Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

I'M GOING CRAZY

I remember when
I remember, I remember when I lost my mind
There was something so pleasant about that place
Even your emotions have an echo in so much space
(Crazy by Gnarls Barkley)

OoOoOoO

Apa yang kulihat ini? aku menikahi Hermione Granger? Sungguh tak masuk akal. Hal yang tidak akan mungkin terjadi, selain karena perbedaan kelas yang mencolok di antara kami, ada kebencian luar biasa yang mandarah daging yang kami rasakan satu sama lain. Aku bisa merasakannya, dan aku yakin Granger pasti juga merasakannya.

Ada yang bilang perbedaan antara cinta dan benci itu begitu tipisnya sehingga akan mudah melampaui batas garis itu. Jika kau terlalu cinta, itu akan mudah berubah menjadi benci, begitu pula sebaliknya, jika kau terlalu benci, niscaya rasa benci akan memudar dan menjadi cinta.

Aku geli memikirkan teori itu. Teori yang takkan pernah terjadi padaku. Aku bahkan tidak mencintai siapapun di dunia ini, semua orang kubenci. Bahkan orangtuaku yang terhormat itu. Aku sudah mati rasa. Aku rasa itu keuntunganku.

Melihat 'penglihatan' masa depan yang dirancang oleh Profesor Snape sungguh melampaui nalarku. Bagaimana mungkin seorang Profesor yang begitu rasional, menciptakan hal absurd seperti ini. Aku tidak percaya ramalan, bahkan aku selalu mengejek Profesor Trelawney. Bagiku pelajaran ramalan membuang waktuku yang berharga. Lebih baik aku mengisi waktuku dengan terbang di atas sapu terbang berlatih Quidditch, atau terbang ke puncak Hasrat bersama para wanita.

Aku merasa badanku seperti tertarik ke dalam pusaran yang begitu kencang, akhirnya penglihatan ini selesai juga. Aku merasa pening, ini yang paling aku tidak suka begitu masuk ke dalam Pensieve.

"Apa-apaan ini!" seruku dengan wajah masam, aku kesal tapi aku tak berminat mengatakan ada Profesor Snape tentang apa yang aku lihat. Hal itu sungguh memalukan, memikirkan aku dan Granger menikah membuatku mual.

Dengan suara yang mengalun lembut, Profesor Snape menjawab, "Aku tidak tahu apa yang kau lihat tadi sehingga kau begitu murka, yang jelas Draco, apa yang kau lihat tadi sembilan puluh persen akan menjadi nyata."

"Tidak bisa!" aku murka. Profesor Snape bukanlah Tuhan yang bisa mengatur jalan hidupku, well, aku memang tak percaya dengan eksistensi Tuhan di dunia ini, tapi aku jelas lebih tidak percaya dengan semua omong kosong buatan Profesor ku yang satu ini.

"Ini semua hanya lelucon konyolmu bukan, Profesor? Yang kau sebut sebagai penemuan ini hal yang tidak berdasar dan tidak pasti. Kita tak bisa memprediksi masa depan, waktu adalah hal yang absolut, tidak bisa kau putar ulang atau kau majukan. Gunakan akal sehatmu, Profesor!"

Professor Snape tersenyum tipis, "Kau tentu tidak percaya, tapi yang kau lihat pasti akan terjadi. Dan kau akan datang kepadaku lagi."

Aku tertawa sarkas, "Kalau memang yang terjadi tadi takdirku, aku akan berusaha agar menjauhi takdir itu. Untungnya aku sudah mengintipnya, jadi aku bisa mengubah jalan ceritanya sehingga hal mengerikan tadi tidak akan terjadi. Aku tidak akan menikahi Granger!"

Tumpah sudah kekesalanku, sehingga hal yang seharusnya aku simpan rapat kini diketahui oleh Profesor sinting di depanku ini. Sialnya, aku melihat Profesor Snape tersenyum atas apa yang aku ucapkan. Dia pasti puas melihat takdirku bersama seorang berdarah kotor, tapi tentu saja nasibku tidak akan sama seperti dia.

Bukan rahasia umum kalau cinta pertama professor Snape adalah ibunda Harry Potter. Ya, berita itu heboh terkuak beberapa tahun kebelakang oleh si ratu gossip Rita Skeeter, yang tidak disangkal sama sekali oleh Snape. Kalau boleh aku bilang Snape itu bodoh, bisa-bisanya dia jatuh ke dalam cinta dan memilih untuk menjadi bodoh di dalamnya. Aku yakin temuannya kali ini ada sangkut-pautnya dengan cinta dia yang gagal.

"Draco, kau mungkin tidak percaya dengan cinta tapi begitu kau merasakannya, kekuatan itu akan menarikmu sehingga kau lupa akan akal sehatmu." Sialan untuk kesekian kalinya, pasti Snape masuk ke dalam pikirannya.

Snape berjalan mendekatiku, dia menepuk pundakku dengan pelan namun terasa kuat, "Pesanku, hanya kau yang bisa menentukan pilihanmu. Jangan dengarkan orang lain, dengarkanlah isi hatimu sendiri. Aku tak mau kau menyesal selamanya sepertiku karena salah memilih jalan."

"Aku tentu saja tidak akan menjadi sepertimu, aku tidak akan pernah percaya dengan cinta. Dan ingatlah, masa depan tadi bukanlah milikku. Aku tidak akan pernah menikahi Hermione Granger." Aku berjalan menjauh, rasanya aku akan gila jika aku lebih lama berada di ruangan gelap dan suram ini, ditambah omong kosong Snape. Lagipula, ada pelajaran Transfigurasi yang akan menantiku setelah ini.

Saat aku membuka pintu, aku mendengar Snape berkata, "Kau hanya bisa memakai ramuanku selama tiga kali, Draco."

Aku menggerutu dalam hati, aku bersumpah tadi adalah pertama dan terakhir kalinya aku mencoba-coba eksperimen Profesor Snape.

OoOoOoO

Aku baru ingat bahwa di kelas Transfigurasi nanti aku akan bertemu Granger. Sungguh moodku saat ini begitu jelek, aku tidak ingin diperparah dengan melihat si kutu buku berjalan itu.

Brengsek, di perjalanan menuju kelas Transfigurasi, aku melihat Hermione diapit oleh dua pengawalnya berjalan menuju hal yang sama. Dia membawa banyak buku yang begitu berat dengan tubuh mungilnya itu. Dia tertawa menanggapi ocehan Weasley. Dan tatapan kami pun bertabrakan. Melihat Granger saat ini membuat ingatakanku Kembali ke beberapa saat lalu, saat aku melihat dia terbalut gaun pengantin tersenyum padaku.

Aku segera menghancurkan memori itu. Sungguh, aku akan meminum ramuan untuk penghilang ingatan. Gambaran tadi sangat menyeramkan.

Seharusnya aku berjalan menjauh, menghindar sejauh mungkin dari Granger. Tapi mumgkin sudah kebiasaan, aku tak bisa tidak mengkritik si nona sok tahu itu, aku ingin menumpahkan semua emosiku padanya. Senyum dan tawa Granger membuat mataku iritasi.

"Tawa kalian menganggu telinga suciku, para idiot," sahutku, mereka berhenti berjalan. Kami saling berhadapan.

"Kalau kau menyebut kami idiot, lantas apa julukan yang pas untukmu, Malfoy? Kau bahkan tidak mampu menyaingi nilai dari idiot sepertiku." Itulah Granger, dia selalu bisa membalas setiap hinaan yang keluar dari mulutku, sehingga membuat tensi ketegangan di antara kita tidak bisa dihentikan, mungkin sampai kiamat.

Kembali, ingatan brengsek itu merasuki kepalaku. "Aku pasti sudah gila," sahutku tanpa sadar yang langsung dibenarkan oleh Potter, "Akhirnya kau sadar juga, Malfoy."

Aku tak mau membalasnya, saat ini aku butuh tempat netral untuk menjernihkan pikiranku. Aku berbalik arah menjauhi kelas Transfigurasi, untuk pertama kalinya aku memilih untuk membolos pelajaran, tapi apa boleh buat, aku tidak ingin kewarasanku hilang karena melihat Granger. Dan ya, untuk pertama kalinya pula, sejak perseteruan panjang di antara mereka, aku yang memilih untuk pergi lebih dulu. Biasanya mereka yang kalah dan menyerah dan langsung menjauh, kini posisi itu sudah bertukar.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro