Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 20

Selamat membaca
Maaf typo
*
*
*

Melewati malam yang panjang membuat kedua insan yang tengah berbaring di atas tempat tidur masih terlelap. Tidak peduli jarum pendek jam dinding menuju angka 9. Bahkan alarm berbunyi nyaring tak mampu membuat keduanya terjaga.

Tangan Kim Bum terulur menggapai ponsel pintarnya. Walau dengan mata yang setengah terbuka ia masih bisa melihat angka yang terpampang di layar ponsel. Matanya membulat melihat angka yang muncul.

"Shit, aku terlambat," umpatnya. Kim Bum berlari ke kamar mandi untuk membersihkan diri tanpa menghiraukan So Eun yang mengomel tidak jelas karena mengganggu tidurnya.

Tidak butuh waktu lama untuknya mandi namun sialnya karena buru-buru ia lupa membawa handuk.

"So Eun bisa kau ambilkan aku handuk?" teriak Kim Bum.

"Ambil saja sendiri." So Eun mulai memejamkan matanya lagi, menenggelamkan dirinya di dalam selimut.

"Tolonglah So Eun aku ada rapat satu jam lagi. Aku harus cepat-cepat."

So Eun mengerang kesal, tidurnya diganggu lagi. Setelah melilitkan selimut di tubuh polosnya, So Eun mengambilkan Kim Bum handuk. Kim Bum mengulurkan tangannya ke luar namun So Eun tidak kunjung memberikan benda yang dimintanya.

"Cepat berikan padaku. Aku harus pergi ke kantor," kata Kim Bum.

"Untuk apa meeting di hari Minggu, jangan alasan untuk pergi dari rumah."

Kim Bum menyembulkan kepalanya menatap So Eun penuh tanda tanya. Benarkah sekarang hari Minggu? Kenapa dia bisa lupa?

"Kau tidak bohong?"
"Aish, makanya kalau weekend harus jalan-jalan jangan bekerja terus."

So Eun memberikan handuk itu pada Kim  Bun, namun bukannya mengambil handuknya Kim Bum malah menarik tangan So Eun masuk ke dalam kamar mandi. Dengan cepat Kim Bum menutup pintunya.

"Yak! Apa yang kau lakukan?" So Eun menutup wajahnya dengan tangan. Ia malu melihat Kim Bum telanjang. Pria itu sudah gila dan tidak tahu malu.

"Kita mandi bersama."

Kim Bum menyeringai melihat So Eun terus menutup matanya. Ini adalah pelajaran untuk gadis itu agar tidak membantahnya lagi. Beruntung So Eun memberitahu kalau hari ini Minggu, mereka bisa menghabiskan waktu berdua sepanjang hari.

***
Kim Bum terlihat puas melihat wajah cemberut So Eun. Mata almond itu menatapnya tajam.

"Bersihkan dengan baik, itu debunya masih menempel," ujar Kim Bum sembari membuka halaman buku yang ia baca. Rasanya Kim Bum ingin tertawa melihat So Eun yang tengah membersihkan rumah.Yup, berduaan ala Kim Bum di akhir pekan adalah membersihkan rumah. Melihat gadis manja itu tidak bisa memegang sapu dengan benar membuat Kim Bum puas.

"Yak! Aku sudah mandi bagaimana kalau kotor lagi?"  So Eun menatap kukunya kasihan.

Kim Bum menutup sejenak bukunya kemudian menatap So Eun lekat. Bukankah dia sendiri yang tidak mau memiliki asisten rumah tangga?
Kenapa sekarang dia yang protes.

"Air di kamar mandi masih full, kita bisa mandi bersama lagi. Mandi bsrsama sesi 2."

Kim Bum mengerlingkan matanya menggoda kemudian pergi ke kamar meninggalkan So Eun yang bengong. Wajah So Eun memerah mengingat kejadian pagi tadi.

"Jangan diingat." 

So Eun menggeleng untuk menghapus bayang-bayang tadi pagi si kamar mandi. Malas membersihkan rumah So Eun memilih kabur ke rumah neneknya. Lebih baik dia pergi  dari pada Kim Bum terus memberikannya pekerjaan.

Kim Bum turun dari tangga dengan alis menyatu saat melihat alat kebersihan tergeletak begitu saja dekat sofa. Kemana istri tercintanya pergi? Kim Bum menghembuskan napas panjang, So Eun kabur lagi. Kim Bum mengetik pesan pada seseorang, setelah terkirim fokusnya kembali teralihkan. Terpaksa ia sendiri yang membersihkan rumah, padahal niatnya ingin membersihkan rumah bersama So Eun.

Pekerjaan seperti ini sudah terbiasa bagi Kim Bum. Ia bisa menyelesaikan pekerjaan rumah dengan cepat. Rasanya ia belum memiliki istri, masak sendiri bersih rumah sendiri sungguh malang nasib Kim Bum.

Blam...

Kim Bum tersentak mendengar suara pintu yang ditutup dengan kasar. Dengan pelan sambil membawa pan Kim Bum mengintip si pelaku yang tidak lain adalah So Eun. Istrinya terlihat kesal sesekali menghentakkan kakinya.

"Pasti dia buat ulah lagi," gumam Kim Bum, kembali memasak. Belum sempat ia menyalakan kompor tiba-tiba So Eun menghampirinya.

"Bum-ah," rengek So Eun. Kim Bum menatapnya sebentar kemudian fokus kembali dengan pan-nya.

"Nenek mengusirku," curhatnya pilu. Kim Bum ingin tertawa namun ia tahan. Ini rencananya untuk membuat So Eun pulang. Ternyata neneknya bisa diajak kerjasama.

"Kenapa tidak menangis saja di sana?"

So Eun menekuk wajahnya, ternyata Kim Bum sama saja tidak pernah membelanya. Suara bel membuat So Eun mengurungkan niat untuk bicara. Kim Bum menatap So Eun agar gadis itu membuka pintunya. Walau enggan  namun So Eun tetap melakukannya.

"Kau." So Eun menatap tajam wanita yang berdiri di depannya. So Hee tersenyum lebar saat So Eun membuka pintu.

"Hai, lama tidak berjumpa. Apa Kim Bum ada?" tanya So Hee.

"Tidak."

"Bohong. Dia di rumah, kan?" So Hee ingin menerobos masuk tapi So Eun menghadangnya. Tidak semudah itu masuk ke rumahnya, apalagi So Hee memakai rok mini dan kemeja dengan dua kancing atasnya dibuka. Sepertinya gadis itu sengaja menggoda Kim Bum.

"Untuk apa menemui suamiku?" tanya So Eun.

"Haruskah aku mengatakannya padamu?"  So Hee tersenyum tipis melihat So Eun marah. Gadis itu masih sama seperti dulu selalu mengusik So Eun. So Hee ingin menerobos masuk lagi  tapi So Eun menghalanginya.

"So Eun siapa yang datang?" teriak Kim Bum dari dalam.

"Petugas laundry," balas So Eun. So Hee menatapnya jengkel, gadis itu menerobos masuk saat So Eun lengah.

"Sejak kapan kau menjadi petugas laundry?" tanya Kim Bum menatap So Hee yang baru masuk.

So Hee menoleh menatap Kim Bum yang baru keluar dari dapur. Pria itu melepas celemeknya dan menggantungnya di tembok. So Eun segera berlari ke arah Kim Bum dan merangkul lengan suaminya.

"Dia menerobos masuk. Aku tidak suka," kata So Eun.  Kim Bum menatap istrinya yang tengah cemburu kemudian beralih menatap So Hee.

Gadis itu tersenyum kemudian menundukkan tubuhnya sebagai bentuk rasa hormat. Segera So Eun menutup mata Kim Bum dengan tangannya, kemudian melepaskannya setelah So Hee menegakkan tubuhnya kembali. So Eun pikir So Hee sengaja melakukannya untuk menggoda Kim Bum.

"Hmm... kita bicara di ruanganku saja." Kim Bum melepas rangkulan So Eun di lengannya namun gadis itu berpindah memegang erat ujung kaosnya.

"Aku ikut," kata So Eun.

"Ada pekerjaan yang ingin aku bicarakan sebelum cuti. Kau diam di sini saja."

Walau enggan namun So Eun melepasnya. Kim Bum berjalan mendahului So Hee. Gadis berambut panjang itu menatap So Eun lekat.

"Dia lebih memilih diriku dari pada istri manjanya," sindir So Hee, tersenyum sinis sebelum menyusul Kim Bum ke ruang kerjanya. So Eun mengepalkan tangannya erat kemudian beranjak ke kamarnya. So Eun mencoba menenangkan diri tapi hatinya gelisah, bagaimana kalau terjadi sesuatu di dalam sana? So Eun menggeleng mengenyahkan pikiran buruknya. Bagaimana pun dia harus percaya dengan Kim Bum.

So Eun keluar dari kamar, matanya tertuju pada ruang kerja Kim Bum.  Namun dengan cepat ia memalingkan wajahnya ke dapur. Dia tidak boleh mengganggu Kim Bum yang sedang bekerja, tapi....

So Eun berbalik, berjalan ke ruangan itu. Diletakkannya telinga pada daun pintu untuk mendengar suara yang ada di dalam. Sayang, tidak sedikit pun suara yang dapat ia dengar. So Eun coba untuk mengintip di lubang pintu, tapi hanya gelap yang terlihat.

"Apa yang mereka berdua lakukan di dalam?" gumam So Eun cemas. Tangan So Eun meraih ganggang pintu, ia tidak punya pilihan selain membuka paksa pintu itu.

Ceklek....

Gadis itu mematung saat tahu ruangan itu kosong. Ke mana perginya Kim Bum dan So Hee? Apa mereka pergi?

"Kim So Eun, apa yang kau lakukan?" Suara itu terdengar jelas di belakang So Eun. Gadis itu berbalik, wajahnya membentur dada bidang Kim Bum. So Eun memundurkan tubuhnya memberi jarak antara dirinya dan Kim Bum. Anehnya So Hee tidak bersama Kim Bun, ke mana wanita itu?

So Eun celingak-celinguk mencari sosok wanita cantik yang ia benci. Kim Bum mengikuti apa yang So Eun lakukan dengan bingung.

"Cari siapa?"

"So Hee," jawabnya singkat.

"Dia sudah pulang."

"Secepat itu? Maksudku apa mungkin dia datang hanya untuk bertemu denganmu dan menggodamu?"

Kim Bum menyentil kening So Eun, bisakah gadis itu tidak berpikir yang aneh-aneh? Selalu saja curiga padanya atau jangan-jangan So Eun mulai jatuh cinta padanya? Kim Bum mengulum senyumnya saat memikirkan So Eun benar-benar mencintainya.

"Kenapa senyum-senyum?"

"Lebih baik aku tersenyum biar terlihat tampan."  Kim Bum menarik tangan So Eun untuk mengikutinya.

"Kau mau membawaku ke mana?" tanya So Eun saat mereka menaiki anak tangga satu per satu.

"Ke kamar."

"Untuk apa?"

"Membuat baby Kim," jawab Kim Bum singkat. So Eun menarik tangannya membuat Kim Bum mengentikan langkahnya.

"Aww!" jerit Kim Bum, memegangi kakinya yang diinjak oleh So Eun. Matanya melotot menatap So Eun horor.

"Kenapa menginjak kakiku?"

"Aku lapar, buatkan aku makanan," kata So Eun sembari meninggalkan Kim Bum. Gadis itu tidak memberikan jawaban yang tepat.

"Yak! Katakan saja kalau kau malu," teriak Kim Bum. So Eun menoleh kemudian menghampiri Kim Bum lagi. Untuk kedua kalinya So Eun menginjak kaki Kim Bum.

"Mau lagi?"tanya So Eun sambil berkacak pinggang. Kim Bum menggeleng cepat.

"Kenapa dia galak sekali?" gumam Kim Bum menatap punggung So Eun yang mulai menjauh.

***

TBC

Maaf pendek. Akhir-akhir ini aku jarang update di wattpad 😩, sebenarnya jadwalnya tidak sesuai rencana tapi apa boleh buat, aku harus selesaikan tugas akhir dulu terus ditambah tanganku sakit kena tusuk sate 😭 bengkak gak bisa ngetik cepat dan gak nyaman bgt....

Terima kasih tetap sabar menunggu kelanjutannya...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro