Aku berdiri membeku memandangi pria hedon ini mengajakku ke kapal pesiarnya. Bersimpuh dengan sebelah lutut,  Dralois membuka kotak cincin putih beludru dan menunjukkan isinya padaku.

Ini isyarat bagi semacam ritual inisiasi menuju kehidupan yang sebenarnya.

"Aku masih ragu untuk menikahimu."

"Kenapa?"

Wah, kau akan terkesan. Sekaligus terkesiap. "Dralois, apa kau memaksa Natasha untuk menggugurkan kandungannya? Dia sempat mengirimkan surat permohonan kepadaku untuk mencampakkanmu."

"Dia?! Astaga, Natasha adalah bagian masa laluku. Untuk apa kau mendengarkannya? Babe—"

"Masa lalu adalah pondasi. Aku juga berniat melakukan keinginannya," pancingku berusaha membongkar maksud Dralois dengan melamarku, sampai perlu bimbingan tetua grup.

"Kau adalah tangga masa depan milikku."

Sarkasme, aku benci Dralois selama dia berusaha memanfaatkan waktu, penampilan, dan wajahku untuk semua hasrat pria brengsek di depanku. Setiap kali kali Dralois memakai kemeja putih dan celana panjang mocca. Rasa mual menghantuiku untuk sebuah trauma panjang yang hadir dalam setiap acara musim panas tahun ke tahun.

"Mulutmu itu perlu mama lemon, kan?"

Satu tarikan napas kaget dari hadirin sekali mengisi lagu latar drama ektra sebelum kejutan besar dariku. "Maaf?" Dralois mengerti sindiran dariku.

Cekikikan ketawaku yang tak sopan mengundang tatapan sinis dari tetua, orangtua Dralois, serta tamu kapal pesiar ini, dan jangan lupakan para wanita berpakaian gaun terbuka di bagian dadanya siap untuk menggantikan posisiku.

Aku tidak takut jatuh.Telinga ini akan jadi penyemangat hidupku untuk kebebasanku yang terhambat.

Aku meludah sepatunya.

Tentu saja Dralois menahan diri untuk meneriaki aku, si putri kaya keturunan bangsawan toko online nomor satu dunia. Sedangkan aku dalam bahaya nomor satu, siapa sih yang berani meludah sepatu pantofel pengusaha saham sarang judi Las Vegas.

"Ups, sorry not sorry! Tukang selingkuh."

"KEPARAT! SEBUT APA TADI?" Nadanya mengecilkan volume grup musisi yang kurang peka.

"Sialan kau! Aku berniat melamarmu dan kau membuatku kehilangan muka sekarang!"

Dralois berdiri mengamuk. Para tamu tidak akan berani menghentikannya.

"Mau mati, tapi kau masih sempat berbohong lagi." Sebelum tangan Dralois meraih leherku. "Dan kau mungkin butuh pelampung."

Langkah kaki ini membawaku pergi.

Melompati pagar kapal pesiar.

Pemusik di atas panggung bergegas menghampiri, berdiri di antara tamu kaya. Mereka menyaksikan dan paras terdecak syok. Layaknya kesaksian bunuh diri, keluarga, tetua penanam modal, dan Dralois terperanjat heboh.

Pagar pembatas dikerubungi oleh mereka. Diam bagai tidak sengaja menonton saja adegan layak sensor.

Tetapi jangan salah. Siapa bilang aku bunuh diri dengan terjun ke laut. Bahkan idenya lebih baik lagi! 

"KAU PIKIR AKU BUNUH DIRI?" Aku tersenyum memegang kemenangan. "SAMPAI JUMPA DI NERAKA BRENGSEK!"

Puas memaki, aku melajukan jetski di atas permukaan laut.

Tak lama salah satu tamu berteriak 'ada bom', seketika yang tadinya tampil cantik dan tampan masksimal bergegas lagi menyelamatkan diri. Tak cukup waktu mengambil pelampung, bersama-sama cemplung ke laut asin. Asap letusan membumbung tinggi dan melepaskan energi laksana gelombang kejut. Gelombang kejut menyebar menghantam kecil punggungku.

"Makan senjatamu, Dralois!"

Dia berniat membunuhku dan memeras setiap anggota tubuhku, jadi apa yang kulakukan adalah membalikan serangan. Dia pantas bertemu Tuhan dan dihakimi oleh ribuan malaikat.

Aku hanya bertugas mempermudah jalan Dralois saja.

Tamat
12/12/2022

Diunggah pada tanggal:
14/12/2022