Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 19

Selamat membaca
Maaf typo
*
*
*

So Eun mencuri pandang pada Kim Bum yang tengah kedinginan. Hujan lebat tiba-tiba mengguyur ditambah mobil mogok membuat mereka terjebak. So Eun merasa kasihan pada Kim Bum yang telanjang dada di saat cuaca dingin seperti ini.

"Kim Bum," panggil So Eun.
Kim Bum menoleh menatap istrinya yang  tersenyum. So Eun menggosokkan telapak tangannya sampai hangat kemudian menangkup kedua pipi Kim Bum untuk menyalurkan kehangatan.

Kim Bum menggenggam kedua tangan So Eun erat. Tatapan keduanya terkunci memancarkan ketertarikan masing-masing. Tangan Kim Bum terulur membelai rambut So Eun. Jantung So Eun berdebar saat Kim Bum mendekatkan wajah dengan mata tertutup.

So Eun bisa merasakan hembusan napas Kim Bum menerpa wajahnya. Mata indahnya tertutup saat bibir Kim Bum menyentuh bibirnya. Begitu lembut hingga So Eun terbuai. Kilat menyambar guntur bergemuruh di atas sana. Suara petir terdengar menyambar seperti bom yang siap meledak.

"AAKKHH," pekik Kim Bum saat So Eun menggigit bibirnya. Ciuman mereka terlepas, beruntung bibir Kim Bum tidak berdarah.

"Bum-ah maaf," ujar So Eun.
Suara petir kembali terdengar kali ini lebih keras dari sebelumnya. So Eun memejamkan mata dengan kedua tangannya menutupi telinga. Tubuhnya mulai gemetar ketakutan.

"So Eun kau baik-baik saja?" tanya Kim Bum khawatir. So Eun tidak menjawab, ia takut. Benar-benar takut.

Kim Bum membawa So Eun ke dalam pelukannya berharap rasa takut gadis itu berkurang.

***
Rasa hangat dan silau cahaya mengusik tidur Kim Bum. Pertama kali yang ia lihat adalah pemandangan pantai yang indah. Pagi yang cerah berbeda dengan semalam di mana hujan lebat mengguyur tanpa henti.

Kim Bum menunduk menatap So Eun yang tertidur pulas di pangkuannya. Istrinya tidur meringkuk seperti bayi. So Eun bahkan tidak terusik sama sekali saat Kim Bum membelai kepalanya. Jika ada orang yang melihat mereka saat ini sudah pasti akan berpikir yang aneh-aneh apalagi Kim Bum bertelanjang dada dan So Eun mengenakan pakaian Kim Bum yang kebesaran.

"So Eun, ayo bangun."

So Eun mengerang namun ia enggan untuk membuka mata. Berkali-kali Kim Bum mengguncang tubuhnya akhirnya So Eun mengalah. Ia membuka matanya yang masih terasa berat.

"Kita akan pulang, kau bisa tidur di rumah," ujar Kim Bum sambil mengenakan jaketnya. So Eun mengangguk kemudian melanjutkan tidurnya membiarkan Kim Bum berusaha menyalakan mesin mobil dengan susah payah. Berkali-kali Kim Bum mencoba akhirnya mesin mobil berderu membuat ia bernapas lega bisa melesatkan mobilnya pergi dari tempat itu.

Kim Bum menghentikan mobilnya di halaman rumah diliriknya So Eun yang masih anteng mendengkur halus. Semalam So Eun tidak bisa tidur karena takut dengan suara gemuruh yang saling bersahutan tiada henti.

Kim Bum turun mengitari mobilnya untuk membukakan pintu bagi So Eun. Merasa tidak tega membangunkan wanita yang baru dinikahinya itu Kim Bum pun menggendong So Eun ke kamarnya.

Betapa cantiknya So Eun saat tidur ia terlihat tidak berdaya, beda sekali kalau sudah bangun ia bisa menjadi pemberontak dan keras kepala.

"Aish, kenapa dia bisa terlihat sangat cantik?" gumam Kim Bum.

Ia segera memalingkan wajahnya dan pergi untuk membasuh diri. Rasa lapar menyerang Kim Bum membuat ia cepat-cepat menyelesaikan mandinya. Diliriknya sebentar So Eun yang tertidur nyenyak di atas ranjang ketika ia keluar dari kamar mandi.

"Dasar pemalas," gumamnya.

Kim Bum memutuskan pergi ke dapur membuat makanan untuk sarapan dirinya sendiri. Ia yakin So Eun tidak akan bangun secepat itu.

Bau harum masakan Kim Bum akhirnya mampu membuat mata So Eun terbuka lebar. Senyum gadis itu mengembang, dengan cepat ia menyingkirkan selimut dan melesat ke dapur tempat di mana bau itu berasal.

Seperti kucing yang sedang mengintai mangsanya So Eun berjalan mengendap-endap. Sepertinya Kim Bum tidak menyadari kehadiran So Eun karena ia terlihat asik di depan kompor.

Saat Kim Bum berbalik ia cukup terkejut melihat kehadiran istrinya lengkap dengan wajah bantal.

"Sejak kapan kau ada di sini?" tanya Kim Bum sembari menuangkan nasi goreng kimchi yang baru saja ia buat.

"Bum-ah."
"Hmm."
"Aku lapar."
Kim Bum menatap So Eun sejenak sebelum meletakkan pan ke dalam wastafel.

"Mau makan?" tanya Kim Bum. So Eun mengangguk antusias.

"Di kulkas ada kimchi dan nasi putih, kau bisa cuci pan-nya dulu baru masak," kata Kim Bum sambil duduk di kursi makan. So Eun cemberut namun sedetik kemudian ia tersenyum lagi.

So Eun duduk di samping Kim Bum sembari merangkul lengan suaminya. Baru saja Kim Bum membuka mulut So Eun memeluknya dari samping. Merasa terganggu Kim Bum pun melepas pelukan So Eun.

"AAAA." So Eun membuka mulutnya lebar-lebar membuat Kim Bum merelakan suapan pertamanya masuk ke dalam mulut So Eun. Karena pada akhirnya Kim Bum tidak bisa mengabaikan perut So Eun yang kelaparan.

"Masakanmu enak," puji So Eun.
"Iya, karena kau lapar."
So Eun merasa senang setiap kali Kim Bum menyuapinya.

"Nenek memberikan tiket bulan madu ke ——"
"Tidak mau. Kita batalkan saja bulan madunya. Aku mau di rumah."

Kim Bum menatap istrinya sebal belum selesai ia bicara So Eun sudah memotongnya. Tidakkah So Eun menginginkan bulan madu seperti pengantin baru pada umumnya?

"Kau yakin mau membatalkannya?"
Dengan yakin So Eun mengangguk. Keputusannya sudah bulat.

"Bagaimana kalau aku memaksa? Lagi pula nenek sudah merencanakannya untuk kita. Kita bisa jalan-jalan," kata Kim Bum.

"Aku tidak mau."

"So Eun."

"Tidak."

Kim Bum berdiri dengan kesal. Nafsu makannya sudah hilang. So Eun tidak mengerti sama sekali dengan keinginannya. Kim Bum juga ingin segera memiliki keluarga kecil yang bahagia lengkap dengan anak-anak yang imut. Namun So Eun sepertinya tidak memikirkan itu.

"Baik. Kita batalkan." Kim Bum pergi begitu saja membuat So Eun kebingungan.

"Kenapa dia marah?" gumam So Eun.

***
Seminggu setelah perdebatan itu membuat hubungan So Eun dan Kim Bum layaknya orang asing. Walau pun mereka tidur satu ranjang namun tidak sedikit pun mereka saling bersentuhan. Bahkan bicara pun seperlunya saja.

"Benarkah dia marah?" tanya Ae Ri pada menantunya.

"Eomma, dia mengabaikan aku. Dia tidak mau bicara bahkan setelah memasak Kim Bum langsung pergi ke kantor. Apa yang salah denganku?"

Pagi-pagi setelah Kim Bum berangkat ke kantor So Eun langsung pergi ke rumah neneknya. Walau pun tetangga So Eun sangat jarang berkunjung.

Hari ini ia benar-benar kesal dengan Kim Bum untuk itu So Eun butuh teman curhat yang bisa mengerti perasaannya. Yaitu mertuanya.

"Eheemm ... apa kalian sudah melakukan itu?" tanya Ae Ri dengan hati-hati.

"Belum," jawab So Eun singkat. Ae Ri menghela napas dalam-dalam.

"Kenapa?"
"Aku... aku malu."
"Malu? Malu dengan siapa?"
"Aku tidak seksi seperti So Hee, aku juga tidak mengerti bagaimana caranya membuat Kim Bum senang. Aku takut dia kecewa."
So Eun menundukkan kepalanya. Sungguh malu rasanya menceritakan hal pribadi pada ibu mertua.

"Kim Bum bukan tipe pria seperti itu, dia sangat menyayangi mu Nona So Eun."

"Tapi rasanya agak aneh."

"Bukankah kalian sudah menjadi suami istri jadi kenapa harus merasa aneh."

"Jadi cucuku belum melakukan ritual malam pertama?"

So Eun dan Ae Ri tersentak mendengar suara Ji Eun. Wanita tua itu menghampiri mereka berdua yang duduk di kursi kosong dekat meja rias.

"Ini."
"Apa ini?" tanya So Eun menerima sebuah buku dari neneknya.
"Kau menolak tawaran bulan madu ke Singapura jadi kali ini pilih saja tempat bulan madumu sendiri."

So Eun  membuka setiap halaman dengan mata berbinar. Banyak tempat-tempat yang membuat So Eun jatuh hati karena pemandangannya yang indah dan mewah. Pilihan So Eun jatuh pada sebuah tempat.

"Aku mau ke sini," tunjuk So Eun.
"Kau yakin?" ujar Ae Ri dan Ji Eun bersamaan. Dari sekian banyak tempat mewah dan romantis kenapa So Eun memilih tempat itu?

Dengan penuh percaya diri So Eun mengangguk. Ia sangat penasaran dengan tempat itu. Tidak sabar rasanya ingin terbang ke sana.

"Baiklah, akan kubelikan."

So Eun memekik senang. Tugasnya sekarang adalah membuat Kim Bum mau berbulan madu.

***

"Bulan madu?" tanya Kim Bum pada So Eun. Tidak ada badai sebelumnya tapi So Eun tiba-tiba menginginkan bulan madu. Padahal dialah yang membatalkan rencana bulan madu mereka.

"Tentu dengan syarat aku yang akan memilih tempatnya," ujar So Eun.

Kim Bum menutup buku bacaannya, ia lelah dengan kelakuan ajaib istrinya. Sedikit-sedikit berubah, bahkan baru dua minggu mereka menikah sudah terjadi perselisihan.

"So Eun aku sibuk di kantor, tahun depan saja."

Kim Bum berbaring memunggungi So Eun. Pria itu lelah dan mencoba untuk tidur. Namun bukan So Eun namanya jika tidak bisa meluluhkan hati Kim Bum.

"Ayolah, cuti seminggu saja," rengeknya membuat Kim Bum kembali membuka matanya.

"Kim Bum...," panggil So Eun manja.

Kim Bum berbalik ia mendorong tubuh So Eun hingga terlentang di bawahnya.

"Permintaanmu akan aku kabulkan jika kau menjalankan kewajibanmu sebagai istri di atas tempat tidur."

Kim Bum menyeringai melihat wajah So Eun berubah merah. Ia yakin kali ini istrinya tidak akan mengganggu tidurnya.

"Ka—kau... licik," ujar So Eun sambil memalingkan wajahnya.

Kim Bum tersenyum, akhirnya ia bisa membungkam istri cantiknya.

"Lakukan dengan lembut," kata So Eun dengan wajah semakin merah. Kim Bum merasakan hal yang sama. a
Apa dia tidak salah dengar? Apa telinganya sudah rusak? So Eun mau melakukannya hanya demi bulan madu?

"Ja-jadi kau setuju untuk melakukan 'itu'?" tanya Kim Bum memastikan. Ia tidak mau So Eun merasa dirugikan dengan penawarannya.

"Lakukan saja dan kau harus menuruti kemauanku ."

Kim Bum menelan ludahnya. Sepertinya malam ini tidurnya benar-benar terganggu. Malam yang panjang untuk kedua pasangan itu. Kim Bum mendekatkan wajahnya mencium setiap inci wajah So Eun. Jantungnya berdebar kencang saat So Eun hanya diam tak berkutik di bawahnya.

Tangan Kim Bum bergerak liar menyusuri setiap jengkal tubuh So Eun. Hingga tangan besarnya menangkup gundukan kembar milik So Eun.

"Bum-ah."
"Aku tidak akan berhenti, kau sudah menyetujuinya."

Kim Bum kembali mencium bibir So Eun membuat istrinya hanya mampu mengeluarkan desahan menggoda yang membuat tubuh Kim Bum terbakar. Gerakan tangan Kim Bum semakin liar hingga kini seluruh pakaian So Eun sudah dilepasnya.

Tangan So Eun melingar di leher Kim Bum untuk memperdalam ciuman mereka. Napas memburu berhembus dari kedua insan yang tengah dimabuk cinta.

"So Eun, aku akan menjadikanmu wanitaku seutuhnya," bisik Kim Bum disela-sela ciuman mereka.

TBC

Maaf slow update 🙏🙏

Ayo tebak mereka mau bulan madu ke mana? 😅

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro