah masa depan itu terjadi.

***

Kelas ramuan berjalan, aku berpasangan dengan Granger yang artinya neraka. Dia begitu bawel hingga kepalaku rasanya ingin pecah. Dia selalu menjawab semua pertanyaan, dia selalu ingin mengerjakan semuanya sesuai dengan petunjuk yang ada di buku. Setiap detailnya. jika apa yang dia lakukan gagal, dia pasti akan menyalahkanku.

Saat ini kita sedang membuat ramuan Felix Felicis atau cairan keberuntungan. Kita sudah sampai di tengah jalan. Tapi ramuan tidak menunjukan keberhasilan, cairannya malah mengeluarkan bau busuk.

"Apa yang sudah kau masukkan kesana, Malfoy?!"

Aku mengangkat tangan, "Bukan aku, ingat kau yang memasukkan semua bahan."

Granger membolak-balik buku ramuan untuk mengecek kesalahannya. Rambut megarnya yang dibiarkan terurai bak singa galak membuatnya kesusahan, dia pun melampiaskan kekesalannya dengan mengacak-acak rambutnya membuat rambut itu semakin berantakan.

Mata Granger berkeliling dan melihat bahwa hampir semua yang ada di kelas melakukan kesalahan yang sama. Ruangan yang sumpek ini semakin tak tertahankan dengan bau busuk yang menerjang dari segala arah. Sebisa mungkin aku menahan diriku agar tak muntah, benar-benar mengesalkan.

"Bagaimana bisa Harry bisa berhasil tapi aku tidak?" tanyanya entah padaku atau pada dirinya sendiri.

Aku menoleh ke tempah Potter dan Weasley. Hanya tempat mereka yang tidak mengeluarkan asap bau, dan sudah kelihatan bening seperti yang sudah seharusnya terjadi. Harus sebening air mata. Semua dilakukan oleh Potter, sementara Weasley hanya menjadi tim penggembira, lagipula apa sih yang bisa dilakukan Weasley selain menjadi tak berguna?

Jika dipikir-pikir rasanya Potter tidak mugkin bisa mahir dalam ramuan secara mendadak. Kemampuannya langsung mahir di tingkat enam ini. Ada sesuatu yang janggal.

"Ini tidak mungkin! Aku sudah mengikuti semuanya sesuai petunjuk. Aku tidak mungkin salah, aku tidak mungkin gagal." Orang di sebelahku terus saja mengoceh karena tidak terima keadaan. Dia masih frustasi dan membolak-balik halaman bukunya.

Di tengah erangan hampir semua siswa yang frustasi karena berada di ruangan dengan bau busuk yang bahkan baunya melebihi Surstromming-makanan kaleng Swedia yang baunya sangat menjijikan. Professor Snape akhirnya turun tangan dan memberi detail langkah apa yang harus kita lakukan untuk menyelamatkan ramuan yang hampir gagal ini.

"Masing-masing dari kalian aku kurangi lima poin kecuali milik yang berhasil," dia mendelik menatap Potter. "Aku kecewa dengan kalian semua."

Aku menjalankan apa yang diperintahkan oleh Professor Snape. Aduk searah jarum jam sebanyak 3 kali, dan aduk melawan arah jarum jam sebanyak 5 kali. Bau busuk pun menjadi agak samar dan aku lihat cairan pun mulai berwarna agak putih.

Aku melakukan proses itu selama 5 kali, sementara Professor Snape meminta kita melakukan proses itu sebanyak 15 kali dan harus sesuai aturan. Kalau kita sampai salah lagi, ya, ramuan ini tidak akan berhasil atau gagal total.

Rekan kerjaku sama sekali tidak membantu, dia masih terus melihat buku ramuan dan terus memprotes bagaimana bisa buku memberikan kesalahan.

"Itulah, Granger. Pepatah yang mengatakan ikutilah arus yang mengalir itu salah karena hanya ikan mati yang terus mengikuti arus, kau harus melawan arus dan melakukan improvivasi. Jangan hanya berpatok pada buku."

Aku merasa diriku keren sekali seperti seorang filsuf handal, aku tidak tahan untuk tersenyum karena aku bangga pada diriku. Kita memang harus mencintai diri kita seperti ini.

Granger bangkit dan mengambil alih pekerjaanku, dia menatapku sambil menggelengkan kepalanya. "Apa kau tidak tahu ikan salmon? Dia ikan hidup dan hidupnya melawan arus. Dan banyak ikan lain yang bertahan hidup dengan melawan arus, dan tidak hanya ikan mati yang mengikuti arus, banyak ikan lain yang hidup dan terus mengikuti arus."

***
B

eberapa hari kemudian, seisi Hogwats dikagetkan dengan gossip Granger. Well, aku bukan penggosip tapi bagaimana mungkin aku bisa mengabaikan semua suara orang yang terus membahas soal Granger dan lelaki pujaannya.

Tampaknya isi diary Granger sudah disebarkan.

Tidak mengejutkan memang kalau Granger menyukai Harry Potter.

"Dugaan kita benar. Si mudblood itu memang menyukai Potter." Pansy duduk begitu menempel di dekatku membuat aku risih apalagi dengan tangan yang sengaja ia gandengkan denganku. Aku pun segera memisahkan jarakku dengan Pansy.

Kita memang sering berujar pada bahwa Granger dan Potter tidak mungkin hanya sebatas teman, dan itu sudah berulang kali kita bahas.

"Tidak ada yang namanya persahabatan murni antara laki-laki dan perempuan. Aku yakin Weasel pun menyukai Granger. Dan voila, persahabatan mereka pun hancur karena cinta segitiga." Aku geli sekali membayangkannya. Yah, biarlah sekalian satu asrama hancur saja.

***
Give me your thoughts ya guys.
Terima kasih.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro