Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 8

Leandro menepati janjinya, setiap pagi dia selalu mengantar Edelweiss ke kampus. Begitu pula Edelweiss yang menelepon kakaknya setiap sudah pulang ke apartemen. Edelweiss benar-benar berusaha menjadi gadis yang patuh, meskipun itu sangat membosankan baginya.

"Khusus untuk nanti malam, boleh aku minta dispensasi 1 jam saja? Temanku ulang tahun, dia ingin merayakannya bersamaku," ucap Edelweiss sembari menatap jalanan beraspal yang dilalui mobil mereka.

"Teman laki-laki?" tanya Leandro dingin.

"Perempuan."

"Satu hal yang harus kau ingat baik-baik, sekali saja kau ketahuan berbohong, aku akan memberimu hukuman."

"Kak Lee!" Edelweiss merajuk. "Kau terus saja mengancamku."

"Karena itu katakan dengan jujur. Jangan coba-coba membohongiku meski hanya satu kali."

"Baiklah, bukan ulang tahun. Ada salah satu senior di kampus yang mengajakku makan malam."

"Wow, baru sepuluh hari kau kuliah tapi sudah berani berkencan."

"Bukan berkencan, Kak. Kami hanya berteman. Dia orang asli sini, tetapi dia sangat baik."

"Kau menyukainya."

"Tidak."

"Aku tidak sedang bertanya, tetapi sedang menyimpulkan."

"Jadi, boleh kan? Tidak lama. Aku janji, sebelum jam 9 malam aku sudah sampai di rumah."

"Permintaan ditolak."

"Please, untuk kali ini saja."

Leandro melirik adiknya sebentar. "Bocah polos sepertimu hanya akan dimanfaatkan. Sudah berapa kali kukatakan, pergaulan di sini sangat berbahaya untukmu."

"Dia orang baik, Kak. Sungguh. Jangan memperlakukanku seperti anak kecil, aku juga ingin merasakan kehidupan normal seperti teman-teman yang lain. Lagipula ini hanya makan malam biasa."

"Jika waktunya pulang kuliah dan kau tidak berada di apartemen, aku benar-benar akan memperketat pengawalanmu. Tugasmu di sini untuk belajar dengan baik, bukan untuk mencari pacar."

"Hanya makan malam, Kak. Bukan berkencan."

"Aku seorang lelaki, maka aku tahu apa yang ada di dalam pikiran lelaki lain. Awalnya hanya makan malam, tetapi bisa berlanjut ke hal-hal yang terlarang. Dia akan mempengaruhimu, terlebih kau sangat menyukainya. Dia hanya butuh menjentikkan jari untuk menarikmu ke dalam perangkapnya."

"Kau selalu saja berpikir negatif tentang orang lain."

"Aku hanya berusaha menjalankan tugas dari Dad untuk menjagamu."

"Menyebalkan."

Edelweiss menyandarkan kepalanya ke jendela mobil. Kesal? Tentu saja. Padahal, ini kesempatan bagus. Albert, lelaki yang membuat Edelweiss jatuh cinta pada pandangan pertama, ternyata memberikan sinyal bahwa cinta Edelweiss tidak bertepuk sebelah tangan. Dengan terang-terangan Albert mendekati Edelweiss dan mengajaknya makan malam.

Sayangnya, Edelweiss tidak bisa pergi tanpa seizin Leandro. Lelaki itu tidak berbeda jauh dengan Dad yang selalu menjaga pergaulan Edelweiss dengan ketat. Ayolah, saat ini usia Edelweiss sudah 17 tahun tetapi keluarganya masih saja memperlakukannya seperti bocah 6 tahun yang tidak boleh menikmati indahnya dunia luar.

Mobil Leandro menepi di dekat pintu gerbang, Edelweiss turun dari mobil tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Gadis itu merajuk dan memasang wajah masam.

"Hai, Edelweiss!" Seorang gadis berambut ikal melambaikan tangan pada Edelweiss. Dia Hilda, teman sekelas Edelweiss yang kebetulan berasal dari Indonesia juga.

"Hai, Babe!" Edelweiss setengah berlari menghampiri Hilda.

"Jangan pulang terlambat!" Leandro berseru dari dalam mobil, mata tajamnya mengawasi Edelweiss dari jendela mobil yang terbuka. Sesaat kemudian, jendela tertutup dan Ferrari merah itupun melaju meninggalkan kampus.

"Wow, jadi dia kakakmu?" tanya Hilda. "Tampan sekali. Pasti banyak gadis yang iri padamu karena kau memiliki kakak setampan dia."

"Mereka yang iri akan berubah pikiran ketika tahu bagaimana dinginnya kakakku. Dia lelaki yang menyebalkan."

"Oh ya? Sungguh?"

"Bahkan untuk mendapatkan izin makan malam di luar saja tidak bisa."

"What? Jadi kau akan menolak ajakan Albert untuk makan malam? Oh my God, hampir semua gadis mendambakannya, mana mungkin kau menyia-nyiakan kesempatan ini?"

"Mau bagaimana lagi? Kalau sampai aku pergi tanpa izin, kakakku akan menghukumku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menurutinya."

"Kau yakin dia melarangmu hanya karena ayahmu memintanya untuk mengawasinya?" Hilda mendekatkan bibirnya ke telinga Edelweiss. "Bagaimana ternyata dia menyukaimu? Menyukai dalam artian cinta seorang lelaki dewasa pada wanitanya."

Edelweiss tertawa lebar. "Tidak mungkin. Dia kakakku."

"Kakak tiri. Catat itu. Kenyataannya ada banyak kejadian saudara tiri yang jatuh cinta pada saudaranya yang lain."

"Kau terlalu banyak menonton film. Itu tidak mungkin terjadi. Kami saudara seayah, artinya darah ayahku mengalir di dalam darah kami. Dan kami tidak segila itu untuk menjalin hubungan terlarang. Selain dosa, Mom dan Dad pasti akan murka kalau sampai hal itu terjadi."

"Bagaimana jika ternyata kalian bukan saudara seayah?"

"Lelaki menyebalkan seperti dia sama sekali bukan type-ku. Begitu pula dengan gadis manja sepertiku bukan type-nya. Mantan kekasihnya saja sangat cantik dan terlihat dewasa, sangat berbeda jauh denganku."

"Aish! Kau yakin tidak jatuh cinta pada lelaki sesempurna dia?"

"Meski hanya dalam mimpi, aku tidak ingin jatuh cinta padanya."

Hilda menepuk dahinya. "Hati-hati dengan bicaramu. Jika semesta sudah bekerja, maka kau tidak bisa menentangnya, termasuk jatuh cinta pada kakak tirimu itu!"

Edelweiss melambaikan tangan di depan wajah. Jatuh cinta pada Leandro? Satu hal yang tidak akan mungkin terjadi di dunia ini!

***

Daripada berpikir tentang jatuh cinta pada Leandro, lebih baik Edelweiss menikmati hatinya yang sedang berbunga-bunga karena bisa makan malam dengan Albert. Tentunya bukan dinner di restoran atau café. Demi menghindari Leandro yang mungkin saja diam-diam mengawasinya, Albert datang ke apartemen Edelweiss dan membawa pasta dan beberapa makanan yang lain.

Usai menikmati hidangan makan malam, mereka duduk bersisian di sofa sembari menonton film di TV. Meski belum lama saling mengenal, tetapi Albert sangat menyenangkan dan membuat Edelweiss nyaman dibuatnya. Yang pasti, Albert sangat berbeda jauh dengan sikap dingin Leandro. Jika Leandro terlalu menuntut Edelweiss untuk menuruti semua peraturannya, maka Albert memberikan kebebasan pada Edelweiss untuk menyalurkan sifat manjanya.

Ah ya, bahkan Edelweiss menemukan sosok kakak yang menyayanginya pada diri Albert dibanding dengan Leandro. Bagi Edelweiss, Leandro tak ubahnya seperti bodyguard yang mengawasinya dari segala sudut, lantas menodongkan pistol jika sewaktu-waktu Edelweiss melakukan kesalahan.

"Aku menyukaimu," ucap Albert tegas.

Edelweiss menahan napas, jantungnya serasa berhenti berdetak. Ia lekas menatap lelaki berambut pirang yang duduk di sampingnya. Ia tidak salah dengar kan? Secepat itu Albert mengungkapkan perasaannya? Oh, Edelweiss sampai kehilangan kata-kata seolah tidak mempercayai ucapan Albert, sehingga lelaki itu kembali memperjelas kalimatnya.

"Sebelumnya aku tidak pernah merasa segila ini pada seorang gadis. Tapi kau berbeda. Sejak pertama kali melihatmu, aku jatuh cinta padamu." Albert menyentuh dagu Edelweiss dengan lembut. "Aku menyukai senyummu. Aku jatuh cinta pada mata birumu. Aku menyukai semua tentangmu."

"A-aku ... emmm ... aku ...."

"Kau tidak harus menjawab sekarang. Atau lebih tepatnya, aku tidak peduli apakah kau membalas cintaku atau tidak. Aku tahu ini terlalu cepat, karenanya aku akan memberimu waktu sampai kau bisa memahami perasaanmu padaku." Sentuhan Albert beralih pada pipi Edelweiss.

Sentuhan itu membuat Edelweiss merasa merinding. Sebelumnya, tidak pernah ada seorang pun yang pernah menyentuhnya seintens itu. Ia hampir gemetar dibuatnya. Jantungnya berdetak cepat, lalu darahnya berdesir dengan begitu hebat.

Lelaki berhidung mancung itu tersenyum, ia berhasil memikat Edelweiss dengan kata-kata manisnya. Dan di saat Edelweiss tenggelam pada pesona lelaki di hadapannya, Albert memanfaatkan kesempatan itu untuk menarik wajah Edelweiss dan berniat menciumnya.

Namun, sebelum Albert berhasil melancarkan aksinya, seseorang terlebih dulu menerobos masuk ke sana, lalu tanpa basi-basi menarik T-shirt Albert dan memberikan pukulan keras di wajahnya. Leandro datang tepat waktu.

"Berani sekali kau menyentuhnya, Brengsek!" seru Leandro sembari mencekal kerah T-shirt Albert dan bersiap kembali melayangkan tinjunya.

"Stop, jangan pukul dia lagi, Kak!" Edelweiss menahan kepalan tangan Leandro.

"Jangan membela lelaki brengsek seperti dia! Siapa yang mengizinkanmu membawanya ke sini?" Tatapan Leandro menghunjam ke mata Edelweiss, ia mengempaskan cekalan tangan gadis itu. Begitu terlepas, satu bogem mentah kembali mendarat di wajah Albert. "Sekali lagi kulihat kau berani mendekati adikku, aku akan menghabisimu!"

Bukannya takut, Albert justru menyeringai lebar. "Kami saling mencintai. Adikmu sudah beranjak dewasa dan berhak menikmati masa mudanya. Kau tidak seharusnya mengekangnya seperti anak kecil."

"Pergi sebelum aku benar-benar membunuhmu!" Leandro mendorong tubuh Albert dengan kasar menuju ke pintu.

"See you next time, Baby!" Di ambang pintu, Albert mengedipkan sebelah mata pada Edelweiss.

Sebuah kalimat yang membuat darah Leandro serasa mendidih. Ia membanting pintu, dan matanya yang setajam elang seolah telah menghunuskan pedang di hadapan adiknya. Emosi benar-benar memuncak dan memenuhi dadanya. Hukuman apa yang pantas diberikan pada bocah nakal yang berani membawa lelaki ke dalam apartemennya?

***

To be Continued
13 Januari 2023

Di KaryaKarsa udah update part terbaru sampai Part 22 ya

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro