Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 18

Selamat membaca
Maaf typo
*
*
*

Seulas senyum terpatri di wajah tampan Kim Bum. Melihat wajah So Eun yang masih terlelap dalam pelukannya. Walau pun malam pertama mereka lewati dengan insiden gigit jari tapi tetap membuat Kim Bum senang.

Mimpinya untuk bersama So Eun akhirnya terwujud walau pun gadis itu terpaksa menikah dengannya. Kim Bum memainkan tangannya di rambut halus So Eun. Merasa terusik So Eun pun mengerang membuat Kim Bum menghentikan aktiviatasnya dan pura-pura tidur.

So Eun mendongkak menatap Kim Bum yang masih memejamkan mata. Ia tersenyum melihat wajah Kim Bum saat tidur. Pria itu terlihat lebih tampan. So Eun mengeratkan dekapannya pada sang suami. Mereka terjaga menikmati dekapan hangat satu sama lain.
Seulas senyum terpatri di wajah masing-masing layaknya pengantin baru yang menghabiskan waktu sepanjang malam. Tapi suasana hangat itu seketika hancur karena gas beracun memenuhi kamar itu.

Bruuttt....

So Eun menutup hidungnya saat mencium bau telur busuk di pagi hari. Gadis itu mendongkak menatap sang pelaku.

"BUM-AH! BAU!" teriak So Eun.

"Maaf aku kelepasan." Kim Bum segera turun dari tempat tidur berlari ke kamar mandi. So Eun yang kesal dengan ulah Kim Bum pun menyemprotkan pewangi di tempat tidur.

"Makan apa dia semalam, baunya tidak ada toleransi?" gumam So Eun. Tidak butuh waktu lama Kim Bum keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya. Pria itu terlihat segar  dengan rambut basah. Kim Bum baru saja selesai mandi.

So Eun menutup wajahnya dengan tangan melihat Kim Bum setengah telanjang.

"Kenapa kamu tidak pakai baju?" tanya So Eun sembari mengintip melalui celah jari-jarinya. Sayang kalau tidak melihat tubuh kekar itu tapi kalau dilihat So Eun malu.

"Apa ada masalah?"
Kim Bum mendekati So Eun membuat gadis itu berjalan mundur. So Eun menghentikan langkahnya saat punggungnya membentur tembok.

Kedua tangan Kim Bum mengurung di setiap sisi tuhuh So Eun membuat gadis itu tidak bisa kabur. Bau shampoo dan sabun mandi menggelitik hidung So Eun. Wanginya segar membuat So Eun memalingkan wajahnya.

"So Eun," ujar Kim Bum lembut tepat di telinganya.

Gadis itu hanya memejamkan matanya. Dia belum siap kalau Kim Bum meminta haknya sekarang. So Eun takut bagaimana kalau Kim Bum memaksanya melakukan 'itu'?

"So Eun kita sudah menjadi suami istri jadi sudah semestinya kalau——"

"TIDAKKK!" potong So Eun histeris. Bayangan Kim Bum akan melakukannya pagi ini terus menghantui. Dia belum siap.

Kim Bum yang ketakutan perlahan berjalan mundur tapi sayang So Eun sudah memukulnya membabi buta. Satu tangan Kim Bum menangkis pukulan So Eun sedangkan satu tangannya lagi memegang handuk yang siap meluncur kapan pun kalau dilepas.

"Yak, hentikan. Kenapa kau memukulku?" Kim Bum berusaha menenangkan So Eun namun gadis itu tidak ada tanda-tanda akan berhenti memukulnya.
Terpaksa Kim Bum memegang kedua tangan So Eun. Namun Kim Bum lupa kalau yang dibawah sana juga perlu dipegang, alhasil handuk yang melilit di pinggangnya meluncur dengan mulus.

"AAAAA!"
"AAAAA!"

***
Pagi hari bagi pengantin baru adalah hal yang paling menyenangkan. Sarapan, ciuman selamat pagi, atau bahkan membersihkan rumah bersama-sama. Namun itu hanya dilakukan oleh pengantin normal sedangkan So Eun tidak merasakannya sama sekali.

So Eun dan Kim Bum duduk berhadapan di meja makan. Keduanya saling melirik satu sama lain tanpa ada yang angkat bicara. Kim Bum memejmkan mata sejenak, kalau seperti ini terus masalah tidak akan selesai. Kim Bum mengalah ia menatap So Eun untuk meminta maaf.
Andai ia tidak kelepasan mungkin So Eun bisa melunak pagi ini.

"Maaf untuk yang tadi itu di luar kendaliku. Jangan dipikirkan lagi," kata Kim Bum. So Eun menopang dagunya dengan kedua tangan.

"Apa kau ingin——" So Eun menghentikan ucapannya. Ia malu mengatakannya pada Kim Bum. Jika benar Kim Bum ingin melakukannya So Eun harus bisa mencari alasan yang tepat untuk menolak.

"Aku ingin kau membuat sarapan. Aku lapar," kata Kim Bum.

So Eun menggigit bibir bawahnya, ia salah paham dengan maksud Kim Bum. So Eun pikir Kim Bum akan meminta haknya pagi ini. Senyum lebar So Eun membuat Kim Bum was-was. Apalagi sekarang? Akankah So Eun melakukan sesuatu? Kim Bum terus waspada takut kalau istri cantiknya kembali menyerang.

"Aku akan buat sarapan," kata So Eun semangat. Gadis itu beranjak dari tempat duduk untuk membuka lemari pendingin. Semangatnya seketika luntur saat melihat isi kulkas kosong melompong. Tidak ada bahan makanan sedikit pun.

"Bum-ah."

Kim Bum mengusap leher belakangnya saat So Eun memanggil.

"Kita belum belanja," ujarnya santai.

So Eun menutup kembali lemari pendinginnya. Tidak ada makanan jadi tidak bisa sarapan.

"Kita makan di luar sekalian belanja," usul Kim Bum.

Kali ini So Eun menurut, ia tidak banyak bicara dan langsung berganti pakaian. Setelah siap mereka pun pergi mencari restaurant yang menyediakan sarapan.

"Mau pesan apa?" tanya Kim Bum setelah membaca isi menu.

"Aku mau ini, ini, ini," tunjuk So Eun pada gambar makanan yang ada di menu pada pelayan.

"Bum-ah mau pesan apa?"
"Sama,kan saja," kata Kim Bum. Tangannya masih asik membuka menu.

Pelayan itu pergi usai mencatat pesanan So Eun. Suasana sedikit canggung membuat keduanya terdiam.

"Kim So Eun."

Kim Bum dan So Eun sontak menoleh saat mendengar suara pria yang tidak asing lagi di telinga mereka. Dia Won Geun pacar So Eun semasa SMA.

"Won Geun Oppa, senang bertemu denganmu di sini," kata So Eun.

Kim Bum menatap pria itu dengan wajah masam. Ia tidak suka melihat So Eun tersenyum pada pria lain.

"Kalian sarapan bersama?" tanya Won Geun menatap Kim Bum dan So Eun bergantian.

"Sepertinya kau tidak buta," kata Kim Bum dengan senyun lebarnya.

"So Eun jam berapa sekarang?" tamya Kim Bum.

"Wae? Kau bisa lihat jam dari ponselmu, kan?"

"Jam di ponselku belum diatur."

Walau enggan tapi So Eun tetap melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Jam se——" belun selesai ia bicara Kim Bum sudah menarik tangannya. Menggenggam erat tangan So Eun dan pura-pura melihat jam tangannya.

"Jam sepuluh lima belas," ucap Kim Bum.

"Kalian sudah menikah?" tanya Won Geun tiba-tiba. So Eun terkejut saat Won Geun tahu dia sudah menikah namun saat melihat tangan Kim Bum memegang tangannya, So Eun jadi tahu itu adalah trik Kim Bum untuk memamerkan cincin pernikahan mereka. So Eun melepas tangannya dari Kim Bum.

"Maaf tidak mengundangmu ke acara pernikahan kami. Acaranya sederhana jadi kami hanya mengundang beberapa orang saja," jelas Kim Bum.

Won Geun mengangguk kemudian berlalu begitu saja tanpa mengucapkan selamat.

"Won Geun Oppa." So Eun ingin mengejar tapi Kim Bum menahannya.

"Makanan kita sudah siap," kata Kim Bum sembari menunjuk seorang pelayan dengan dagunya. So Eun kembali duduk dan sarapan dengan Kim Bum.

"Setelah sarapan kita belanja kebutuhan dapur. Jangan harap bisa selingkuh dariku," kata Kim Bum membuat So Eun memajukan bibirmya.

"Kau juga jangan berharap bisa selingkuh." So Eun ikut memperingati Kim Bum. Kata-kata So Hee kemarin membuat So Eun marah, secara terang-terangan gadis itu menyatakan perang dengannya.

Setelah sarapan So Eun dan Kim Bum melanjutkan kegiatan mereka membeli keperluan dapur. Kali ini tidak ada yang aneh mereka seperti pengantin baru yang normal. Belanja ini itu sesuka mereka.

Saat mereka membayar barang belanjaannya seorang pelayan kasir jelas-jelas ingin menggoda Kim Bum. So Eun yang hafal dengan gerak gerik menggoda itu segera memeluk tangan Kim Bum. Mereka——Kim Bum dan So Eun——saling melempar senyuman.

"Ayo sayang kita pulang," ujar So Eun manja. Kim Bum merinding mendengar kata sayang keluar dari bibir So Eun. Sepertinya  ada yang tidak beres dengan istrinya yang tiba-tiba lengket seperti lem.

Baru saja mereka duduk di jok mobil ekspresi So Eun sudah berubah lagi. Benar dugaan Kim Bum kalau istrinya sedang labil.

"Mau jalan-jalan?" tanya Kim Bum.

"Ke mana?" So Eun terlihat antusias dengan tawaran Kim Bum.

"Rahasia."

Kim Bum melajukan mobilnya lebih cepat ke tempat tujuan. So Eun membuka pintu mobil saat mereka sampai di pantai. Deburan ombak membuat perasaanya menjadi nyaman.

"Aku sangat senang bermain di pantai saat ibu libur." Kim Bum tersenyum saat mengingat masa kecilnya. Bisa pergi jalan-jalan ke luar dari rumah So Eun sudah membuatnya senang.  So Eun dan Kim Bum duduk di kap mobil sambil memandang lautan di depan sana.

"Aku iri mendengarnya," kata So Eun membuat Kim Bum menatapnya.

"Aku tidak pernah jalan-jalan dengan mereka berdua. Aku lebih sering bermain denganmu." Kim Bum mengalihkan tatapannya. Tangan Kim Bum menggenggam erat tangan So Eun hingga gadis itu menatapnya.

"Kalau begitu biarkan aku menemanimu jalan-jalan." Kim Bum tersenyum lebar hingga lesung pipinya terlihat sempurna. Ditariknya tangan So Eun untuk berlari ke arah laut.

Mereka berlari sepanjang pantai sesekali Kim Bum memeluk So Eun dan memutar tubuh mereka. So Eun berlari menghindar dari kejara Kim Bum. Bermain air dan kejar-kejaran hingga mereka lupa waktu.

"Kau mau ini?" tawar So Eun menyodorkan snack yang baru saja ia buka. Kim Bum menerimanya dengan senang hati. Beruntung mereka membeli beberapa snack yang bisa mengganjal perut saat lapar. Menikmati matahari terbenam berdua membuat So Eun senang.

Ini sangat romantis, batin So Eun.

"Saat malam hari aku sering merasa takut. Setiap kali mendengar jarum jam berdetak aku merasa dikejar oleh waktu. Suaranya begitu jelas sampai-sampai aku tidak bisa tidur."

"Jangan bilang itu tentang film horor yang sering kau tonton," tebak Kim Bum.

"Kenapa kau tahu?"

"Dialognya mirip, aku sudah menonton film itu berkali-kali jadi hafal."

So Eun mempautkan bibirnya, gagal sudah ia menakut-nakuti Kim Bum. Matahari sudah tenggelam namun mereka belum ingin beranjak dari sana.

"Hmm... hujan," kata So Eun saat merasakan setetes air mengenai wajahnya.

"Benarkah? Tadi cuacanya cerah," sahut Kim Bum. Sedikit demi sedikit air langit mulai berjatuhan. Dengan cepat Kim Bum dan So Eun membereskan makana barang-barang mereka dan masuk ke mobil.

Pakaian mereka sedikit basah karena air hujan. So Eun mengusap tubuhnya untuk mengurangi rasa dingin. Sedangkan Kim Bum berusaha untuk menyalakan mesin mobil.

"Ada apa?" tanya So Eun saat Kim Bum belum berhasil menghidupkan mesin mobil.

"Sepertinya ada masalah dengan mesinnya," ujar Kim Bum.

Berkali-kali ia coba namun tetap tidak bisa. Di luar sana hujan semakin deras,  Kik Bum sama sekali tidak punya jas hujan atau payung di mobilnya.

"Sepertinya kita menginap di sini malan ini."

So Eun menyenderkan tubuhnya di jok mobil. Mereka terjebak di mobil karena hujan deras. Melihat So Eun yang kedinginan membuat Kim Bum membuka jaketnya yang basah kemudian membuka baju kaosnya hingga ia telanjang dada.

"Ke-kenapa kau membuka baju?" tanya So Eun gugup.

"Ganti bajumu. Pakai ini." Kim Bum memberikan kaosnya yang kering. So Eun merapatkan pakaian basahnya. Ia ragu untuk memakain pakaian Kim Bum.

"Kau akan sakit kalau menggunakan pakaian basah." So Eun menerimanya ragu.

"Bisakah kau berbalik badan?" Wajah So Eun memerah saat Kim bum menatapnya lekat.
"Tentu," sahut Kim Bum.

Selama So Eun mengganti pakaiannya tidak sedikit pun Kim Bum menoleh. Kim Bun hanya diam memunggungi So Eun. Matanya tidak berkedip sedikit pun saat melihat pantulan tubuh So Eun dari kaca mobil. Walau samar tapi mampu membuat tubuhnya panas dingin.

"Sudah," kata So Eun selesai mengganti pakaiannya. Kim Bum tersenyum kikuk menatap istrinya yang terlihat menggoda dengan baju kaos kebesaran. Kim Bum menggeleng mengenayahkan pikiran kotornya.

Bagaimana pun juga So Eun belum siap memberikan haknya sebagai suami. Dan Kim Bum tidak mungkin memaksanya untuk melakukan di tempat seperti ini.

"Bum-ah," panggil So Eun.

Kim Bum menatapnya sekilas kemudian kembali menatap ke depan.  Tangan So Eun mengusap lengan Kim Bum membuat tubuhnya meremang.

"Apa kau kedinginan?" tanya So Eun lembut.

Shit! Kalau begini terus jangan salahkan kalau Kim Bum melakukan hal yang lebih. Ia tidak akan kuat menerima cobaan yang menggoda ini.

"Tolong aku!" jerit Kim Bum dalam hati.

TBC

Apakah Kim Bum akan tergoda? 😂

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro