Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 25

Selamat membaca
*
*

Semua sudah berbeda bagi Kim Bum. Menyendiri di tempat asing dengan deburan ombak yang mengalun lembut di ujung sana membuat perasaannya semakin gelisah. Ada rasa putus asa dengan keadaannya sekarang, tapi di lain sisi ia harus berjuang demi apa yang ingin dicapainya. Rumah di tepi pantai yang tenang membuat Kim Bum merindukan pengelihatannya. Betapa indahnya tempat yang ia tinggali saat ini, namun sayang ia tidak bisa menikmatinya.

"Sampai kapan kau berdiri di sana?" tanya Kim Bum. Tatapannya lurus ke depan walau tidak ada satu benda pun yang bisa ia lihat dengan jelas.

"Kenapa kau bisa tahu aku ada di sini?" So Eun berjalan menghampiri suaminya, berdiri di belakang tubuh tegap Kim Bum dengan kepala tertunduk.

"Aku tidak akan melupakan aroma tubuh mu So Eun. Aku suka bau parfum itu," ucap Kim Bum.

So Eun membenamkan wajah di punggung Kim Bum, kedua tangannya melingkar erat di tubuh sang suami. Ia rindu dengan pria yang dipeluknya saat ini, walau So Eun bertemu dengan Kim Bum hampir setiap hari.

Tinggal berbeda atap selama satu minggu membuat So Eun sangat merindukan sosok Kim Bum. Kedua tangan So Eun meraba naik ke dada bidang Kim Bum. Tangan lentik itu dengan mudah membuat Kim Bum menjadi tenang.

"Apa tidak cukup hanya seminggu? Kau ingin membuatku mati merindukan mu?"
Nada suara So Eun bergetar menahan sesak di dada. Ia merasa kehilangan saat Kim Bum jauh darinya, ini seperti racun yang mengaliri setiap pembuluh darah.

"Aku juga merindukan mu."

"Kim Bum," gumam So Eun, melepas pelukannya pada Kim Bum. Gadis itu berdiri di depan suaminya, raut wajah bahagia terlihat dari paras tampan itu. Seulas senyum terpatri, meperlihatkan lesung pipi yang menggoda. Itu palsu. So Eun tahu kalau Kim Bum hanya tersenyum di depannya saja.

"Kapan?"

"Apa?" sahut Kim Bum bingung.

"Kapan kau akan pulang?"

Kim Bum mengulurkan tangan untuk meraba wajah So Eun dengan tangan besarnya. Mata Kim Bum terpejam rapat merasakan tarian tangannya di wajah sang istri. Kim Bum masih bisa membayangkan wajah cantik istrinya. Pipi chuby dengan bibir tipis yang terasa manis saat mereka berciuman. Kim Bum rindu dengan rasa itu, ia tidak bisa memungkiri kalau ia menginginkan So Eun.

"Besok." So Eun mendongkak menatap mata hitam Kim Bum yang telah terbuka.

"Aku akan pulang besok," lanjut Kim Bum mempertegas ucapannya.

So Eun memeluk tubuh tegap Kim Bum, mendengar perkataan suaminya  membuat So Eun benar-benar bahagia. Pelukan keduanya terurai, tatapan So Eun tidak lepas dari bibir pucat Kim Bum. Ada rasa malu jika harus mengatakannya meski So Eun tahu kalau Kim Bum tidak akan menolak.

"Kenapa kau diam?"tanya Kim Bum membuat So Eun panik. Kalau saja Kim Bum dapat melihatnya sekarang mungkin pria itu akan menggodanya sepanjang hari, terlebih selama ini So Eun jarang memintanya terlebih dahulu.

"Lebih baik kita ke dalam saja. Di sini dingin."

So Eun menuntun Kim Bum masuk ke dalam kamar yang ada di lantai satu. Salah satu villa keluarga Kim yang memiliki tiga lantai ini adalah tempat yang Kim Bum untuk tinggal selama seminggu. So Eun duduk di samping Kim Bum. Rasa empuk tempat tidur membuat pikiran So Eun kacau. Sialnya kenapa ia bisa berpikir 'itu'di saat seperti ini, terlebih Kim Bum belum tentu menginginkannya.

Hening. Tidak satu pun dari keduanya angkat bicara. Seperti orang asing yang baru bertemu mereka merasa canggung.

"Kau...," ujar mereka serempak.

"Kamu duluan,"kata Kim Bum.

"Tidak kau saja," sahut So Eun.

"Kenapa aku?"

"Memangnya kenapa?" Kim Bum tertawa geli mendengar pertanyaannya dibalas dengan pertanyaan lagi. So Eun menatap suaminya heran, bingung dengan Kim Bum yang masih tertawa. Apa ada yang lucu, batin So Eun.

"Kau menginginkannya?" tanya Kim Bum langsung pada inti.

Wajah So Eun memerah, ia merasa gugup terlebih malam ini hanya ada  mereka berdua yang tinggal di rumah ini, mengingat para pelayan sudah pulang di sore hari. Rasa panas dingin membuat tubuh So Eun menegang.
Kenapa jadi berlebihan seperti ini? rutuk So Eun dalam hati.

"A-apa yang kau katakan. Lebih baik kita tidur."

So Eun tersentak saat Kim Bum menariknya duduk di atas pangkuan. Jantung So Eun menggila saat tangan besar Kim Bum membingkai kedua sisi wajahnya.

"Lakukan apa yang ingin kau lakukan.  Aku tidak akan mengecewakan mu."

So Eun semakin malu dengan ucapan Kim Bum. Rasa panas mengalir di sekujur tubuhnya,ditambah tangan Kim Bum kini mulai bermain di tubuhnya.

"Kenapa kau diam saja? Hmmm?"

Bibir So Eun kelu untuk mengeluarkan suara. Kedua tangan halus itu dengan ragu mengusap rahang tegas Kim Bum. Dengan sisa keberaniannya, So Eun menunduk, menjamah sesuatu yang sejak tadi mengganggu pikirannya. Dada So Eun berdegup kencang ketika bibirnya berhasil menempel di kening Kim Bum.Ada rasa malu yang membuat So Eun mengurungkan niat mencium Kim Bum di bibirnya. Kecupan ringan yang singkat namun butuh waktu lama untuk melakukannya.  Kim Bum menarik kedua sudut  bibirnya merasakan ketenangan yang belum pernah ia rasakan. Ragu di hatinya menguap, hanya tersisa sebuah penyesalan.

Tidak seharusnya ia menghindari So Eun hanya demi keegoisan dirinya. Bahkan So Eun lebih menderita dari Kim Bum. Perpisahan bisa saja menjadi sesuatu yang baik dan buruk di saat yang sama. Kim Bum mulai menyadari keputusan untuk berpisah dari So Eun hanya karena dirinya belum mempercayai cinta So Eun padanya.

"Aku tidak akan meninggalkanmu lagi, So Eun." Kim Bum membenamkan wajahnya dalam dekapan sang istri, ia rindu dengan belaian halus So Eun di kepalanya dan sekarang ia mndapatkan  yang ia mau. So Eun mengusap pelan helai hitam milik Kim Bum, menyisir rambut yang sedikit panjang menggunakan jemarinya.

"Aku juga tidak akan meninggalkanmu."

***
Suara dengkuran lembut mengalun di telinga Kim Bum, bagai nyanyian malam yang siap mengantarkan ke dalam mimpi. Kedua matanya belum terpejam di kegelapan malam. Kim Bum mencoba mencari selimut yang bisa menutupi tubuh istrinya yang tertidur pulas, walau lampu menyala redup tidak mampu membantu Kim Bum mencari benda yang diinginkannya.

"Hanya melakukan hal kecil saja aku tidak bisa,"gumamnya getir.

Kim Bum kembali berbaring di samping sang istri, gagal mencari selimut Kim Bum lebih memilih mendekap tubuh So Eun dalam pelukannya. So Eun melenguh namun ia tetap terlelap. Sepertinya ia kelelahan, bahkan saat Kim Bum memainkan rambut hitamnya,tidur So Eun tidak terganggu sama sekali.
Ingatan Kim Bum berputar pada minggu lalu saat pertama kali ia menginjakkan kaki di tempat ini.

"Apa kau yakin dengan keputusanmu?" Ji Eun menatap Kim Bum lekat. Ada rasa tidak setuju saat Kim Bum benar-benar memutuskan untuk tinggal sendiri.

"Aku kehilangan rasa percaya diri. Aku membutuhkan itu untuk bertahan di samping So Eun. Izinkan aku di sini sampai aku benar-benar siap," jawabnya.

"Bukan itu yang kau butuhkan, Bum!"

Kim Bum menekuk kedua alisnya seakan meminta Ji Eun untuk menjelaskan.

"Kau tidak butuh itu, tapi kau butuh kesadaran. Kau tahu menerima diri sendiri itu lebih sulit dari menerima orang lain. Kau tidak sepantasnya merasa takut berada di samping So Eun. Dia menerima keadaanmu, tapi kenapa kau tidak menerima dirimu sendiri?"

Kim Bum terdiam. Bibirnya kering untuk mengucapkan kata-kata, ia hanya bisa membasahi kerongkongan dengan air liur.

Apa sesulit itu? batinya.

"Untuk sementara  waktu ia akan menggantikan mu."

Kecupan bibir Kim Bum mendarat sempurna di pelipis So Eun. Cukup lama pria itu menempelkan bibirnya untuk menyalurkan kerinduan pada sang istri. Seminggu tanpa sentuhan gadis itu membuatnya merasa kehilangan, walau Kim Bum tahu So Eun tidak benar-benar meninggalkannya. Selama ini ia merasakan kehadiran So Eun setiap sore menjelang malam, namun Kim Bum harus berpura-pura tidak mengetahuinya. Kenyataan yang membuat Kim Bum semakin merasa bersalah pada So Eun. Rasa cinta menyiksa perasaannya.

Betapa bodohnya saat Kim Bum berpikir untuk mengakhiri semua di saat So Eun bersikukuh mempertahankan hubungan mereka. Bahkan kisah-kisah manis belum sempat mereka ukir selama ini.

"Aku akan menjagamu So Eun. Aku tidak akan meninggalkanmu."

***
Minggu pagi ini sedikit berbeda dengan hari biasa. Di sampingnya Kim Bum tengah menggosok gigi setelah mereka membasuh diri. Tidak ada yang spesial tapi bagi So Eun hal kecil seperti ini akan membuatnya semakin dekat dengan Kim Bum.

"Jangan katakan kau sedang menatapku," ujar Kim Bum setelah berkumur.

"Tidak. Jangan menebak sembarangan." So Eun memalingkan wajahnya menatap Kim Bum melalui cermin besar di depannya.

"Kau belum cukuran?"

"Apa aku terlihat kurang tampan kalau menumbuhkan kumis?"

So Eun meletakkan sikat giginya sebelum menarik bahu Kim Bum untuk menghadapnya.

"Tetap tampan tapi rasanya pasti geli," ucap So Eun.

"Geli? Geli kenapa?"

So Eun memukul bibirnya pelan, ia tidak menyangka apa yang ada dipikirannya terlontar begitu saja.

"Itu... Hmm... Lupakan saja."

Wajah So Eun memerah saat Kim Bum menarik tubuhnya. Ia menghindar ketika Kim Bum ingin menciumnya.

"Mau bantu aku mencukurnya?" bisik Kim Bum membuat So Eun mematung.

"Mau bantu atau tidak?"

"Ma-mau," sahut So Eun gugup.

So Eun segera mengambil alat cukur dan krim di sebuah kotak khusus. Kim Bum memberi arahan apa saja yang harus So Eun lakukan. Dengan sedikit perdebatan akhirnya So Eun berhasil mengoleskan krim ke wajah Kim Bum. Kesal karena harus menunduk,Kim Bum mengangkat tubuh So Eun hingga duduk di wastafel. Setidaknya tubuh mereka jadi sejajar.

"Cepat dicukur," perintah Kim Bum.

So Eun melakukan pekerjaannya dengan pelan sampai akhirnya wajah Kim Bum kembali bersih seperti semula.

"Ternyata aku punya bakat untuk mencukur," ujar So Eun riang melihat hasil pekerjaannya.

"Iya, aku harap hasilnya tidak buruk."

"Aish, kau tidak percaya dengan istrimu yang serba bisa ini?" kesal So Eun.

"Kalau begitu biarkan aku membuktikan hasil pekerjaanmu."

Tangan Kim Bum terulur meraba wajah So Eun. Dengan gerakan cepat Kim Bum mencium bibir tipis istrinya. Gerakan lidahnya membelai setiap sudut bibir So Eun hingga gadis itu mengalungkan kedua tangannya di leher Kim Bum. So Eun terbuai dengan kelembutan yang Kim Bum berikan.

"Apa geli?" ucap Kim Bum setelah ciuman mereka terlepas. So Eun menggeleng sebagai jawaban. Ia terlalu malu untuk meminta lebih.

"Jawab So Eun."

"Ti-tidak."

Kim Bum mengusap pipi So Eun dengan punggung tangannya. Betapa lembutnya kulit gadis itu hingga Kim Bum tidak bisa melupakannya.

"Aku...." Kim Bum menunggu kalimat So Eun selanjutnya. Dengan penuh keyakinan So Eun kembali mencium Kim Bum. Siapa yang bisa melarangnya mencium suami sendiri? Kim Bum sudah menjadi milik So Eun dan itu sudah tidak bisa dibantah lagi.

TBC


Maaf aku lupa update, harusnya kemarin 😓

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro