Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

THE JOKER AND THE QUEEN

Sarapan pagi di Aula Besar terlihat berbeda, aku melihat Granger sudah kembali berteman dengan para sahabat payahnya. Aku tidak mempercayai ini semua, begitu mudahnya Hermione memaafkan para teman yang bahkan tak memperdulikannya ketika dia hampir dilecehkan oleh teman-temanku. Teman-temannya tidak ada yang membela ketika dia dihina Pansy, mereka hanya diam. Granger sudah melupakan itu semua, dia duduk dan tertawa di sebelah teman-temannya itu. Dia terlalu bodoh dan naif.

"Drake, akhir pekan ini, maukah kau ke Hogsmeade bersamaku?" tanya Pansy padaku. Pandangannya tidak terarah padaku tapi ke cermin kecil yang ada di genggamannya. Saat ini dandanan dia heboh sekali, bibirnya terlalu merah, dan perona merah di pipinya persis seperti badut.

"Tidak, Pans. Aku sudah berjanji dengan orang lain."

"Siapa?" kali ini dia memandangku.

"Bukan urusanmu."

Sebenarnya aku tidak memiliki janji dengan siapapun, tapi aku ingin mengajak Granger ke tempat favoritku di Hogsmeade. Tempat itu rahasia, hanya aku yang tahu. Aku berencana mengajak Granger ketika kita bertemu nanti sore di perpustakaan.

Sekali lagi kulirik Granger, dia masih tertawa. Aku menyukai bagaimana cara dia tertawa. Dia selalu tertawa lepas tanpa mempedulikan sekitarnya. Dia juga punya kebiasaan akan mengeluarkan air mata jika tertawa berlebihan.

"Drake..."

Panggilan Blaise itu mengalihkan pandanganku. Merlin, untuk apa aku memperhatikan Granger! Sadarlah, Draco. Sadarlah.

"Ya?"

"Bagaimana pendapatmu?"

Aku menaikkan alis mataku, apa tadi dia bertanya padaku?

"Bisa kau ulangi ucapanmu tadi, Blaise?"

"Crabbe dan Goyle mendapatkan firewhiskey. Nanti malam kita akan pesta di kamarmu? Pansy dan temannya juga akan datang."

"Nanti malam?"

Biasanya aku selalu bersemangat jika sudah menyangkut masalah firewhiskey tapi entahlah saat ini aku tidak berminat sama sekali. Firewishkey selalu bisa membuat pikiranku kembali jernih. Ah, mungkin ada baiknya aku meminum itu agar pikiranku jernih dan terbebas dari Granger.

"Uhm... bagaimana jika hanya mengundang para pria saja?"

"Drake, ewhhh..." Crabbe mencibir. "Party with no girls aren't party at all."

"Well, no offense. Aku hanya ingin mabuk dengan tenang, jika banyak gadis yang hadir, aku tidak bisa berkonsentrasi dengan minumanku." Aku tahu apa yang aku bicarakan kali ini tidak masuk akal sama sekali tapi sungguh aku sedang tidak berminat dengan para gadis yang nanti akan menjamah tubuhku.

"Drake, are you okay?" tanya Pansy. Lalu entah radar wanita yang memang tajam, dia menoleh ke belakang. "Apa itu karena ulahnya?" mata tajamnya mengarah ke Granger.

Blaise terbahak-bahak, "Kau masih belum bisa move on darinya, mate? Apa dia sehebat itu di ranjang hingga kau menolak pesta bersama para gadis?"

"Shut up!"

"Drake, sadarlah. Hermione si jalang itu tidak layak mendapatkan atensimu. Dia mata duitan! Dan lihatlah dia, tak ada yang menarik darinya."

"No, Pans. Dari sudut pandang laki-laki, bentuk badannya sangatlah menarik."

Aku mendelik ke arah Blaise. Aku menahan kepalan tinjuku untuk tidak langsung mengenai hidungnya. Aku tidak suka Blaise menjadikan Granger objek seksualitasnya.

"Ewh, menjijikan." Delik Pansy pada Blaise.

"Oh, ayolah, Pans. Kau tidak mengakuinya karena kau cemburu bentuk badan si kutu buku itu lebih enak dipandang walaupun pakaian dia tidak seketat dirimu."

"Apa kau sekarang sedang memujinya, Blaise? Sungguh? Kau memuji mudblood jalang mata duitan itu?"

"Aku hanya memuji bentuk tubuhnya yang bagus. Lihatlah lekukan itu. Kalau saja dia memakai baju yang sedikit lebih ketat, aku yakin banyak cowok yang akan memakainya."

Sungguh, aku tidak tahan dengan semua percakapan konyol ini. Kepalan tanganku makin kuat tapi aku tidak ingin membuat drama di Aula Besar dengan meninju teman satu asramaku sendiri. Akal sehatku masih waras.

Aku memutuskan untuk pergi saja dari tempat itu, kupingku sudah panas. Mungkin jika aku bertahan beberapa menit saja di sana, tinjuku akan benar-benar melayang ke arah Blaise.

<><><><>

Siang menjelang sore ini waktunya pelajaran Herbology karena ini waktu yang tepat untuk para tumbuhkan berfotosintesis. Kali ini Professor Sprout menyuruh kita mempelajari salah satu tanaman yang berguna untuk menyembuhkan jerawat.

"Pimpulus ini akan mengeluarkan cairan yang akan menghidrasi wajah kalian. Dan ini sangat efektif jika kalian ingin menghilangkan jerawat yang menganggu wajah kalian."

Professor Sprout menjelaskan sambil mengangkat pot berisikan tanaman hijau yang berlendir itu. "Lendir yang meliputi tanaman ini berguna untuk melembabkan wajah kalian, dan jika kau petik daunnya. Daunnya akan mengeluarkan getah putih, ini yang akan menyembuhkan jerawat kalian."

Selesai menjelaskan, Professor Sprout meminta kita untuk menanam benih tanaman tersebut dan merawatnya hingga dia bisa menghasilkan getah dan lendir yang banyak.

Saat ini kita berada di luar ruangan Herbology karena ruangan Herbology tengah dalam perawatan akibat salah satu tanaman memberontak dan mengeluarkan banyak sekali air hingga membuat ruangan nyaris tenggelam.

Aku merasakan tetesan hujan mengenai lenganku hingga sedetik kemudian tetesan itu berubah menjadi hujan yang begitu lebat. Anak-anak berhamburan mencari tempat untuk berteduh. Sekilas aku melihat Granger yang benar-benar basah kuyup.

"Kau lihat itu? Dalaman Granger berwarna lilac." Aku mencuri dengar cowok di sebelahku sedang berbisik dengan cowok di sebelahnya. Anak Hufflepuff.

"Aku mengerti kenapa dia selalu memakai baju yang lebih besar."

"Lekukan di badannya bukan main, terutama di bagian atas."

Aku tidak mengerti, kenapa semua pria senang sekali membahas Granger sebagai pemuas nafsu mata mereka. Aku sungguh tidak tahan lagi. Kepalan tanganku melayang ke pria yang berdiri di sebelahku ini. Aku meninjunya bertubi-tubi, aku harap hidungnya akan patah. Orang yang tadi ikut melecehkan Granger pun tak luput dari tinjuku. Mereka pantas mendapatkannya.

Sebetulnya aku belum puas dengan pukulanku, tapi orang-orang melerai pertikaian ini. Lihat saja, aku tidak akan menyerah sebelum hidung mereka parah.

Akibat tingkahku itu aku dikenai detensi selama satu minggu. Professor Sprout bertanya alasan aku melakukan Tindakan kekerasan tersebut dan aku berkata jujur bahwa mereka melecehkan seorang murid lewat perkataannya. Pembelaanku ini membuat masa detensiku yang awalnya satu bulan menjadi satu minggu.

Teman-temanku terus bertanya alasanku memukul dua cowok bodoh itu tapi aku hanya bungkam.

<><><><>

"Draco!" seruan itu berasal dari Granger. Dia belari ke tempat dudukku. Pemandangan yang aneh karena tak ada satu pun buku digenggamannya.

Tanpa aba-aba dia langsung mengambil tanganku. Dan tanpa seizinku dia merapalkan mantra untuk menyembuhkan luka di tanganku.

Aku tak bisa menghentikan senyum untuk menari di bibirku. Melihat Granger sepanik ini sungguhlah menyenangkan. Berulang kali dia memeriksa tanganku, memastikan apa lukanya sudah tidak sakit. Luka ini sebenarnya luka minor, tidak disembuhkan memakai mantra atau ramuan pun tidak apa-apa. Ini hanya luka gores biasa karena aku menghajar dua cowok brengsek itu.

"Untuk ketiga kalinya, tanganku baik-baik saja, Granger." Kataku ketika dia kembali bertanya keadaanku.

"Ada baiknya kau mengucapkan terima kasih padaku karena aku sudah menyembuhkanmu."

Aku menahan senyumku agar tidak semakin melebar. Granger beranggapan seolah lukaku begitu berat, di pikirannya mungkin dia sudah menyembuhkanku dari kematian.

"Okay, terima kasih." Kataku untuk memuaskan hatinya.

"Apa yang ada di pikiranmu hingga kau melakukan itu, Malfoy?" tanyanya kesal.

"Tidak ada."

Dia mendengus, "Ya, aku lupa kau memang tak punya otak hingga tak bisa berpikir. Kau menghajar dua anak Hufflepuff, Malfoy! Tanpa alasan yang jelas!"

"Aku punya alasan yang jelas. Mereka memang pantas mendapatkan pukulan itu, bahkan aku belum puas sebelum hidung mereka patah."

"Kau gila."

"Lihat saja, jika aku melihat mereka lagi, aku benar-benar akan mematahkan hidung mereka."

Kali ini Granger mencoba meredam emosiku yang kembali meningkat dengan mengusap lembut tanganku yang tadi terluka. Dua orang brengsek itu membuat mood ku langsung jelek.

"Kau bilang kau punya alasan? Coba sekarang apa alasan konyolmu itu menyerang mereka?"

Aku tak mau menjawab. Aku tak ingin Granger tahu bahwa aku membela dirinya. Aku membela harga dirinya.

"Kau menghajar mereka hanya untuk main-main saja, kan, Malfoy? Karena mereka anak Hufflepuff?"

Aku tak menjawab.

"Draco, aku menunggu jawabanmu."

"Dammit," umpatku. Granger takkan berhenti mengoceh kalau aku tidak memberikannya jawaban yang jelas. Sungguh ini karakter yang paling aku benci dari dia. Dia tidak bisa diam.

"Aku menghajar mereka karena mereka menjadikanmu sebagai pemuas nafsu mereka. Mereka mengatakan hal kotor tentangmu di sebelahku, Granger. Perkataan yang sungguh menjijikan. Aku tidak tahan untuk tidak meninju mereka. Mereka layak mendapatkannya!" Emosiku kembali bergejolak mengingat perkataan hina yang keluar dari mulut mereka. Sungguh, aku bersumpah akan mematahkan hidung mereka.

Tiba-tiba suasana menjadi sunyi. Aku menatap Granger yang kini hanya menundukkan kepalanya.

"Kau membelaku, Malfoy." Suara yang Granger keluarkan saat ini begitu lembut, dalam sekejap emosiku yang meluap pun langsung sirna.

Begitu Granger mengangkat kepalanya, aku melihat senyuman yang begitu memabukkan hingga membuatku lupa caranya untuk bernapas. Aku tak menyangka Granger bisa secantik itu. Dan kumohon, ada yang salah dengan jantungku. Ini sungguh tidak wajar.

"Terima kasih, Malfoy." Masih dengan suara yang sama lembutnya dan senyuman yang sama cantiknya membuatku semakin terlena.

Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi. Tidak mungkin aku bisa menganggumi Granger hingga seperti ini. Aku harus menjauhinya. Ini semua tidak sesuai dengan rencana awalku. Aku hanya ingin mendekatkan dirinya tanpa melibatkan perasaan apapun, tapi kenapa jantung sialan ini justru berdetak tak wajar saat melihatnya tersenyum!

Ini tidak boleh terjadi. Aku tidak boleh menyukainya. Dia bukan tipeku. Tidak mungkin penglihatan masa depan itu benar, aku tidak mau menghabiskan seluruh sisa hidupku mendengar kebawelannya.

Ini semua salah.

Aku rasa mengajaknya untuk ke Hogsmead di akhir pekan ini bukanlah langkah yang baik. Aku tidak boleh menghabiskan terlalu banyak waktu dengannya. Ini semua demi kebaikan jantungku, maksudku demi masa depanku.

Malam ini sepertinya aku akan menghabiskan lima botol firewhiskey.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro