Pria dewasa
Angel Pov
Ku lirik jam di pergelangan tanganku sudah menunjukkan pukul 6.45 menit. Aku yang sedikit panik menambah kecepatan motorku agar bisa sampai sekolah tepat waktu. Kondisi jalanan saat ini begitu macet membuat aku semakin gelisah ku pacu motorku lebih cepat hingga tanpa sengaja aku menubruk sebuah mobil sport mewah di depanku yang berhenti karena rambu lampu lalu lintas menunjukkan warna merah.
Braaakkkkk cekiiit
Suara tubrukan motorku yang disertai bunyi rem motor maticku yang ku tekan mendadak.
"Ssssh ...." Ringisku sembari mengusap siku tanganku dan menahan perih lututku yang tergores aspal jalanan.
"Astaga ... apa yang aku lakulan?" rutukku.
"Mati lah aku kalau sampai dia meminta ganti rugi apalagi memakiku," ucapku lirih menyesali kesalahanku.
Aku mencoba menetralkan irama detak jantungku yang entah mengapa menjadi tak menentu kala sesosok pria dewasa turun dari mobil tersebut dan menghampiriku. Aku merapalkan banyak doa berharap pria tersebut tidak menuntut atau memakiku karena telah membuat lecet mobil sport yang ku ketahui harganya selangit itu, yang meski ku kumpulkan uang jajanku setahun dua tahun pun tak akan mampu menggantikan kerusakannya. Ku beranikan diri untuk sedikit mendongak menatap wajah pria tersebut dan mencoba meminta maaf agar aku tak terjebak dalam masalah besar.
"Ma-maaf om ... eh pak maksud saya ... nggg saya minta maaf pak saya tidak sengaja menabrak mobil bapak karena saya sedang meleng.... sa saya janji saya akan bertanggung jawab untuk menggantinya... saya akan bilang ke ayah saya nanti..." ucapku menampilkan wajah memelas.
"No... tak usah... tak apa... bos saya tidak meminta ganti rugi.... lagi pula ini juga kesalahan saya sudah mengerem mendadak... apa nona tak apa? Maksud saya apakah nona mengalami luka atau cidera? " ucapnya sopan yang langsung ku balas dengan sebuah gelengan.
"oke kalau begitu saya permisi.... bos saya sedang buru buru... ia menitipkan permintaan maaf dan ini untuk nona simpan jikalau nona merasa ada cidera atau kerusakan pada motor nona... nona bisa menghubunginya atau datang langsung kealamat tersebut nona..." ucapnya sembari memberiku sebuah kartu nama.
"Ahhh ya saya lupa nona... mmmmm Angela saya Reza.... permisi" imbuhnya sembari melirik badge nama di seragamku dan berlalu pergi.
Aku cukup tertegun dengan kejadian ini... ku kira aku akan dituntut dan dimaki oleh pemilik mobil tersebut namun ternyata ia malah membantuku mengangkat motor dan meminta maaf, baik sekali hatinya batinku.
Ku pinggirkan motorku ku bersihkan darah disekitar lukaku dengan menggunakan tisu. Aku memutuskan untuk menelpon kak Agil agar menjemputku karena lutut dan siku tanganku sekarang terasa ngilu sekali.
Aku mendial nomor kak Agil beberapa kali namun tak juga diangkat.
"umm mungkin Kak Agil sudah masuk kuliah" pikirku.
Aku memutuskan mengirim sebuah pesan kepada kak Agil.
To : Kak AgilKak.. Adek boleh minta tolong jemput tidak?
From : Kak Agil
Lah motornya kenapa dek?
To : Kak Agil
Adek jatuh kak... Kaki sama siku adek sakit hikss
From : Kak Agil
Ya ampun... tunggu bentar ya..
Habis kelas kakak jemput... tunggu ya
To : Kak Agil
Oke kak...
Aku menutup aplikasi chat usai mengirim lokasi keberadaanku kepada kak Agil.
"Astaga panas panas sekali..." Aku berjalan menuntun motorku ke arah tempat yang lebih teduh.Sembari menunggu kedatangan kak Agil aku duduk dibangku jalanan. Aku mengingat sesuatu kemudian aku mengambil sesuatu dari dalam saku kemeja seragamku. Ku lihat kartu nama yang sedari tadi masih ku genggam. Ku amati baik baik kemudian ku baca sebuah nama "Rakai Sailendra" sungguh nama yang terdengar sangat bagus membuatku terkagum hanya dengan mengetahui namanya saja.
"Apakah orangnya juga setampan namanya? Ups.... ngomong apa sih aku.... ngaco deh... lagian dia pasti sudah tua dan mungkin sudah berkeluarga...." gumamku sembari terkekeh.
"Tapi jika belum beristri aku mau dengan senang hati jadi istrinya" ucapku iseng sembari terkikik geli membayangkan diriku akan menikah dan memiliki suami seorang pria dewasa.
"Tapi mana dia mau sama aku yang bar bar ini... benar kata bunda jika aku harus mulai berubah anggun jika menginginkan seseorang terpikat olehku."
Aku mengambil sebuah earphone di tas lantas memasangnya dikedua telingaku memutar lagu korea kesukaanku sembari bersenandung mengikuti lirik lagunya.
Seorang penjual es cincau paruh baya mendorong gerobaknya menujubke arahku dan berjualan tidak jauh dariku. Mendadak aku merasa haus, aku melepas sebelah earphone ku lantas berjalan ke arah gerobak si bapak penjual cincau.
"Es cincaunya pak satu," ucapku sopan.
"Baik neng."
Si penjual cincau membungkuskanku seplastik es cincau lantas memberikannya padaku.
"Mangga neng"
"berapa pak?"
"lima rebu neng" ucapnya sembari tersenyum ramah.
Aku berjalan dan kembali duduk di bangku yang tadi aku tempati diikuti si bapak penjual es cincau yang juga duduk dibangku yang sama denganku untuk berteduh. Pak tua yang baru saja ku ketahui namanya Arman tersebut mengajakku berbincang. Tak ku sangka ada orang selucu dan seasik pak Arman di dunia ini.
"Eneng teh tidak sekolah?"
Aku menggeleng pelan lantas tersenyum ke arah pak Arman.
"Tadi niatnya mau sekolah pak tapi saya jatuh menubruk mobil... lutut dan siku saya nyeri sekali rasanya makanya saya bolos"
"ya ampun... tidak ada yang menolong eneng?"
"Ditolongin kok pak sama pemilik mobil yang aku tabruk tadi."
"Wah baik sekali ya orangnya... dilihat dari raut wajah eneng pasti pemilik mobilnya tampan ya neng?"
"ish kok bapak tau?" ucapku dengan wajah memerah.
"habisnya eneng seneng banget waktu cerita..." ucap pak Arman sembari terkekeh.
"Masa ... bapak bisa saja, um bapak suka jualan disini ya?"
"Iya neng ... saya sering jualan disini sampai sore...lain kali mampir beli atuh neng," canda Pak Arman.
"Hahaha beres pak."
"Nama si Eneng siapa? biar bapak inget inget nanti kalau eneng mampir bapak kasih gratis seh satu kali," ucap pak Arman kepadaku.
"Angel pak... wah beneran ya pak nanti Angel tagih loh."
"Tentu saja, Neng... Ajak temen temen neng Angel mampir juga ya?"
"Wah temen Angel juga mau digratisin juga sama bapak?"
"Ya jelas engga atuh... kalau semuanya gratis pak Arman bisa bangkrut atuh neng... kan ini strategi bapak jualan gratisin neng Angel supaya neng Angel mau promoin es cincau pak Arman ke temen temen neng Angel," ucap pak Arman dengan logat sundanya.
"Hahaha pak Arman bisa saja jadi Angel digratisin karena ada maunya nih?"
"Iya atuh neng kan strategi pemasaran... kalau kagak mana pak Arman mau," ucap Pak Arman sembari tertawa.
Aku tertawa mendengar candaan pak Arman, si penjual es cincau yang lucu dan asik diajak bicara. Bercanda dengan pak Arman membuatku lupa dengan hal yang paling aku benci yaitu menunggu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro