Papan Setrika
"Meskipun hanya satu laki laki yang tersisa di dunia ini, aku tetap tak akan memilihmu" Angel.
Sebuah mobil berhenti tepat di depanku yang bisa langsung ku tebak itu adalah mobil kak Agil.
"eh tunggu tapi siapa yang mengemudi mobil kak Agil? jika kak Agil keluar dari kursi samping kemudi" batinku.
Kak Agil menghampiriku serta membantuku masuk kedalam mobil lalu menyuruh temannya yang tak ku ketahui siapa namanya untuk membawaku pulang sedangkan kak Agil ku lihat ia mengendari motorku mengekor dibelakang mobil.
Mobil melaju membelah jalanan ibu kota. Aku melirik kearah samping kemudian tersenyum melihat ketampanan teman kak Agil sungguh aku terpesona melihatnya, dengan malu malu aku memberanikan diri untuk mencairkan suasana mengajaknya mengobrol.
"Siapa tahu bisa deket juga" batinku.
"Ehemm.... kakak temen kuliahnya kak Agil ya?" Tanyaku basa basi.
"Iya... kenapa?" Tanyanya datar yang membuatku merutuki diriku menyesal karena telah mengaguminya.
"Oh... tidak, tak apa... aku Angel adiknya kak Agil... kalau kakak?" Tanyaku mencoba bersifat sopan.
"Udah tau... kamu temannya Tita kan yang sering main kerumah" jawabnya sedikit ketus.
"Oh jadi kakak ini kakaknya Tita toh..." ucapku datar sembari manggut manggut dan memilih untuk menyudahi percakapan karena ilfil dengan sifat dingin kakaknya Tita yang entah siapa namanya aku engga mau tahu.
Sesampainya depan rumah aku langsung turun begitu saja tanpa menunggu pertolongan dari kak Agil. Aku berjalan tertatih sembari menahan sakit dilututku. Ku lihat teman kak Agil masih betah diam sampai kak Agil datang.
"Bro lo suruh adek gue jalan sendiri?" Tanya kak Agil pada temannya yang dibalas anggukan oleh temannya tersebut.
"Wah... lo kira kira dong Ka... dia lagi sakit... kurangi lah sifat dingin lo sama orang" ucap kak Agil sedikit kesal yang tak digubris oleh temannya.
Teman kak Agil hanya diam saja dan tak menanggapi ucapan kak Agil. Ia justru terlihat duduk dengan tenang di sofa. Sementara Aku hanya diam mengamati teman kak Agil dari kejauhan.
"Dek... sorry ya teman kakak emang gitu orangnya... oiya kakak gak bisa temenin kamu... kakak harus balik kekampus lagi... bunda mungkin pulang siangan dari arisan" jelas kak Agil yang ku balas anggukan kecil.
Aku berjalan kearah kamar dengan pelan karena lututku sakit sekali untuk digerakkan. Ku buka pintu kamar secara perlahan melayangkan bokongku diatas sofa sejenak sembari meluruskan kakiku. Setelahnya, Aku memutuskan mengganti pakaian kemudian menonton drama korea kesukaanku sembari mengumpati sifat teman kak Agil yang terlewat dingin itu.
"Astaga ada ya orang model kyak papan setrika gitu.."
"Amit amit... jangan sampe aku dapet laki kayak dia.."
"Dasar papan setrika... nyebelin huhh" gerutu ku sembari mengganti baju ku.
"Meskipun hanya satu laki laki yang tersisa di dunia ini, aku tetap tak akan memilihmu"
Ku lempar baju kotor ku kasar ke dalam keranjang melampiaskan kekesalanku pada kakaknya Tita.
"awas aja kalau sampai naksir sama aku, akan ku balas biar tahu rasa" omel ku tak menyerah.
"lah siapa gue? ckk pakek sok sok an mau balas dia... lagi mana mungkin dia naksir sama cewek bar bar macam gue hahaha" ucap ku menertawai diriku sendiri.
"Kepedean banget dah gue," ucap ku mencibir diriku sendiri.
Aku berjalan menuju ranjang meraih laptop berlogo buah apel yang berada diatas nakas kemudian memutar drama korea terbaru kesukaanku. Baru beberapa menit aku menonton aku di buat tersipu malu melihat keromantisan adegan yang sedang terputar.
"Ahh ya ampun sweet sekali..."
"Ya Tuhan kirimkan satu untuk ku"
"Pasti bahagia banget nih kalau nemu cowok model beginian," ucap Angel sembari terkikik geli membayangkannya.
Seseorang mengetuk kamarku yang membuatku terpaksa menjeda filmnya untuk membuka pintu. Ku lihat bunda dengan wajah cemasnya langsung menerobos masuk kamar begitu kunci ku buka. Bunda lantas meneliti seluruh tubuh, membolek balikkan tubuhku memastikam jika aku baik baik saja.
"Sayang ... kata kak Agil kamu habis kecelakaan ya? Mana yang sakit? Ayo kita ke dokter saja."
Aku tersenyum mendengar rentetan pertanyaan bunda yang terlihat sangat mengkhawatirkanku. "Yaa.. meski bunda itu kadang mengerikan jika sedang marah ataupun kesal tapi sebenarnya bunda sayang kok sama aku, aku tahu itu" ucapku dalam hati.
"Bun aku gapapa kok, aku cuma luka kecil saja kok Bun dan kaki ku terasa nyeri itu saja kok jadi Bunda gak perlu khawatir lagi ya," ucapku mencoba menenangkan bunda.
Ku lihat bunda menghembuskan nafas lega sembari mengelus dadanya perlahan.
"Huhhh syukurlah kalau begitu, kamu bikin Bunda jantungan tau gak? Makanya jadi anak cewek itu kalau bangun itu pagi biar gak kejadian kek gini telat kebut kebutan dijalan dan berakhir jatuh kek gini," ucap bunda mengomeliku.
"Iya iya Angel minta maaf setelah ini Angel akan berusaha bangun pagi dan berangkat kesekolah lebih awal biar tidak ngebut di jalan," ucap Angel sembari menyengir kuda.
"Bener? janji ya? awas aja kalau beaok bangun kesiangan lagi, bunda seret kamu ke kamar mandi" ucap Reta dengan nada mengancam.
"Janji bunda... "
"Bunda itu keras supaya kamu tuh berubah jadi anak baik, yang manis gitu loh nak! Kan makin tambah cantik nanti kalau kamu gak bar bar lagi."
"Iya Bun Angel ngerti kok."
"Ckk kalau mengerti kamu harusnya sekarang termotivasi untuk berubah gitu lho, Sayang."
"Iya Bun Angel janji akan berusaha mengubah sifat bar bar Angel sedikit demi sedikit."
"Nah gitu dong ... itu baru namanya anak Ayah dan Bunda."
"Hahaha Bunda bisa saja."
"Ngel kamu sudah punya pacar?"
"Pacar?"
"Iya pacar sudah punya atau belum? kan kamu sudah kelas tiga SMA setelah itu lulus masa sih gak ada pacar?"
"Emmm engg ... emang gak ada Bun, gimana dong?" jawabku jujur.
"Rubah sifat bar bar kamu itu biar ada cowok mau sama kamu Ngel."
"iya bun..."
Bunda bergerak mendekatiku lantas memelukku dengan sayang.
"Bunda sayang sekali sama kamu Ngel, Bunda mau kamu yang terbaik."
"Iya bun Angel ngerti, Angel janji mulai sekarang Angel akan berubah meakipun sedikit tapi pelan pelan nanti akan Angel rubah semua."
"Iya, Sayang ya sudah ayo makan dulu."
"Iya Bun."
Bunda menuntun lenganku berjalan menuruni anak tangga secara perlahan menuju meja makan. Mengambilkan ku makanan kemudian menyodorkannya padaku. Siang ini kami makan siang berdua sembari mengobrol kecil yang berujung omelan bunda. Entahlah aku justru senang jika melihat bundaku mengomel karena dari omelan omelan bunda itu aku bisa melihat betapa bunda sangat sayang kepadaku.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro