Part 12
Selamat membaca
*
*
*
So Eun melambaikan tangannya di depan wajah Kim Bum. Pria itu terlihat konyol senyum-senyum sendiri sejak tadi.
"Hei, apa yang kau pikirkan?" Kim Bum segera sadar dari lamunannya. Ternyata itu hanya hayalannya saja. Bagaimana mungkin So Eun mengatakan hal itu.
"Ah, tidak. Aku hanya senang akhirnya Nona bisa pulang. Setidaknya beban pekerjaanku berkurang," ujarnya. Kim Bum beralih menatap pemandangan sungai di sore hari.
"Masalah itu aku pikir tidak akan menerima jabatan apa pun. Aku ingin bebas mengejar mimpiku."
Kim Bum menatap So Eun dengan kening mengkerut. Apa lagi yang diingkan So Eun? Bukankah gadis itu ke luar negeri untuk belajar agar bisa mengambil alih perusahaan Tuan Kim suatu hari nanti?
"Appa sudah berjanji padaku jika aku pergi maka dia akan membebaskanku dari urusan perusahaan. Itu perjanjian kami sebelum aku memutuskan untuk pergi saat itu."
Kim Bum menatap wajah So Eun yang tengah tersenyum. So Eun menundukkan kepalanya sejenak sebelum mendongkak menatap Kim Bum.
"Ayo kita pergi." So Eun berjalan mendahului Kim Bum. Sejujurnya So Eun enggan pergi dari tempat itu, ia sangat merindukan pemandangan sore di Sungai Han.
Satu hari bersama So Eun membuat Kim Bum sadar akan sesuatu. Walau pun ia tidak yakin dengan pemikirannya tapi semua mengarah pada satu hal yang tidak ia mengerti. Banyak pertanyaan yang tersimpan di kepalanya.
"Aku senang bisa jalan-jalan hari ini. Gomawo," ucap So Eun sebelum turun dari mobil. Kim Bum masih setia menatap punggung So Eun yang masih mengenakan jasnya berjalan masuk ke dalam rumah.
Kim Bum kembali mengendarai mobilnya. Sekarang tujuannya adalah kantor, dia butuh jawaban dari semua pertanyaannya. Setelah memarkirkan mobilnya Kim Bum segera masuk ke gedung perusahaan tanpa mengetuk pintu ia langsung menerobos masuk ke sebuah ruangan.
Tuan Kim dan beberapa orang yang ada di ruangan itu menatapnya dengan bingung. Kim Bum menundukkan kepalanya sebagai permohonan maaf atas kelancangannya.
"Kalian pergilah. Kita lanjutkan besok pagi," ujar Tuan Kim yang diangguki oleh pegawainya.
Kim Bum menatap satu per satu orang yang keluar dari ruangan tersebut. Tuan Kim beranjak dari duduknya ke arah jendela. Langit mulai menggelap dan bintang mulai menampakkan diri. Kim Bum menghampiri Tuan Kim.
"Apa yang sebenarnya Anda rencanakan?" tanya Kim Bum.
"Banyak. Apa kau ingin bertanya tentang So Eun?"
Kim Bum memalingkan wajahnya. Apakah jelas terlihat di wajahnya tengah memikirkan So Eun?
Tuan Kim menatap Kim Bum. "Kau tahu, aku tidak selamanya bisa menemani So Eun. Dia putri kesayanganku. Anak satu-satunya. Apa pun akan kulakukan untuk membuatnya tersenyum."
"Apa maksud Anda mengirimnya ke luar negeri jika bukan untuk mempersiapkan Nona So Eun menggantikan Anda?" tanya Kim Bum.
"Untuk membuatmu fokus. Kau pikir aku tidak tahu kalian saling menyukai? So Eun itu anakku. Apa pun aku tahu tentangnya bahkan tentang pembullyan yang dilakukan temannya. Untuk itu aku memindahkanmu untuk menjaganya."
Tuan Kim berjalan mendekati Kim Bum. "Aku sedang mempersiapkanmu untuk perusahaan ini untuk itu aku memisahkan kalian."
Kim Bum menunduk setelah mendapat jawaban dari pertanyaannya. Sebesar inikah kepercayaan Tuan Kim padanya?
"Aku percayakan putriku padamu. Jangan buat ia menangis. Jangan buat aku kecewa, buktikan padaku kau layak mendampinginya." Tuan Kim menepuk pundak Kim Bum sebelum keluar dari ruangannya.
Kim Bum berjalan pelan ke arah jendela. Lampu-lampu menyala terang tidak kalah meriah dari bintang di atas sana. Teringat waktu kecil So Eun menangis karena Kim Bum sakit. Tidak pernah terhitung berapa puluh kali gadis itu menangis karenanya.
"Kim So Eun," gumam Kim Bum dengan tatapan kosong.
***
Suasana ruang keluarga semakin tegang. So Eun menatap ayah dan ibunya tajam. Setelah mengatakan bahwa mereka akan pergi ke luar negeri untuk perjalanan bisnis.
"Tidak bisakah di tunda? Aku baru saja pulang Appa. Apa kau tidak merindukan aku?" tanya So Eun. Ia sudah lelah berdebat dengan ayahnya sejak tiga puluh menit yang lalu.
"Tidak bisa, So Eun. Ini perjalanan penting. Lusa kami akan berangkat untuk sementara waktu kau akan membantu Kim Bum di perusahaan. Hanya satu minggu, setelahnya kau bebas."
So Eun kembali menatap eomma-nya meminta pada wanita itu untuk tetap tinggal.
"Eomma, tinggallah di rumah bersamaku, ya," ujar So Eun.
" Tidak bisa sayang. Eomma harus menemani Appa-mu. Hanya sebentar," ujarnya.
So Eun memalingkan wajahnya ke arah si nenek yang sejak tadi hanya diam tanpa mengeluarkan satu patah kata pun.
"Jangan menatapku seperti itu. Aku tidak bisa membantu mu," ujar Ji Eun pada So Eun. Kesal dengan orang-orang di ruangan itu So Eun pun berdiri.
"Pergi saja kalian, jangan kembali!" ujarnya kesal. So Eun berbalik. Kim Bum yang sejak tadi berada di sampingnya pun ikut kena getah.
"Kau juga menyebalkan," ujarnya seraya berlalu dari ruangan itu. Kim Bum yang tahu So Eun marah pun menyusulnya. Tidak akan ada yang bisa meredam amarah So Eun kecuali Kim Bum tentunya.
"Minggir aku mau masuk!" ujar So Eun ketus saat Kim Bum menghalanginya untuk masuk ke dalam kamarnya.
"Nona, kita perlu bicara."
Kim Bum menyeret tangan So Eun untuk ikut dengannya.
Walau pun kesal namun So Eun tidak memberontak saat Kim Bum membawanya pergi dari rumah itu. Kim Bum menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
"Ayo turun," ujarnya pada So Eun.
Dengan enggan So Eun tetap turun dari mobil. Kini mereka duduk di atas kap mobil.
"Kenapa kau membawaku ke sini?" tanya So Eun. Tidak ada apa pun di sekitar jalan ini. Sangat sepi.
"Aku pikir kau butuh ketenangan. Mau main kembang api?"
Sontak So Eun menatap Kim Bum yang sedang tersenyum lebar. So Eun hanya menatap Kim Bum mengambil sesuatu dari dalam mobil.
"Aku membeli ini di jalan. Mau coba?"
So Eun menggeleng cepat saat Kim Bum membawa kembang api jenis sparklers di tangannya.
"Kau gila? Aku takut dengan kembang api."
Kim Bum tidak mendengarkan ucapan So Eun. Ditariknya tubuh gadis itu mendekat. Kim Bum meraih tangan So Eun untuk menggenggam kembang api kecil itu.
"Jangan dinyalakan!" ujarnya ketakutan.
" Jangan takut, percaya saja padaku."
So Eun menutup matanya saat Kim Bum menyalakan kembang api itu. Kim Bum menundukkan tubuhnya.
"Buka matamu. Jangan takut," bisiknya.
Perlahan So Eun membuka matanya. Ditatapnya Kim Bum yang terasa begitu dekat dengannya. Wajah pria itu terlihat tenang membuat So Eun rileks.
Bahkan sampai kembang api itu habis So Eun tidak menampakkan ketakutan sama sekali. Yang ia tatap hanya wajah Kim Bum.
"Jangan menatapku seperti itu. Aku memang tampan," ujar Kim Bum membuat So Eun memalingkan wajahnya karena ketahuan menatap Kim Bum sejak tadi.
"Waktu kecil dulu kau sangat takut dengan kembang api," ucap Kim Bum sambil bernostalgia.
"Gara-gara kau aku menangis. Aku benar-benar takut saat itu."
"Tapi tidak dengan sekarang. Percayalah kau akan aman saat bersamaku.
"Ini." So Eun menatap kembang api yang Kim Bum berikan, walau takut tapi So Eun mau menerimanya juga. Percikan api dari kembang api itu membuat So Eun sedikit terhibur. Ternyata kembang api kecil ini tidak terlalu mengerikan juga.
Kim Bum menyalakan satu lagi kembang api untuknya. Mereka bermain kembang api sampai lupa waktu.
"Mana lagi?"
"Sudah habis. Ayo kita pulang." Kim Bum berjalan masuk ke dalam mobil. Bukannya ikut masuk So Eun malah tidur di atas kap mobil.
"Nona So Eun ayo masuk."
So Eun sama sekali tidak mengubrisnya. Gadis itu asik menatap bintang di langit. Tangannya terulur ke atas bergerak seolah ia bisa memetik satu bintang dari milyaran di atas sana.
Kim Bum ikut bergabung dengan So Eun. Sudah lama mereka tidak melihat bintang bersama. Terakhir saat kelulusan waktu sekolah dasar.
"Itu orion," ujar So Eun menunjuk rasi bintang di atas langit malam.
"Hmm. Kau masih mengingatnya?"
"Tentu. Saat aku sakit kau memberitahuku tentang orion. Aku jadi punya semangat untuk sembuh agar aku bisa keluar dari rumah sakit."
"Aku berbohong padamu saat itu. Aku bilang jika kau melihat Orion maka keinginanmu akan terwujud. Dan kau percaya begitu saja." Kim Bum tertawa mengingat kejadian di rumah sakit saat So Eun harus dirawat karena asam lambungnya kambuh.
"Karena kau orang yang pintar, jadi aku percaya saja. Kenapa kau berbohong saat itu?" tanya So Eun.
"Karena kau sangat antusias. Melihat semangatmu yang luar biasa membuatku semakin rajin berbohong. Ternyata manjur juga, kau akhirnya mau maka dengan lahap sambil mendengar kebohonganku."
So Eun ikut tertawa mengingat betapa bodohnya ia dulu selalu dibohongi Kim Bun. Pria itu selalu punya cara untuk membuat So Eun percaya padanya.
"Aku ingin membuat harapan pada orison," ujar So Eun sambil memejamkan matanya. Kim Bum tidak hentinya menatap wajah gadis itu. Sudah lama ia tidak melihatnya dan rasa itu masih tetap tidak berubah.
"Ayo kita pulang," ucap Kim Bum setelah So Eun membuka matanya. So Eun mengedipkan matanya berkali-kali membuat Kim Bum jengah.
"Gendong," kata So Eun dengan puppy eyes-nya. Kim Bum sudah menduga ini akan terjadi.
"Jalan sendiri. Tiga langkah saja kau sudah bisa membuka pintu."
"Tidak mau. Pokoknya gendong," rengek So Eun sambil merentangkan tangannya.
"Kau berat."
"Berat mana menggendongku atau merindukanku?"
Merindukanmu sangat berat menurutku, batin Kim Bum.
"Ya sudah, sekali saja."
Kim Bum berjongkok di depan So Eun dengan senang hati gadis itu memeluk leher Kim Bum sebagai pegangan.
"Lewat sana," tunjuk So Eun.
"Kau mau aku memutari mobil?" tanya Kim Bum.
"Hhmm... biar lebih lama."
Dengan kesal Kim Bum mengikuti perintah So Eun. Hanya malam ini ia menurut.
"Kau tahu aku berdoa pada bintang itu agar malam ini kau menggendongku. Dan itu terwujud, aku yakin doaku yang lain akan
terwujud."
Kim Bum menurunkan So Eun di samping mobil. Ditatapnya So Eun lekat.
"Apa di doa mu ada aku?" tanya Kim Bum. So Eun mengangguk antusias membenarkan tebakan Kim Bum.
"Pasti doamu yang jelek-jelek padaku kan?"
"Tepat sekali," sahut So Eun sambil mengacungi jempolnya.
"Tidak perlu di ragukan lagi. Bukan Kim So Eun namanya kalau tidak menyusahkan Kim Sang Bum."
Kim Bum membuka pintu mobil dan mendorong So Eun untuk masuk ke dalamnya.
"Aku suka perumpamaan mu itu. Keren," puji So Eun saat Kim Bum duduk di belakang kemudi.
"Itu bukan perumpamaan Nona So Eun. Itu kenyataan."
So Eun kembali mengoceh tidak jelas. Kim Bum senang So Eun yang dulu telah kembali.
TBC
Karena hari ini special jadi aku putuskan untuk double up...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro