Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 11

So many shades of gray
Oh eotteoke ajikdo moreul su isseo
Good easily fades away
Hamburo nareul joahaji ma

Because
I'm a villain
Wae anil geora saenggakae
Aju motdwaemeogeun jageun angma gateun naingeol molla
You're a villain
Wae anil geora saenggakae
Micheo mollatdeon angmaga ne ane sum swigo isseo

Bip...
Kim Bum menekan tombol off pada speaker kecilnya. Entah kenapa akhir-akhir ini dia sangat suka mendengar musik, radio dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan suara.

"Bum-ah cepat keluar, Tuan Kim sudah menunggu!"

Ralat, kecuali suara ibunya.  Dengan cepat Kim Bum menyambar dasinya. Sudah dua bulan ia bekerja di kantor Tuan Kim tapi tetap saja memasang dasi bukan keahliannya. Pintu kamarnya terbuka, Kim Bum segera mendekati ibunya.

"Eomma tolong pasangkan dasiku," ujarnya sambil mengancing jasnya.  Ae Ri menerima dasi yang Kim Bum berikan dan mengalungkannya di leher sang anak.

"Harusnya kau mencari istri yang bisa mengurusimu setiap saat," omel Ae Ri.

"Sudah ada Eomma yang membantuku." Ae Ri merapikan dasi dan jas Kim Bum.

"Tapi Eomma tidak bisa bersamamu terus, Kim Bum."
"Eomma selalu mengatakan itu. Sudahlah aku mau berangkat."

Kim Bum menundukkan tubuhnya untuk mencium pipi Ae Ri. Dulu dia harus menjinjit kalau ingin mencium ibunya tapi sekarang ia harus menunduk.

"Aku pergi."

Dengan terburu-buru Kim Bum keluar menemui Tuan Kim di ruang makan. Pria itu sepertinya sudah selesai menyantap sarapannya.

"Kau sudah siap?"
"Nde, Tuan Kim." Kim Bum menundukkan badan sebagai bentuk rasa hormatnya.

"Hari ini dia pulang, jadi kau tidak perlu ke kantor."
Kim Bum menegakkan tubuhnya menatap Tuan Kim tidak percaya. Apa dia mimpi?
"Mwo?"
"Jemput anakku di bandara hari ini."
"Mwo?"
Tuan Kim menatap Kim Bum aneh. Tidak biasanya pria itu bersikap bodoh atau lebih tepatnya berpikir lemot.
"Kau tidak lupakan kalau aku punya anak?"

Kim Bum menggeleng. Bagaimana dia bisa lupa jika setiap malam sosok itu selalu menghantuinya.

"Bagus. Hari ini kau kutugaskan untuk menemaninya."

"Mwo?"

Hanya satu kata saja yang keluar dari bibir pria itu. Ini sangat mendadak. So Eun kembali setelah 5 tahun pergi. Yang membuat Kim Bum jengkel adalah gadis itu tidak pernah pulang ke Korea. Sungguh So Eun tega membuatnya mati merindukannya.

"Kau kenapa? Sepertinya tidak suka dengan tugas yang kuberikan."

"Ani..ani... saya akan melakukannya. Jadi Nona So Eun akan pulang hari ini?" Kim Bum gugup, ini pertama kalinya ia mengucapkan nama itu lagi.
"Besok. Tentu saja sekarang. Tiga puluh menit lagi pesawatnya landing."
Kim Bum membolakan matanya. Secepat itukah?

"Kau tidak mau berangkat sekarang?" tanya Tuan Kim membuyarkan pikiran Kim Bum yang berkecambuk.
"Ah, nde... tentu saya akan berangkat sekarang."

Kim Bum berjalan cepat keluar dari rumah, bukannya disambut hangat sinar matahari tapi pagi ini hujanlah yang menemaninya. Kim Bum bahkan sempat berpikir untuk mengajak So Eun jalan-jalan terlebih dahulu tapi keinginannya pupus saat melihat awan hitam menutupi langit.

Kim Bum masuk ke dalam mobilnya ditemani seorang supir yang akan membawanya ke bandara. Ini lebih mendebarkan dari sekadar naik roller coaster. Kim Bum tidak sabar melihat pujaan hatinya. Bagaimana kabar So Eun sekarang apa tinggi gadis itu masih sama? Sepanjang perjalanan Kim Bum selalu memikirkan So Eun hingga tidak sadar mobil yang ia tumpangi sudah berhenti berberapa menit yang lalu.

"Kim Bum kita sudah sampai," ujar Pak Jang pada Kim Bum.

"Oh, iya. Aku akan turun."

Kim Bum memperbaiki jasnya, kaca mata hitam yang dikenakannya membuat pria itu terlihat semakin tampan. Dengan payung hitam ditangannya Kim Bum berjalan masuk ke bandara. Wajah cool-nya seketika menarik perhatian sekitar. Tidak jarang beberapa wanita berhenti hanya untuk menatapnya.
Kim Bum melirik jam tangannya. Seharusnya So Eun sudah sampai di bandara tapi kenapa ia tak kunjung melihatnya.

"Pinggangku sakit," ujar seorang nenek di samping Kim Bum. Wanita tua berpenampikan nyentrik dengan rambut merah milik itu terlihat menggelikan. Kim Bum pikir nenek itu menggunakan wig yang norak.

Mata hitamnya kembali mencari sosok So Eun namun tiba-tiba seseorang menarik-narik ujung bajunya. Kim Bum menoleh melihat nenek itu tersenyum padanya. Kim Bum mengulas senyum tipis dan menundukkan sedikit kepalanya pada nenek itu.

"Anak muda bisakah kau membantuku membawa barang-barangku?" ujar si nenek dengan kerlingan mata menggoda.

"Maaf aku——"
"Ayolah bantu aku sekali saja. Aku mohon," ucapnya dengan suara yang dibuat sehalus mungkin.

Seketika tubuh Kim Bum meremang. Berhubungan dengan nenek-nenek membuatnya risih apalagi penampilan nenek itu sangat aneh. Sepatu boots merah membungkus kakinya ditambah syal berwarna senada melilit di lehernya. Dari ujung kepala sampai ujung kaki warnanya sama. Merah.

"Ke mana saya harus membawanya?" tanya Kim Bum. Bagaimana pun juga ia tidak bisa menolak permintaan nenek itu. Karena menurut Kim Bum nenek-nenek adalah nenek-nenek.
"Ke sana. Cucuku sedang ke kamar mandi jadi aku mau tunggu jemputan di sana saja," ujarnya.

Kim Bum membantu membawakan koper nenek itu. Nenek itu tersenyum lebar saat mereka sampai di tempat yang dimaksud.

"Kau baik sekali. Siapa namamu?"
"Kim Bum," jawabnya singkat.
"Kau manis sekali, Kim Bum. Aku menyukaimu." Kim Bum membulatkan matanya saat nenek itu menarik dasinya.

"Nenek apa yang kau lakukan." Suara seseorang mengintrupsi mereka.

Kim Bum tertegun saat mendengar suara yang tidak asing di telinganya. Matanya bergerak liar mencari sosok yang ia pikirkan. Namun sayang So Eun tak kunjung ia lihat.
Bertambah lagi makhluk aneh mendekati Kim Bum. Masker dan kaca mata hitam di wajahnya menghalangi Kim Bum untuk melihat wajah gadis itu. Kim Bum yakin dia adalah cucu si nenek karena penampilannya tidak beda jauh dari wanita tua itu. Kim Bum lebih toleran dengan penampilan si cucu yang menggunakan outfit serba  coklat.

"Nenek jangan kegatelan lagi. Aku tidak mau punya kakek yang usianya sebaya denganku," ujar gadis itu.

Kim Bum mendelik. Apa gadis itu berpikir bahwa dia tertarik dengan nenek-nenek? Hei Kim Bum tidak kalah tampan dari artis papan atas dan papan bawah. Kim Bum menajamkan pendengarannya. Gadis itu masih mengomel tidak jelas.

"Nona Kim So Eun?" ujar Kim Bum membuat gadis itu berhenti bicara. Kim Bum mengernyitkan alisnya menatap wanita aneh itu mematung.

"KIM BUM KENAPA KAU BISA ADA DI SINI?" Gadis itu menunjuk Kim Bum dengan wajah sedikit syok. Tidak salah lagi makhluk aneh di depannya adalah Kim So Eun. Tebakan Kim Bum akurat.
Kim Bum menundukkan tubuhnya memberi hormat pada dua wanita itu.

"Saya diperintahkan oleh Tuan Kim untuk menjemput Anda." Kim Bum melirik nenek itu. "Tapi saya tidak diperintahkan untuk menjemput nenek ini."

So Eun menghela napas panjang sebelum menatap Kim Bum lagi.

"Nenekku tiba-tiba mau ikut. Ini rencana dadakan."  Kim Bum mengangguk paham.

"Kalau begitu ayo kita pulang." Nenek itu menyeret lengan Kim Bum untuk segera pergi.

"Yak! Siapa yang membawa kopernnya?"

"Kau saja yang bawa," teriak si nenek.

Kim Bum menatap So Eun yang mencebik kesal. Lihatlah bibirnya sudah maju beberapa senti.

Ternyata Nona So Eun tidak berubah, batin Kim Bum.

Hujan masih mengguyur Seoul dengan deras. Pak Jang membantu memasukkan koper ke dalam bagasi mobil. Mereka pun melesat pergi meninggalkan bandara.

"Namamu Kim Bum, kan?" tanya nenek itu. So Eun yang mendengar pertanyaan neneknya hanya memutar bola matanya malas. Kumat lagi penyakit gatal neneknya.

"Nde," jawab Kim Bum.
"Perkenalkan namaku Song Ji Eun kau bisa memanggilku Magdalena."

Pak Jang dan Kim Bum saling menatap satu sama lain sebelum mengulum tawanya.

"Nde, Halmeoni."
"Jangan panggil halmeoni. Aku tidak setua itu. Aku ma... aw pinggangku sakit," ujarnya sambil memegang pinggang.

"Itulah hukuman untuk nenek. Jangan merayu lagi, aku tidak sudi memiliki kakek menyebalkan seperti dia."

So Eun menatap Kim Bum tajam. Kim Bum hanya diam tidak menanggapi ucapan So Eun. Sepertinya gadis itu menaruh dendam padanya. Lima tahun berpisah tidak membuat So Eun melupakan masa lalunya.

Mobil itu berbelok masuk ke sebuah rumah mewah. So Eun sungguh merindukan rumah itu. Pintu mobil terbuka So Eun dan nenek turun dari mobil.

"Di mana tofu?" tanya nenek itu.
"Nde? Tofu?" Kim Bum dan pelayan lainnya terlihat kebingungan. Selain aneh nenek itu juga sedikit gila.

"Kim Nam Jun. Di mana dia sekarang?"

Kim Bun mengangguk. Ternyata Tuan Kim yang dimaksud tofu oleh nenek itu. Panggilan itu aneh untuk pengusaha sukses seperti Tuan Kim.

"Tuan Kim sedang di kantor, Nyonya." Kepala pelayan menjawab dengan tegas. Nenek itu menoleh dengan mata berbinar.

"Wah, ternyata masih  ada pria tampan lagi," ujar Ji Eun menatap kepala pelayan penuh minat. Nenek itu mendekati Tuan Lee yang sejak tadi tidak berani mengangkat wajanya.

Melihat kelakuan neneknya membuat So Eun gerah. Ditatapnya Kim Bum yang tengah menahan tawa memperhatikan neneknya sedang merayu Tuan Lee.

"Di mana kamarku?" tanya So Eun ketus.

"Kami sudah menyiapkannya di samping kamarku," ujar Kim Bum.

Tanpa banyak bicara So Eun berjalan menuju kamarnya. Kim Bum sambil menyeret koper besar mengikuti So Eun dari belakang. Gadis itu benar-benar berubah.

"Berhenti!" perintah So Eun membuat Kim Bum menghentikan langkahnya.

"Letakkan saja di sana. Kau boleh pergi," ujar So Eun. Kim Bum menurut. Diseretnya koper besar itu ke pojok ruangan.

"Apa nona membutuhkan sesuatu lagi?"
"Tidak."
"Kalau begitu saya permisi." Kim Bum menundukkan tubuhnya.
"Hari ini aku mau makan siang di luar. Siapkan mobilnya dan temani aku mencari udara segar."

Kim Bum menatap punggung So Eun yang kini menghilang di dalam kamar mandi. Kim Bum memutuskan menunggu So Eun di luar. Hujan sudah reda awan hitam pun tidak nampak. Namun udara terasa semakin dingin.

Setengah jam waktu yang Kim Bum habiskan menunggu So Eun. Derap suara heels bergesekan dengan lantai mengalihkan perhatian Kim Bum. Tatapan Kim Bum tidak pernah lepas dari So Eun. Penampilan gadis itu berbeda dari sebelumnya.

Kini So Eun terlihat seperti malaikat dengan balutan dress putih di bawah lutut, rambut panjang So Eun terurai bebas. Namun sialnya dress itu mempertontonkan bahu telanjang So Eun yang terlihat seksi di mata Kim Bum.

"Hati-hati matamu keluar," ujar So Eun ketus.

Gadis itu berlalu begitu saja meninggalkan Kim Bum yang mematung di tempat. Kim Bum tersadar kemudian menyusul So Eun masuk ke dalam mobil. Kali ini Kim Bum menyetir sendiri mobilnya. Sesekali Kim Bum memalingkan wajahnya dari So Eun. Gadis itu seolah menggodanya dengan menyibak rambut panjangnya ke belakang. Pikiran Kim Bum mulai berkeliaran ke mana-mana.

Mereka sampai di sebuah restaurant italy. So Eun dan Kim Bum memilih duduk di pojok dekat jendela. Perasaan Kim Bum mulai tidak enak. Saat masuk ke dalam restaurant semua mata tertuju padanya. Lebih tepatnya pada So Eun. Kim Bum menyesal mengizinkan So Eun keluar.

"Sore ini aku mau ke Sungai Han dan jalan-jalan  menikmati udara segar terus—" So Eun menghentikan ucapannya saat melihat Kim Bum menoleh ke arah lain.

"Yak! Kau dengar apa yang aku katakan?" Kim Bum kembali menatap So Eun dengan senyum lebarnya.

"Tentu, apa pun yang Nona So Eun inginkan akan aku wujudkan," kata Kim Bum.

"Kalau begitu pergi ke laut sana. Aku tidak mau melihatmu lagi."

So Eun menyenderkan tubuhnya di kursi. Lagi-lagi gadis itu ngambek. So Eun menyantap makan siangnya dengan kesal sedangkan Kim Bum masih asik memberikan tatapan tajam pada pria-pria yang melirik pada So Eun secara terang-terangan.

Walau pun makan siang itu berakhir buruk namun So Eun tidak mau membatalkan keinginannya pergi ke Sungai Han. Langit berwarna jingga saat mereka sampai. Aroma basah masih tercium saat angin berhembus. Sesekali So Eun memeluk tubuhnya untuk menghalau dinginnya sore di Sungai Han.

Kim Bum tersenyum tipis sebelum melepaskan jasnya. Dipakaikannya jas itu ke tubuh So Eun.

"Aku tidak perlu jasmu." So Eun ingin menolak tapi Kim Bum memaksanya.
"Aku sudah katakan pada Nona jika aku akan melindungimu. Biarkan aku melakukan pekerjaanku dengan baik."

Sesaat mereka terdiam saling menatap satu sama lain. Perlahan tangan So Eun terangkat menarik dasi Kim Bum membuat pria itu terhuyung ke depan. Deru napas masing-masing bisa mereka rasakan.

"Aku kedinginan maukah kau menghangatkanku?"

"Tentu aku akan menghangatkan tubuhmu."

TBC

Baru bisa up malam. Ada sedikit pekerjaan yang tidak terduga tadi... aku harap kalian menikmati kelanjutan ff ini.

Sebelumnya aku mau promo ceritaku di DREAME yang masih On Going. Siapa tau kalian senggang bisa mempir baca-baca

Main cast-nya Sasya dan Song Jun Hee. Kalau kalian iseng mau tahu ceritanya bisa copas link di bawah, ya. Sampai jumpa di chapter selanjutnya...

https://m.dreame.com/novel/g09KFHcAIY0TJN5UD2DqLQ==.html

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro