Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 3

SELAMAT MEMBACA
*
*
*

Suara itu terngiang jelas di telinga Kim Bum. Mengusik tidur lelapnya dalam sekejap. Dadanya terasa berat, seperti ada sesuatu yang menindihnya.  Perlahan mata itu terbuka, sapuan bulu-bulu halus mengenai wajahnya.

"Kucing ini lagi," gumam Kim Bum saat melihat cuni tidur di atas tubuhnya. Ekor berbulu itu melambai, tidak peduli jika ada orang yang terganggu karenanya.

Kucing itu mengeong memandang Kim Bun dengan wajah sendu. Ingin marah tapi Kim Bum tidak tega. Lama-lama kucing itu mirip dengan So Eun yang menyebalkan tapi menggemaskan.

"Yak! Pergi dari atas tubuhku. Cari eomma mu sana," usir Kim Bum namun cuni hanya mengeong. Menyamankan posisinya untuk tidur lagi.

Kim Bum mendudukkan dirinya membuat cuni meloncat ke tempat tidur. Kucing itu pintar, tahu saja kalau Kim Bum akan mengusirnya.

Mata hitam itu menatap seorang perempuan tidur nyenyak di bawah selimutnya. So Eun sepertinya tidak terganggu dengan kehadiran cuni di sisinya.

Kim Bum bangun merapikan kasur lipatnya dan selimut yang ia gunakan semalam untuk tidur. Gara-gara So Eun dia harus tidur di bawah. Apa enaknya tidur di kamar Kim Bum yang tidak ada AC-nya. Belum lagi ruangan itu sempit dan kasur kecil yang muat untuk satu orang saja.

Kim Bum menatap So Eun yang masih tidur. Beruntung hari ini libur, kalau tidak mungkin Kim Bum sudah menyeret kaki So Eun ke toilet. Gadis itu memang susah dibangunkan.

Suara ribut-ribut terdengar saat Kim Bum membuka pintunya. Para pelayan terlihat panik begitu juga dengan ibunya.

"Eomma, ada apa?" tanya Kim Bum.
"Nona So Eun menghilang tidak ada di kamarnya," ujarnya panik.

Kim Bum manggut-manggut, walau So Eun lagi tidur tetap saja membuat seisi rumah heboh.

"Dia di kamarku," kata Kim Bum.

"Apa?"

"Eomma bisa melihatnya."

Para pelayan menghentikan pencarian mereka saat melihat So Eun tidur bersama kucing kesayangannya. Semua terlihat lega, akhirnya mereka bisa menjalani pekerjaan mereka dengan tenang.

Kim Bum pun melakukan rutinitas seperti biasa, menyiram tanaman dan menanam bunga. Ya, Nyonya Kim sangat suka dengan bunga warna-warni di halamannya. Setiap minggu Kim Bum akan menanam satu bunga yang berbeda warna.

Perhatian Kim Bum teralihkan saat seorang pria muda berdiri di depan rumah. Kim Bum menghampirinya.

"Maaf Anda mencari siapa?" tanya kim Bum ramah. Pria itu tersenyum dan melambaikan tangannya pada seseorang yang ada di belakang Kim Bum.

So Eun menghampiri mereka dengan senyum sumringah.

"Oppa kau menunggu lama?" tanya So Eun pada pria itu.

"Aku baru saja sampai."

Kim Bum menatap dua orang itu bergantian, wajah mereka terlihat berseri seperti orang sedang jatuh cinta.

Kim Bum mendekati So Eun dan berbisik di telinganya.

"Nona, Anda belum mandi?" tanya Kim Bum.

So Eun secara spontan mengendus bau tubuhnya. Kim Bum menyeringai, benar dugaannya nona manja itu belum mandi.

"Maaf bisakah kau menunggu sedikit lebih lama?" tanya Kim Bum pada pria itu.

"Apa?"

"Kami akan pergi sekarang," ujar So Eun.

Kim Bum mencegatnya untuk keluar, dengan cepat Kim Bum menggendong So Eun di pundaknya.

"Lepaskan aku, Kim Bum!" teriak So Eun sambil memukul punggung Kim Bum.

"Maaf, Nona dilarang pergi sebelum mandi."

Kim Bum membawa So Eun masuk ke dalam rumah mengabaikan pria yang ada di luar sana yang terus memanggil nama So Eun.

Para pelayan yang melihat Kim Bum memikul So Eun di pundaknya hanya bisa diam dan menggeleng. Mereka terlihat seperti saudara yang tidak pernah akur.

"Aku tidak mau mandi!" So Eun menolak saat Kim Bum memberikan handuk padanya.
Kalau sudah seperti ini apa boleh buat. Sampai sore pun So Eun akan menentangnya.

"Kalau Nona tidak mau mandi berarti tidak boleh keluar, atau...."

Kim Bum menatap kucing putih yang ada di atas ranjang So Eun sedang menjilati bulu-bulunya. So Eun menghentak kesal. Dengan kasar ia menerima handuk yang Kim Bum berikan.

Kim Bum mempersiapkan pakaian untuk So Eun. Kim Bum bisa saja meminta bantuan pelayan lain tapi mengingat mereka sibuk mempersiapkan acara perayaan besok membuat Kim Bum turun langsung menangani kemanjaan So Eun.

Pintu kamar mandi terbuka. So Eun keluar dengan handuk yang melilit di tubuhnya. Tidak ada rasa canggung, mereka sudah terbiasa dengan hal itu.

"Ini."
So Eun menerima pakaian yang diberikan Kim Bum. Tanpa banyak bicara gadis itu pergi ke ruang ganti. Kim Bum tersenyum senang melihat So Eun menurut. Setelah mengganti pakaian So Eun menyisir rambutnya yang panjang.

"Sudah!"

Wajahnya masih cemberut. Kim Bum ingin tertawa tapi takut So Eun marah.

"Tunggu dulu," kata Kim Bum ketika So Eun ingin pergi.

Kim Bum mengeluarkan sebuah jepit rambut berwarna merah dari sakunya. Disematkannya benda itu di rambut So Eun.

"Nona terlihat lebih cantik sekarang," puji Kim Bum.

So Eun tersenyum tipis sambil meraba jepit rambutnya. Kim Bum mengantar So Eun sampai di depan. Ternyata pria tadi masih setiap menunggu So Eun.

"Kau sangat cantik So Eun," pujinya.

"Benarkah?"
So Eun tersipu malu. Ditatapnya Kim Bum yang berada di depan pintu sedang menatapnya.

So Eun dan pria itu pergi membuat perasaan aneh bersarang di hati Kim Bum. Ia seakan tidak rela membiarkan mereka berdua jalan bersama.

"Apa yang aku pikirkan," gumam Kim Bum kemudian melanjutkan kembali pekerjaannya

***

Sudah dua jam lamanya So Eun pergi, dan selama itu pula Kim Bum merasa uring-uringan. Berbagai macam komik sudah ia baca namun pikirannya hanya tertuju pada So Eun. Kim Bum menatap cuni yang masuk ke kamarnya tanpa permisi.

Celah pintu yang sedikit terbuka membuat  kucing itu dengan mudah masuk dan kini ia berbaring di atas kasur Kim Bum.

"Hei, kucing, di mana eomma mu?" tanya Kim Bum.

Cuni mengeong sebagai jawaban. Kurang puas dengan tanggapan Cuni Kim Bum pun membelai gemas bulu-bulu halusnya.

"Tsk... eomma mu merepotkan. Dia terang-terangan selingkuh dengan pria lain. Appa kecewa," keluh Kim Bum.

Pintu kamar Kim Bum diketuk. Dengan cepat Kim Bum menyembunyikan Cuni di bawah selimut.

Kim Bum tercekat saat melihat Tuan Kim berdiri di depan pintu. Wajahnya terlihat tidak bersahabat, sepertinya ada sesuatu yang terjadi.

"Di mana So Eun?"

Suara dingin itu membuat Kim Bum merinding. Kebiasaan Tuan Kim adalah menanyakan So Eun pada Kim Bum, meski ada pelayan yang bisa ia tanyakan. Entah kenapa Tuan kim akan mencari Kim Bum dan menanyakan So Eun.

"Nona Kim sedang pergi bersama temannya," jawab Kim Bum.

"Pria?"

Kim Bum mengangguk. Tangannya mulai berkeringat saat melihat rahang itu mengeras. Kim Bum was-was saat Cuni berjalan melewatinya. Kucing itu mendongkak dan mengeong saat melihat Tuan Kim.

Kim Bum tersenyum kaku melihat Tuan Kim menatap kucing itu tidak suka. Cuni berlalu begitu saja.

"Bawa dia pulang. Segera!"

Kim Bum mengangguk. Tidak berani membantah perintah tuan besar. Ditutupnya pintu kamar sebelum melesat pergi.

***
"Aku belikan yang baru, ya," ujar pria yang berjongkok di samping So Eun.

Gadis itu menggeleng. Bagaimana pun jepit rambut itu tidak akan bisa digantikan.

"Won Geun Oppa, bagaimana kalau Kim Bum marah padaku? Dia pasti menghukumku," ujar So Eun khawatir.

"Dia tidak akan marah padamu. Aku akan membantumu."

Lee Won Geun tersenyum menenangkan ketakutan So Eun. Sudah lebih dari satu jam So Eun mencari jepit rambutnya tapi tidak kunjung ditemukan. So Eun merasa bersalah telah menghilangkan benda pemberian Kim Bum.

"Nona So Eun!"

Suara itu. So Eun mengenalnya. Perasaan So Eun berdebar mendengar teriakan Kim Bum yang sedang mencarinya.

So Eun berdiri begitu pula dengan Won Geun mencari keberadaan Kim Bum.

"Kalian di sini," ujar Kim Bum.

So Eun berbalik menatap Kim Bum yang kelelahan. Napasnya naik turun dengan cepat seperti baru selesai lari.

"Nona So Eun, Anda harus segera pulang. Tuan Kim menunggu di rumah."

So Eun menatap Lee Won Geum penuh penyesalan. Rencana mereka gagal untuk jalan-jalan di taman sampai sore hari. Menikmati waktu berduaan.

"Oppa, aku harus segera pulang. Sampai bertemu besok."

So Eun melambaikan tangannya pada Lee Won Geun dan menarik tangan Kim Bum untuk segera pergi. Kim Bum menundukkan kepalanya pada Lee dan berlalu begitu saja.

"Kapan Appa pulang?" tanya So Eun berjalan tergesa-gesa. Bisa gawat jika ayahnya tahu dia pergi bersama pria. Hanya berdua.

"Baru saja. Sepertinya Tuan Kim sedang kesal."

So Eun menghentikan langkahnya. Wajahnya pucat saat mendengar jawaban Kim Bum.

"Benarkah? Apa Eomma juga sudah pulang?"

Kim Bum mengangguk. So Eun menggigit telunjuknya. Ia mulai cemas.

"Bum-ah," panggil So Eun dengan manja. Kalau sudah seperti ini Kim Bum akan menjadi tumbal.

***

"Apa yang kau lakukan di luar sana?" tanya Tuan Kim.

So Eun menunduk diliriknya Kim Bum yang mematung di sampingnya. So Eun menatap ayahnya tanpa berani menjawab.

"So Eun!"

"Aku...." So Eun meremas tangannya. "hanya jalan-jalan pagi," lanjutnya.

"Kau bisa pergi bersama Kim Bum, bukan dengan pria lain."

"Maaf Tuan Kim. Ini salah saya membiarkan Nona So Eun pergi tanpa pengawasan."

Kim Bum menundukkan badannya sebagai permohonan maaf.

"Kalian berdua salah. Mulai saat ini Kim Bum akan mengawasi So Eun, di mana pun. Termasuk di sekolah," ujar Tuan Kim.

Kim Bum dan So Eun bertatapan. Mereka terlihat bingung dengan perkataan Tuan Kim.

"Tapi Tuan Kim, saya juga harus sekolah, bagaiaman bisa mengawasi Nona So Eun?" tanya Kim Bum.

"Mulai besok Kim Bum akan pindah ke sekolah So Eun," ujar Tuan Kim.

"APA?"

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro