CLOCK
CLOCK
Penulis: Nana
####
Batam, 17-2-20XX
Waktu setempat, WIB.
Perhiasan dan alat serba guna perempuan ala Vintage. Mulai dari jam analog, cincin, gelang, kalung, dan lain sebagainya Reanna jual di studio kecil miliknya.
Studio Reanna terletak di atas ruko cafe roti Me Time, ruko terakhir deretan ujung perbelokkan.
Selain buka toko di aplikasi platform belanja online, Reanna juga buka toko yang melayani pembelian secara langsung. Sembari menikmati kafe di bawah. Sering kali pembeli kaum hawa tertarik foto-foto di studio, sembari menawarkan produk eksklusif miliknya. Keuntungan lain juga tak terlepas dari bantuan Rehan sang pemilik toko roti di bawahnya.
"Ana, sedang ngapain? Gak turun makan roti kesukaanmu?" Suara manis lembut, dan agak berat dari Gaja.
Reflek Reanna menoleh dan perhatiannya kembali ke layar komputer deskop. "Ah, iya sekejap lagi. Ini proses desain sudah kirim, cuma minta dokumen prosesnya gimana lagi," kata Reanna meminta sedikit waktu lagi untuk memantau kiriman dari temannya, Cici Zia di pabrik kerajinan. "Udah matang?"
"Udah dong, yuk cobain. Untuk tetangga manis, kali ini gratis!"
Tatapan Reanna menyipit, memutar kursinya dan mendapati Gaja sedang cengar-cengir. Tentu ia tak terima sebab Gaja masih dengan cara marketing menjebak. "Terakhir kali bicara begitu, besok harinya aku dapat tagihan minumannya tauk," desis Reanna masih tak tahan tujuan promosi tersembunyi pemilik toko roti.
"Duh minuman memang akan ditagih, masa lupa terus," sembur Gaja berkacak pinggang. "Yuk buruan, entar rotinya dingin."
Tanpa menunggu jawaban Reanna, Gaja keluar dari toko antik Reanna. Meninggalkan firasat yang ia pendam sendiri. Memang Gaja itu tipe cowok tidak peka ekspresi cewek, monoton dengan kegiatan sehari-hari, juga cenderung memilih karir daripada mendekati cewek yang mampir ke kafenya–cuma buat memperhatikan wajah rupawan Gaja. Apa sih yang kurang dari hidup Gaja? Sampai-sampai malas mengurus kisah romantis yang semua manusia idam-idamkan.
"Coba aja dia itu tahu perasaan aku, pasti gak sampai pakai embel-embel pengen jomblo," renung Reanna seorang diri. "Dasar cowok gak jelas!"
Akhirnya tanpa membuang-buang waktu. Reanna mampir ke kafe Gaja yang ia urus berdua sama pegawai barunya, Willo Gustian. Di lingkungan kafe, kalau digambar, pasti hanya kumpulan warna coklat muda berpadu hijau tua yang kontras mendekorasi semua ruangannya. Ala minimalis sesuai garis hidup Gaja.
"ANNA!" Willo menyapa amat keras.
Menyadarkan Reanna yang tengah melamun, mungkin melamun di sore hari adalah kegiatan santai semenjak lulus SMA. Hidup seolah rel kereta api tanpa stasiun. Monoton gitu-gitu saja.
"Eh, elo napa muram?" tanya Willo mampir, mengantarkan teh dan roti ala Perancis, tapi kali ini rotinya geprek pipih. Entah ada apa dengan model roti yang sedang digandrungi anak muda.
"B aja," jawabnya memandang malas roti geprek pipih, dan pasti tidak kenyang. "Rori apa neh? gak kenyang kalo masok perut."
Willo cemberut, padahal roti yang dipegang Reanna adalah item hot nomor satu, laris manis! "Eh jangan mandang remeh ya! Ini roti diburu anak muda zaman sekarang. Sampai antre!"
"Masa?"
"Iya-iyalah!"
Reanna mencebik dan menganggap pembahasan mereka cuma candaan. "Mana Gaja?"
"Tuh di dapur, lagi sibuk menggambar konsep, eh–" Willo mendadak diam sejenak. Sebelum akhirnya menlanjutkan obrolan. "Anna, kamu ingat aku gak?"
"Baru kenal lima hari aja masa udah tanya ingat atau enggak," gerutu Reanna merasa tidak ada penting-pentingnya menjawab pertanyaan Willo.
Lawan bicaranya justru bersikap berbeda. Lelaki itu menarik sudut bibir, mengangguk maklum. "Ya udah, ini hadiah untuk kamu."
Wajah Reanna cengo. "Apa itu?"
Willo menyodorkan barang lebih dekat kepada Reanna. Guna memperjelas maksud pemberiannya. "Ini surat masa kecil kamu. Dan saat itu kamu masih umur 9 tahun. Mungkin saat ini kamu sudah lupa. Dan aku mau kasih surat jawabanku yang telat."
Willo? Anak tukang jam!? Lah cinta monyet pertama gua itu!!! "WOYLAH JANGAN BERCANDA!"
"Sayangnya enggak..."
Pantesan saja Reanna merasa tidak asing berhadapan dengan Willo. Ingatan mungkin lupa, tapi terlepas dari itu semua. Hati lebih pandai mengingat, merekam, dan mengenal rupa luar dalam seseorang.
Tamat
J
umlah Kata: 637
Tanggal: Kamis, 28 September 2023.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro