Part 5
SELAMAT MEMBACA
*
*
*
So Eun tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Won Geun mencium Kim Bum. Gadis itu hanya dia mematung dengan mulut terbuka lebar. Hatinya terasa di remas.
"Yak! Kim Sang Bum!" teriak So Eun menatap nyalang pada Kim Bum.
Kedua pria itu tersadar dari keterkejutan mereka. Won Geun dan Kim Bum mengusap bibir mereka dengan kasar. Mata keduanya saling menatap tajam.
"Kau!"
Mereka saling menunjuk dengan rahang mengeras. Won Geun mencoba menahan emosinya pada Kim Bum, tidak jauh berbeda dengan Kim Bum yang mengepalkan kedua tangannya.
"Won Geun oppa. Kau baik-baik saja?" So Eun menggigit jarinya. Tatapan gadis itu beralih pada Kim Bum.
"Urusan kita belum selesai," ujar Won Geun sebelum pergi.
"Won Geun Oppa."
Kim Bum mencekal lengan So Eun saat ia ingin mengejar Won Geun. So Eun menatap Kim Bum lebih tepatnya bibir pria itu.
Harusnya aku yang mendapatkan ciuman itu, batin So Eun.
"Wae?" tanya Kim Bum saat So Eun mendekatinya dengan tatapan tajam. So Eun cemberut. Gadis itu memalingkan wajahnya kemudian melenggang pergi tanpa sepatah kata pun.
***
"Aku benci Kim Bum. Aku benci Kim Bum. Aku benci Kim Bum," rapal So Eun bagaikan mantra.
Matanya tidak lepas dari pria yang kini sedang berjalan mendekat. Kim Bum duduk di seberang So Eun setelah meletakkan segelas orange jus di hadapannya.
"Jadi apa kita sudah bisa mulai belajar?" tanya Kim Bum.
So Eun mengangguk lemah. Malam ini ia malas belajar. Mood-nya sudah hilang. Kim Bum mulai menjelaskan pelajaran pada So Eun, namun gadis itu hanya menatap bibir Kim Bum. Masih terbayang kejadian satu jam yang lalu. Rasa kesal dan marah bercampur jadi satu. Harusnya hari ini menjadi malam terindah untuk So Eun.
"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Kim Bum.
So Eun memalingkan wajahnya. "Tidak apa-apa."
Kim Bum menghela napas panjang, kalau seperti ini artinya So Eun tidak mau belajar. Perhatian Kim bum teralihkan pada makhluk berbulu putih yang masuk ke ruang belajarnya. Kim Bum menatap cuni yang naik ke atas meja belajar. Kucing itu duduk di atas buku sambil mengeong dan menjilat kakinya.
"Jika nona tidak mau belajar, jangan salahkan aku kalau kucing jelek ini dibuang," ujar Kim Bum.
So Eun mendongkak. Dipeluknya cuni erat. "Jangan coba-coba menyentuhnya. Dia akan tetap di sini."
Kim Bum tersenyum tipis, ancamannya berhasil. "Kalau begitu, bisakah kita fokus belajar, Nona Kim So Eun."
So Eun mengacak rambutnya kesal. Dia tidak bisa menolak Kim Bum. Dengan lemas So Eun meraih pulpennya lagi. Hari itu menjadi hari terburuk bagi So Eun.
***
Pagi ini perasaan Kim Bum jauh lebih baik. Senandung kecil dilantunkannya dengan gembira. Sungguh lagu Villain dari Stella Jang yang Kim Bun download kemarin malam menghipnotisnya untuk terus bernyanyi sepanjang malam.
"Kau terlihat tampan," puji Kim Bun pada pantulan dirinya di cermin.
Kim Bum terlonjak kaget saat melihat penampilan So Eun dari cermin
Kim Bum berbalik menatap So Eun seperti zombie.
"A-apa yang terjadi dengan Anda?" tanya Kim Bum terbata.
Lingkaran hitam di mata So Eun menampah penampilan kacaunya pagi ini. Rambut yang terurai belum disisir dan bibir pucatnya tanpa polesan lip blam seperti biasa. Kim Bum belum tahu jika So Eun tidak bisa tidur semalaman. Bayangan ciuman Kim Bum dan Won Geun terus muncul saat So Eun menutup mata.
Itulah sebabnya keadaan So Eun sangat mengenaskan. "No-nona So Eun, apa Anda baik-baik saja?" tanya Kim Bum terbata-bata
So Eun mendekatinya membuat Kim Bum gemetar. Kim Bum memundurkan langkahnya. So Eun menepuk bahu Kim Bum dan meremasnya kuat. Kim Bum meringis tapi tidak bisa melawan. So Eun benar-benar aneh. Napas Kim Bum tercekat ketika So Eun mendongkak menatap mata hitamnya.
"Aku membencimu," gumam So Eun sebelum pergi.
Kim Bum menghela napas lega. So Eun lebih menyeramkan saat marah.
"Apa dia marah karena kejadian kemarin?" Kim Buk berkacak pinggang. "Harusnya dia berterima kasih aku sudah menyelamatkan ciuman pertamanya."
Kim Bum mengedikkan bahunya kemudian menyambar tas sekolahnya. Saat pria itu keluar dilihatnya So Eun sudah masuk ke dalam mobil. Sepertinya Pak Jang--supir pribadi So Eun-- sudah kembali bekerja.
"Kim Bum, kau mau ikut berangkat?" tanya Pak Jang. Disaat yang sama kaca mobil diturunkan. So Eun menatap tajam pada Kim Bum.
"Apakah boleh?"
So Eun mendelikkan matanya saat mendengar ucapan Kim Bum. Tatapan itu seolah mengatakan "Kau tidak boleh ikut."
Pak Jang menepuk pundaknya. "Tentu kau boleh ikut. Tuan Kim tidak akan melarangnya."
Siapa pun tahu Kim Bum menjadi kaki tangan Tuan Kim untuk menjaga So Eun sejak pria itu tinggal di rumah megah keluarga Kim.
"Ah, aku lupa ada janji dengan teman lama. Aku pakai sepeda, saja," ujar Kim Bum.
So Eun yang mendengarnya pun segera menutup kembali kaca mobilnya.
"Baiklah. Terserah padamu saja. Hati-hati di jalan."
Kim Bum mengangguk lemah sambil melambaikan tangannya. Setelah kepergian mobil itu Kim Bum menatap sepeda bututnya.
"Suatu hari nanti kalau aku punya uang, kau akan kuubah menjadi mobil mewah," ujarnya.
Kim Bum menggayuh sepedanya dengan cepat. Bagaimana pun ia tidak ingin terlambat.
***
So Eun memundurkan langkahnya saat So Hee dan dua temannya mendekat. Baru saja ia sampai di sekolahnya, ketiga gadis itu langsung mencegatnya.
"Tuan putri sudah datang rupanya," kata So Hee dengan senyum lebar.
"Kalian mau apa?" tanya So Eun. Gadis itu menggenggam erat tali tasnya.
"Ikut dengan kami."
So Hee menarik tangan So Eun paksa, meski menolak tetap saja So Eun kalah dari ketiga gadis itu. So Eun tersungkur saat tubuhnya didorong. Mereka ada di atap sekolah. Wajah So Eun seketika pucat. Ia takut dengan ketinggian.
"Apa mau kalian?" tanya So Eun. Menatap satu persatu dari tiga gadis itu.
"Kami hanya ingin kau enyah dari sekolah ini. Aku pastikan hari ini kau tidak bisa ikut casting."So Hee merebut tas So Eun.
"Lepaskan!" perintah So Hee namun So Eun tetap kukuh mempertahankan tasnya.
"Ini tasku!" ujarnya tidak kalah galak.
Kedua teman So Hee membantu merebut tas So Eun. Didorongnya So Eun hingga gadis itu terjungkal. Mata So Eun membulat saat melihat ke bawah. Gedung itu sangat tinggi. Tubuh So Eun gemetar. Tangannya berkeringat.
"Selamat berpanas-panasan, So Eun."
Mereka bertiga pergi dan mengunci pintu atap dengan tawa renyah.
"Yak! Jangan tinggalkan aku," teriak So Eun, namun sayang pintu itu sudah tertutup.
So Eu merangkak mendekati pintu keluar. Kakinya masih lemas membuatnya tidak sanggup berdiri. Beberapa kali So Eun mengetuk pintu, berharap ada seseorang yang membukanya. Namun itu sia-sia mengingat tidak ada orang yang berani naik ke atas atap semenjak seorang siswa bunuh diri di atap.
So Eun memeluk lututnya. Air matanya mengalir, gadis itu sendiri di atas atap dengan trik matahari yang panas.
"Tolong aku," gumamnya sambil menangis.
***
Kim Bum gelisah, sejak tadi belum melihat So Eun. Pelajaran sudah dimulai 30 menit yang lalu, tapi So Eun belum muncul. Kemana gadis itu pergi?
Nona kau ada di mana? Apa kau baik-baik saja?
Tulis Kim Bum pada pesan singkatnya. Sesekali pria itu menatap ponselnya, berharap So Eun membalasnya. Namun sampai pelajaran selesai tidak ada respon. Bahkan teleponnya tidak diangkat sama sekali.
Kim Bum mulai khawatir. Tidak biasanya So Eun membolos.
"Apa dia marah dan tidak mau melihatku?" gumam Kim Bum. Mengingat saat di rumah So Eun bersiap aneh padanya.
"Hei, Kim Bum. Kau mau makan siang bersamaku?" So Hee duduk di depan Kim Bum dengan senyum lebarnya.
"Maaf aku ada urusan. Permisi."
Kim Bum keluar dari kelas dengan tergesa-gesa mengabaikan So Hee yang terus memanggilnya.
Semua ruangan satu per satu Kim Bum masuki, berharap So Eun ada di dalamnya. Saat ia melintasi ruang baca Kim bum berpapasan dengan Won Geun. Mereka saling bertatapan penuh kebencian.
Won Geun melewati Kim bum begitu saja tanpa bicara sepatah kata pun.
"Kau melihat So Eun?" tanya Kim Bum membuat Won Geun berbalik.
"Apa yang terjadi pada So Eun?" tanya Won Geun. Pria itu mendekati Kim Bum.
"Dia tidak ada di kelas. Aku belum menemukannya," jawab Kim Bum. Won Grun mencoba menghubungi So Eun namun tidak diangkat juga.
"Kemana perginya dia?" gumam Won Geun.
"Aku akan mencarinya di ruang kesehatan," ujar Kim Bum.
"Aku ikut."
Kim Bum dan Won Geun bersama-sama mencari So Eun. Sampai bel pulang berbunyi pun mereka belum menemukan keberadaan So Eun. Satu botol air mineral sudah habis diteguk. Cuaca hari ini lebih panas dari biasanya. Won Geun mengedarkan tatapannya, keadaan sekolah sudah sepi dan mereka belum menemukan So Eun sampai sekarang.
"Apa So Eun tidak memberitahu mau pergi ke mana?" tanya Won Geun menyenderkan tubuhnya di tembok. Kim Bum meliriknya sekilas. Mengingat tadi pagi So Eun terlihat marah padanya membuat Kim Bum merasa bersalah.
"Tidak. So Eun tidak bicara apa pun," jawab Kim Bum sambil menatap ponselnya. Pesannya belum di balas. Tega sekali So Eun menghukum Kim Bum. Pria itu meremas rambutnya.
"Aku akan menghubunginya sekali lagi," kata Kim Bum.
Panggilannya terhubung, beberapa saat kemudian terdengar dering ponsel tidak jauh dari tempat mereka berada. Kim Bum dan Won Geun menegakkan tubuh mereka. Kim Bum memutuskan sambungannya dan suara itu menghilang. Kim Bum menghubungi So Eun sekali lagi.
Suara ponsel itu kembali terdengar. Kim Bun dan Won Geun mencari sumber suara, namun tidak satu pun ponsel yang ia lihat.
"Suaranya sekitar sini," ujar Kim Bum mendekati sebuah tangga.
Won Geun mendekatinya. Saat mereka ingin naik, suara itu semakin kecil. Kim Bum dan Won Geun kembali turun. Tatapan keduanya tertuju pada tong sampah besar yang ada di belakang tangga.
Won Geun membukanya. Ada sebuah tas berwarna pink di dalam tempat sampah itu.
"Itu tas Nona So Eun," ujar Kim Bum.
Sebuah ponsel yang ada di dalam tas masih menyala menampilkan panggilan dari Kim Bum.
"Ada sesuatu yang terjadi," gumam Won Geun. Diremasnya tas So Eun dengan erat. Mereka bertatapan. Hanya satu tempat yang belum merek periksa.
"Atap," ujar mereka serempak.
Kim Bum dan Won Geun berlari menaiki tangga yang akan membawa mereka ke atas gedung. Sebuah kunci masih bertengger di lubang pintu. Dengan tergesa Won Geun membuka pintu itu.
Terik matahari terasa menyengat di atas gedung. Mereka mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan So Eun.
"Nona So Eun," pekik Kim Bum saat melihat seorang gadis berbaring lemah di dekat tembok. Mereka berlari ke arah So Eun.
"So Eun sadarlah." Won Geun menepuk pipi So Eun namun gadis itu tidak kunjung sadar.
"Naikkan dia kepunggungku. Aku akan membawanya ke rumah sakit."
Won Geun membantu Kim Bum mengangkat So Eun ke punggungnya. Kim Bum berlari cepat membawa So Eun pergi dari tempat itu.
Bertahanlah Nona So Eun.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro