Part 10
Selamat membaca
*
*
*
Semua kembali seperti dulu. So Eun yang selalu menghindari Kim Bum dan Kim Bum yang selalu menjaganya. Seperti pagi ini langkah kaki So Eun menghentak cepat mendahului pria yang terus mengekorinya. Sesekali So Eun menoleh ke belakang untuk memastikan Kim Bum berada di jarak yang sudah ia tentukan. Dua meter di belakangnya.
"Jangan dekat-dekat," perintah So Eun saat Kim Bum berada kurang dari dua meter. Kim Bum mendengus kesal dengan So Eun yang terlihat marah padanya. Gadis itu berlari saat melewati gerbang sekolah. Dengan cepat So Eun masuk dan duduk di kursinya.
Tidak lama setelahnya Kim Bum muncul sambil mengatur napasnya yang ngos-ngosan karena mengejar So Eun. Gadis itu benar-benar merepotkan. Pagi tadi ia menolak diantar dengan mobil sehingga mereka terpaksa naik bus. Bahkan saat di kelas pun So Eun enggan bicara pada Kim Bum.
Selama pelajaran berlangsung tatapan Kim Bum tidak pernah lepas dari So Eun. Sesekali tatapan mereka beradu namun So Eun segera memalingkan wajahnya.
"Baiklah pelajaran hari ini selesai. Sampai jumpa minggu depan." Lee Songsaengnim mengakhiri pelajaran hari itu membuat siswa berteriak bahagia. Kim Bum membersekan semua bukunya, saat ia menoleh So Eun sudah tidak ada lagi di tempat. Dengan cepat Kim Bum keluar dan mencari keberadaan gadis itu.
Mata hitamnya bergerak liar mencari So Eun ke segala sudut sekolah. Kim Bum mulai khawatir kejadian beberapa waktu lalu kembali terulang.
"Kau tahu kali ini So Eun pasti menderita. Aku bisa pastikan gadis itu akan menangis."
Kim Bum berhenti tepat di depan toilet wanita setelah mendengar suara tawa dari dalam. Rahangnya mengeras saat tahu jika selama ini So Eun dipermainkan. Pintu toilet terbuka membuat tawa itu lenyap seketika.
"Kim Bum Oppa," gumam So Hee dengan wajah terkejut.
"Kau yang melakukan semua itu? Kolam renang dan toilet?"
So Hee menelan ludahnya susah payah. Matanya bergerak cemas saat beradu tatap dengan Kim Bum.
"Kenapa kau lakukan itu?" tanya Kim Bum mendekati So Hee. Gadis itu memundurkan langkahnya sampai punggung itu membentur tembok.
"JAWAB!" So Hee terkejut dengan bentakan Kim Bum. Air matanya meleleh saat menatap Kim Bum.
"Karena dia memiliki semuanya, termasuk dirimu."
"Jadi apa mau mu?"
"Kita berpacaran," ujar So Hee tanpa ragu. Kim Bum terdiam sejenak sebelum menatap So Hee kembali.
"Baik, kita pacaran tapi kau jangan pernah mengusik So Eun lagi. Mengerti!"
Kim Bum pergi begitu saja meninggalkan So Hee yang mematung di tempatnya. Gadis itu tidak habis pikir jika Kim Bum dengan mudahnya menerima tawarannya. Ini diluar dugaan.
***
Berita So Hee dan Kim Bum pacaran akhirnya sampai juga di telinga So Eun. Pantas saja ia melihat sikap Kim Bum pada So Hee sangat berbeda. Kim Bum seolah memberikan So Hee tempat di hatinya. So Eun menggulingkan tubuhnya di atas kasur. Buku-buku yang berserakan di tempat tidur tidak sedikit pun ia sentuh.
"Dia pikir hanya dia yang bisa pacaran?" Marah So Eun sampai-sampai pensil yang ada ditangannya patah. "Aku juga bisa."
Dengan langkah lebar So Eun keluar dari kamarnya. Kini gadis itu berdiri di depan pintu kamar Kim Bum. Sebelum mengetuk pintu So Eun merapikan penampilannya dan memasang senyum termanisnya.
Tok... tok... tok....
Pintu di depannya terbuka memperlihatkan Kim Bum dengan handuk di atas kepala. Sepertinya pria itu baru selesai mandi. Tanpa permisi So Eun masuk ke dalam kamar Kim Bum dan duduk di atas ranjang pria itu.
"Kim Bum kau tahu Won Geun Oppa pria yang baik," ujar So Eun seraya memeluk bantal tidur Kim Bum.
"Apa yang Anda katakan Nona?"
Kim Bum menatap So Eun yang tiba-tiba datang ke kamarnya. Tidak biasanya majikannya datang dengan senyum-senyum.
"Kau ini tidak mengerti ya, aku sedang jatuh cinta," ujarnya riang.
"Oh, hanya itu?" tanya Kim Bum santai seraya melanjutkan pekerjaan rumahnya.
"Apa maksudmu dengan 'hanya itu'? Aku sedang bahagia jadi kau wajib memberikan selamat untukku," kesal So Eun sambil melipat tangannya di depan dada.
"Anda sedang jatuh cinta, Nona, tapi belum pacaran," kata Kum Bum membuat So Eun terdiam. Gadis itu berpikir sambil menggigit jarinya.
"Tetap saja kau harus memberikan selamat untukku."
"Baiklah selamat jatuh cinta, Nona So Eun. Apa Anda puas?"
So Eun cemberut ia berlari keluar kamar Kim Bum. Seharunya pria itu mengatakan hal yang manis untuk So Eun tapi nyatanya Kim Bum tidak ada manis-manisnya.
"Apa salah dan dosaku padamu Nona," gumam Kim Bum setelah melihat pintu kamarnya ditutup dengan kasar.
***
So Eun menatap langit-langit kamarnya dengan gelisah. Pikiran gadis itu melayang mengingat setiap kenangan yang ia lalui bersama Kim Bum. Jantungnya berdebar hingga membuat wajahnya panas. So Eun mulai menyadari ada sesuatu yang aneh dengan perasaannya.
"Apa aku menyukainya?"gumam So Eun. Baru saja ia kembali dari kamar Kim Bum tapi sekarang ia ingin bertemu lagi dengan Kim Bum. So Eun bangun dari tidurnya, sejenak ia terdiam sebelum keluar dari kamar. Di depan pintu kamar Kim Bum ia berdiri mematung. Tangan So Eun terangkat untuk mengetuk pintu, namun sayang ia tidak punya cukup keberanian.
Pintu itu tiba-tiba terbuka membuat So Eun tersentak. Kim Bum kini berdiri di depannya.
"Aku ingin bicara denganmu," ujar So Eun gugup. Kepalanya menunduk setelah mengatakan itu. Kim Bum mengangguk dan mengikuti So Eun ke halaman belakang. Udara malam yang dingin menyambut kedatangan mereka. So Eun mengusap lengannya yang merinding kedinginan.
"Saya akan ambilkan jaket untuk Nona," ujar Kim Bun namun So Eun mencegahnya.
"Boleh aku bertanya padamu?"
"Tentu."
"Kau menyukai So Hee?" tanya So Eun. Tatapannya lurus pada bunga yang ditanam Kim Bum setiap minggu.
"Kenapa Nona bertanya seperti itu?" Kim Bum menatap So Eun lekat.
"Aku menyukaimu," ujar So Eun membuat Kim Bum tersentak.
Ada rasa hangat menyeruak di hati Kim Bum namun sayang ia sudah berjanji pada Ae Ri untuk tidak berpacaran dengan So Eun. Begitu juga janjinya pada So Hee. Tangan Kim Bum mengepal. Ia benci menjadi pria lemah. Harusnya dia lah yang menyatakan cinta pada So Eun bukan sebaliknya.
"Maaf Nona, kita hanya sebatas majikan dan pelayan. Saya sangat berterima kasih jika Nona menyukai saya tapi saya sudah memiliki kekasih," ujar Kim Bun.
So Eun menunduk dan tersenyum tipis pada Kim Bun. Ada rasa penyesalan yang dirasakan Kim Bum pada So Eun. Ingin ia bisa memeluk So Eun sekarang dan membisikan bahwa ia pun mempunyai perasaan yang sama.
"Aku merasa lega sudah mengatakannya. Jadi tolong jaga jarak denganku. Bantu aku melupakan perasaan ini," ujar So Eun sebelum pergi meninggalkan Kim Bum yang masih mematung di tempatnya.
Tolong jangan hapus perasaan itu. Aku juga mencintaimu, batin Kim Bum.
***
Suara riuh tepuk tangan mengakhiri pertunjukan hari ini. Pertunjukan akhir yang bertepatan dengan pengumuman kelulusan. Tentu semua siswa bersorak gembira karena sebentar lagi mereka akan menempuh pendidikan di universitas. Semua pemain berpegangan tangan tak terkecuali Kim Bum. Mereka membungkukkan badannya sebelum turun dari panggung. Mata Kim Bum bergerak liar mencari keberadaan So Eun yang beberapa saat lalu duduk di kursi penonton. Tidak peduli jika teman -temannya tengah asik berpelukan dengan orang tua mereka. Fokus Kim Bum hanya pada So Eun. Ia tidak mau kehilangan gadis itu. Cukup 4 bulan So Eun menghindarinya.
Kali ini Kim Bun ingin jujur dengan perasaannya terhadap So Eun. Tidak peduli jika banyak pertentangan. Yang ada dipikiran Kim Bum saat ini adalah mencari kebahagiaannya. Dan itu semua ia dapatkan dari So Eun.
"Kim Bum." Pria itu menoleh saat mendengar sebuah suara memanggil namanya. Ia tersenyum lebar ketika melihat ibunya berdiri tidak jauh dari posisinya.
"Eomma, kau datang," ujarnya seraya menghampiri Ae Ri.
"Ini hari kelulusanmu. Eomma tentu datang," ujarnya sambil memeluk Kim Bum.
"Aku belum melihat Nona So Eun sejak tadi. Apa eomma melihatnya?" tanya Kim Bum setelah pelukan mereka terurai.
"Kau belum tau? Tiga puluh menit yang lalu nona So Eun berangkat ke bandara."
Bagai disambar petir Kim Bum hanya bisa mematung. Apa So Eun benar-benar ingin pergi ke luar negeri? Jadi gadis itu menerima tawaran ayahnya?
Kim Bum menggeleng ini tidak mungkin. So Eun tidak mungkin meninggalkannya. Kim Bum berbalik berlari meninggalkan aula pertunjukan. Kim Bum terus berlari walau tahu ia tidak akan bisa mencegah So Eun pergi.
Napasnya terengah saat melewati sebuah taman. Air mata Kim Bum menetes merasakan sesak yang tertimbun di dadanya. Ini menyakitkan.
Kim Bum mendongkak menatap pesawat terbang melintas di atasnya. Tatapannya kosong. Ia mendongkak menatap pesawat itu sampai menghilang dari pandangannya.
"Nona So Eun, aku akan menunggumu," gumam Kim Bun.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro