9. The Party
Author muncul nih...
Sekedar curhat bentar, banyak dari kalian yang ngechat aku, ada yang dukung, dan minta aku nerusin (dengan cepat) cerita ini, dan ada juga yang bilang kalau mereka bingung sama jalan cerita dan konflik ini.
Sebenarnya aku bingung harus gimana, karena ya ini baru chapter 9. Istilahnya ya, aku baru kenalin konflik. belum sampai ke klimax atau endnya. Perjalanan masih panjang.
Tapi kalau kalian emg bosen, gak suka, ya aku gak pernah memaksa kalian untuk membaca. Hehehe
Untk aku meminta like 800, ya karena sejujurnya aku lagi mengerjakan projek lain, dan emang lagi banyak kerjaan. Sekali lagi, aku punya kehidupan diluar dunia orange ini :) dan juga dukungan kalian itu yang memang selama ini jadi penyemangatku. Apa lagi komen-komen kalian yang gak bisa aku balas 1 1,tapi selalu aku baca :)
Aku akan selesaiin cerita ini kok. Tapi ya aku gak janji bisa UP setiap hari. Kalau ada waktu, aku akan coba luangin untuk menulis.
Semoga kalian gak bosen menunggu dan terus mendukung cerita"ku meskipun gak jelas, membosankan, dan gak seru.
Terima kasih bagi kalian yang sudah setia mendukung karyaku ^^
Selamat membaca!
***
"Seingat saya, saya tidak meminta anda untuk ikut menemani saya malam ini." Ujar Kenneth begitu ia keluar dari pintu Penthouse Keluarganya, bertepatan dengan Alleira yang juga keluar dari Penthouse milik keluarganya dengan pakaian rapih.
Alleira memang tahu kalau bosnya ini memiliki acara malam ini, maka ia tidak heran saat melihat Kenneth sudah rapih dengan kemeja merah, dan jas hitam yang membalut tubuh maskulin itu.
"Siapa yang bilang gue mau ikut lo?" Tanya Alleira sambil menaikkan alisnya.
Kenneth memandang Alleira dari atas hingga bawah. Ia tidak pernah melihat Alleira serapih dan se-Wanita ini. Biasanya Alleira selalu tampil acak-acakan dengan setelan kantornya, make-up seadanya, dan rambut tergerai yang cukup berantakan.
Tapi Alleira yang di depannya, cukup membuat darahnya mendesir, jantungnya bersalto, dan keinginan untuk merangkul pinggangnya secara posesif muncul.
Alleira mengenakan setelan Dress yang cukup sexy. Memamerkan punggung putihnya yang mulus, ditambah dengan dandanannya yang semakin mempertegas kecantikan yang memang sudah dimiliki oleh Alleira. Membuat laki-laki manapun akan melirik 2x begitu berpapasan dengannya, terutama Kenneth yang tidak bisa menemukan suaranya akibat terpukau.
"Ge-er banget sih." Decak Alleira seraya berjalan terlebih dahulu kearah lift.
Refleks tangan Kenneth menahan laju Alleira dengan menggenggam lengan gadis itu. Baik Kenneth maupun Alleira sama-sama terkejut, seakan ada sengatan listrik yang timbul akibat sentuhan kulit mereka.
"Anda sadar dengan siapa anda bicara sekarang?" Tanya Kenneth yang telah menemukan suaranya.
"Terus lo sadar gak, disini bukan kantor lo lagi? Dan jam kerja gue juga udah selesai. Gak usah belagak bossy lagi." Ucap Alleira mengacuhkan Kenneth.
Kenneth terdiam karena perkataan Alleira dirasa benar. Tapi kenapa Kenneth seakan tidak rela melihat Alleira dandan secantik ini dan malah bukan menemaninya?
Pintu lift terbuka dan kedua orang itu masuk kedalam bersama, berdiri bersisian, dan lebih memilih untuk diam. Begitu pintu lift terbuka, Kenneth yang terlebih dahulu melangkah keluar, mendahului Alleira yang malah mendengus melihat punggung laki-laki itu menjauh.
Sebelum berlalu keluar menuju ke pintu lobby Apartemen, Kenneth menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang, menatap Alleira sejenak, "Anda bisa masuk angin kalau mengenakan pakaian itu. Dan saya tidak menerima alasan ijin sakit dari anda besok." Ucap Kenneth yang kemudian berbalik, kembali berjalan kearah mobil sport yang akan ia gunakan malam itu.
Sebenarnya ia ingin menarik gadis itu mengikutinya, tapi ia sudah memiliki janji. Ditambah, gadis tarzan itu pasti akan terus berteriak sepanjang perjalanan, meminta untuk turun atau sekedar mengoceh seperti biasa hingga kupingnya pengang.
Sebelum masuk kedalam mobil, Kenneth sempat berbalik dan melihat gadis itu sedang berjalan bersisian dengan seseorang yang Kenneth yakin adalah laki-laki karena bahu besar yang membelakanginya ketika laki-laki itu membuka pintu penumpang untuk Alleira.
Tanpa sadar, tangannya mencengkram erat pegangan pintu. Ada rasa panas yang membakar dadanya.
Sebelum ia melakukan tindakan diluar akalnya, ia membanting bokongnya masuk kedalam mobil dan melajukan mobil itu dengan kecepatan tinggi.
Apa yang sebenarnya terjadi sama gue? Batinnya, kepalanya menggeleng kekanan dan kekiri, menghilangkan bayangan kalau ada laki-laki lain yang akan memeluk pinggang Alleira posesif dan banyak mata akan menatap lapar kearah punggung terbuka Alleira dengan balutan dress sialan itu.
*
Acara yang cukup meriah dan modern untuk perayaan ulang tahun seorang pria tua yang sudah memasuki unir ke-60. Ini malah terlihat seperti pesta anak muda namun lebih formal.
Kenneth melangkah memasuki Ballroom hotel yang sudah penuh dengan orang-orang berpakaian rapih, dari yang tua hingga yang muda. Kenneth mengenal beberapa orang yang ia ketahui adalah sebagai partner kerja perusahaannya, karena ia sempat melihat mereka saat meeting dulu.
"Banyak sekali orang disini." Ujar wanita cantik yang sejak turun dari mobil sport miliknya, terus setia menggandeng lengan Kenneth erat. Posisi mereka sangat intim bagi orang-orang yang melihatnya.
"Tentu saja. Ini adalah pesta yang diselenggarakan perusahaan besar." Kenneth menjawab pertanyaan Alyssa sambil tersenyum. "Aku rasa butuh waktu lama untuk menemukan Daddymu disini."
Selepas melajukan mobilnya dari Apartemen, Kenneth menjemput Alyssa yang bersedia -atau lebihnya mengajukan diri- untuk menemani Kenneth menghadiri pesta malam ini atas usul sang Ayah, Jacob Wallaby.
Kenneth juga tidak menolak karena memang ia akan menghadiri acara itu seorang diri setelah meminta Alleira untuk tidak menemaninya.
"Tidak masalah. Daddy pasti sibuk dengan rekan-rekan bisnisnya, lalu membicarakan topik bisnis yang membosankan." Ujar Alyssa manja. Ia semakin menggelayut manja di lengan Kenneth. "Aku haus..."
"Mau ku ambilkan minum?" Tawar Kenneth.
Alyssa mengangguk, "Aku ikut saja. Kita ambil bersama. Aku bisa hilang di tengah lautan manusia ini." Candanya sambil terkekeh kecil, diikuti oleh anggukan dan kekehan dari Kenneth.
Alyssa cantik, dengan fisik yang menyerupai model, wajah western yang kental, rambut pirang bergelombang, senyum menawan, dan juga kepintaran yang katanya hampir cumlaude di universitas ternama, membuat Kenneth nyambung berbicara dengan gadis itu, meski kebanyakan gadis itu memang menghindari topik bisnis yang katanya membosankan. Tapi Kenneth memaklumi itu karena memang menurutnya, wanita dengan bisnis itu tidak pernah bisa beriringan.
"Itu Daddy." Seru Alyssa sambil menunjuk di tengah keramaian ballroom ini.
"Kamu mau minum dulu? Atau menghampiri Mr.Wallaby?" Tanya Kenneth menawarkan.
"Aku ingin menyapa Daddy dulu. Daddy tadi langsung kemari setelah dari kantor." Ujar Alyssa sambil sedikit menarik lengan Kenneth.
Sebenarnya tujuan utama Alyssa menghampiri Daddynya bukan karena ingin menyapa. Melainkan memamerkan gandengannya pada rekan bisnis sang Daddy. Kalau masalah menyapa, pulang nanti juga ia bisa menyapa sang ayah, tapi memamerkan gandengannya yang tampan, kaya, dan sukses, hanya sekarang ini kesempatannya.
Ia tersenyum senang karena Kenneth bukan tipe yang sulit untuk ia dekati. Meski ia tahu, caranya yang memanfaatkan keadaan Kenneth yang lupa ingatan sangatlah tidak baik, tapi roda tidak akan berjalan kalau tidak ada dorongan, kan?
Langkah Alyssa menarik lengan Kenneth terhenti karena pria itu menghentikan langkahnya secara tiba-tiba.
Alyssa ingin bertanya kenapa Kenneth berhenti mendadak, namun ia bingung saat melihat rahang Kenneth mengeras, dan matanya menatap lurus ke satu arah.
Alyssa mengikuti pandangan matanya, tidak bisa menebak pasti siapa yang ia tatap sampai sepasang pria dan wanita berwajah Asia campuran berhenti tepat di depan mereka.
Alyssa bisa merasakan otot lengan Kenneth menegang, dan ia tidak mengerti.
"Mr.McKenzie." Sapa laki-laki itu sambil tersenyum.
Alyssa bisa melihat kalau tatapan mata Kenneth menajam kearah gadis asia di sebelah pria itu, dan tangan gadis itu yang menggandeng lengan sang Pria. Gadis Asia itu juga nampak terdiam dan menatap rangkulan tangan Alyssa di lengan Kenneth. Alyssa mengeratkan rangkulannya dan semakin mempererat jaraknya dengan Kenneth.
"Maaf, anda pasti tidak mengenal saya. Karena saya belum secara resmi menggantikan Papa saya, tapi mulai besok, saya akan lebih sering lagi bertemu dengan anda karena besok Papa saya akan mengangkat jabatan saya. Jadi... perkenalkan..." Pria itu menjulurkan tangannya, masih tersenyum ramah meskipun Kenneth masih terpaku menatap tangan gadis yang merangkul mesra lengan laki-laki itu. "Sean. Sean Kim. Anda pasti mengenal papa saya Bernard Kim."
Tentu saja Kenneth mengenal Ayah laki-laki ini. Mister Kim adalah partner kerja perusahaan Daddynya. Mister Kim bahkan pernah datang kerumah sakit saat ia kecelakaan kemarin dan mengungkapkan keprihatinannya atas musibah ini. Padahal menurut Mister Kim, seharusnya Kenneth ada meeting keesokan harinya dengan Mister Kim sebelum ia bertolak ke Korea. Namun karena Anaknya memutuskan untuk kembali ke LA, maka Mister Kim tidak jadi kembali ke Korea.
Dan anak yang dimaksud Mister Kim itu adalah laki-laki yang kini sedang berdampingan dengan sekretarisnya, Alleira.
"Kenneth McKenzie." Kenneth menyambut uluran tangan itu dengan sahutan yang datar. Matanya masih menatap Alleira tajam. Luapan amarah kembali merasuki dirinya.
"Sean!" Seru seseorang, menyapu seluruh kecanggungan yang tengah dirasakan keempat orang itu.
Alyssa menyadari suara siapa barusan, langsung menoleh kebelakang, "Daddy!!" Seru Alyssa.
Senyum Jacob Wallaby mendadak pias begitu melihat gadis berwajah Asia yang terlihat semakin menawan di hadapannya, namun menyadari kalau wanita itu tengah menggandeng salah satu anak rekan bisnisnya, kembali membangkitkan senyum yang sempat menghilang tadi.
"Siapa yang kamu bawa? Pacarmu?" Pancing Jacob Wallaby tanpa mempedulikan Kenneth. Ia masih ingin memastikan kalau kedua orang ini benar-benar hilang ingatan. Sesuai dengan informasi yang ia dapatkan dari orang kepercayaannya.
Sean tertawa kecil sambil melirik kearah Alleira, ia menggaruk tengkuknya salah tingkah, "Ya... Bisa dikatakan seperti itu." Jawabnya, Alleira menoleh dengan cepat, namun tidak memprotes. Ia malah menatap Kenneth. Entah kenapa ia harus menatap laki-laki itu, dan ingin menjelaskan kalau ia dan Sean tidak memiliki hubungan spesial. Tapi setelah ia pikirkan, ia hanya akan terlihat bodoh kalau mengatakan hal itu disana.
"Wah. Aku tidak tahu kalau sekretarismu berpacaran dengan Sean Kim." Ucap Jacob Bermaksud ingin menyindir Alleira.
"Kamu sekretaris Mr.McKenzie?" Kenneth bisa mendengar Sean bertanya pada Alleira yang dijawab dengan anggukan kecil.
Alyssa menangkap seluruh kode yang diberikan oleh ayahnya. Alyssa tahu kalau Kenneth memiliki seorang tunangan yang ia lupakan, dan tunangannya itu tidak lain dan tidak bukan adalah Sekretarisnya sendiri. Dan gadis Asia di hadapannya sekarang adalah tunangan yang terlupakan itu.
Sean hanya tersenyum dan fokusnya baru terarah ke tangan Alyssa yang masih memeluk lengan Kenneth dengan erat, "Saya dengar kalau anda sudah memiliki tunangan? Saya tebak, wanita cantik ini adalah tunangan anda, bukan begitu, Mr.McKenzie?" Tanya Sean ingin tahu.
"Bu-"
"Perkenalkan, Alyssa Wallaby. Ya, benar, saya tunangan Kenneth." Alyssa memotong ucapan Kenneth dengan ucapannya yang membuat laki-laki itu menoleh dengan cepat dan terbelalak.
"Wallaby? Seharusnya aku menyadarinya lebih cepat. Aku lupa kalau tadi anda memanggil Mister Jacob dengan sebutan Daddy." Ujar Sean sambil tertawa dan menyambut uluran tangan Alyssa.
Kenneth menoleh, ia menatap Alleira, entah kenapa hatinya memerintahnya untuk menatap Alleira, tapi wanita itu malah membuang mukanya, menatap kearah lain seakan tidak peduli dengan apa yang Alyssa ucapkan barusan.
"Kalau begitu, saya dan pacar saya permisi dulu. Saya masih harus menyapa yang lainnya. Permisi." Pamit Sean sambil menarik Alleira untuk ikut berjalan bersamanya.
Mata Kenneth menatap tajam punggung telanjang Alleira yang tidak terlindungi oleh dress yang ia kenakan. Dadanya seakan bersarang berribu-ribu duri. Begitu menyesakkan, dan nyeri melihat punggung itu semakin menjauh.
Bayangan punggung itu berganti dengan wajah Alyssa yang mendadak muncul di depan mata Kenneth.
"Maaf, aku harus berbohong mengatakan kalau aku tunanganmu. Aku hanya tidak mau image-mu terlihat buruk dengan menggandeng wanita yang bukan tunanganmu kesini. Aku bahkan tidak tahu kalau kamu memiliki tunangan. Aku rasa... aku lebih baik pergi saja." Bohong Alyssa. Ia memasang wajahnya sedikit memelas, lalu ia berbalik.
Kenneth menahan lengan Alyssa, Alyssa menahan senyum kemenangannya kemudian berbalik. "Mau menemaniku minum?" Tanya Kenneth tanpa berpikir lagi. Ia hanya membutuhkan penyegaran untuk otaknya yang mendadak ruwet.
*
Kedua mata itu bertemu saat pintu lift terbuka. Kenneth yang baru naik dari Basement setelah memarkirkan mobilnya, dan Alleira yang tengah menunggu Lift di lobby Apartemen.
Alleira yang merasa lelah setelah semalaman berdiri, menemani Sean kesana kemari menemui rekan bisnisnya, memilih untuk masuk kedalam lift berisikan Kenneth ketimbang menunggu lift lainnya.
Waktu terasa berjalan lambat. Bahkan lift yang seharusnya berjalan cepat ke lantai terataspun terasa melambat.
Mereka sibuk dengan pikiran mereka dan pertanyaan di kepala mereka, namun Kenneth duluan yang membuka suara.
"Puas berpacaran dengan pacar barumu?" Nada Kenneth terdengar ketus.
Alleira berbalik, ia tersenyum sinis. "Apa urusan lo?" Tanyanya.
Alleira menggigit bibirnya, ia ingin bertanya, tapi ia ragu. "Tadi... Tunangan baru lo?"
Kenneth mendengus, matanya masih menatap Alleira yang menunduk dan seketika mendongak saat Kenneth tertawa renyah atas pertanyaannya. "Apa urusan Anda?" Kenneth mengembalikan pertanyaan Alleira.
Mending gak usah nanya! Batin Alleira. Tapi hatinya nyeri, ia ingin tahu apa benar wanita bernama Alyssa itu benar-benar tunangan baru Kenneth. Mereka terlihat serasi dan juga mesra. Ia menjadi sesak.
Ting!
Pintu lift terbuka dan Alleira segera berbalik, berjalan terlebih dahulu keluar lift.
Kenneth tidak mengerti apa yang merasukinya, atau apa yang membuatnya melakukan hal di luar nalarnya. Atau mungkin ini pengaruh alkohol yang diminumnya tadi? Tapi Kenneth tahu, tubuhnya sangat menoleransi alkohol. Ia tidak mudah mabuk hanya karena beberapa gelas Vodka.
Tapi inilah yang terjadi, Kenneth melangkah dengan lebar, menghampiri Alleira yang hampir sampai di pintu penthousenya, menarik lengan mulus gadis itu menuju ke pintu yang terletak di sebelah lift, pintu darurat.
"Apa ya.. hmmmfpttt..." Kenneth mencium Alleira, membungkam mulut yang sejak tadi ingin ia cicipi saat melihat Alleira pertama kali keluar dari pintu penthousenya.
Awalnya Alleira terkejut, matanya terbelalak, namun tubuhnya tidak bereaksi lain untuk menolak ciuman yang diberikan Kenneth. Tangannya malah melingkar di leher Kenneth, membalas dan memperdalam ciuman itu seakan tidak ada hari esok, seakan tubuhnya rindu akan kehangatan dan kelembutan itu.
Tangan Kenneth menyapu punggung telanjang Alleira yang terekspos akibat Dressnya. Ia meringis, membayangkan ada tangan lain yang membelai punggung halus ini, dan itu membuatnya semakin memperdalam ciumannya di bibir Alleira yang terasa sangat memabukkan, lebih memabukkan dari vodka yang ia minum, mengangkat tubuh gadis itu sedikit, menghimpitnya tubuhnya diantara pintu darurat dan tubuh tegapnya.
Ciuman mereka terhenti saat mereka merasa kalau mereka masih membutuhkan oksigen untuk bernafas. Nafas mereka terengah, wajah mereka hanya berjarak tidak lebih dari 5cm, kening mereka saling menempel, mata mereka sejajar berkat Kenneth yang mengangkat tubuh Alleira sehingga mereka menjadi sejajar. Alleira masih mengalungkan tangannya di leher Kenneth erat, enggan melepasnya.
"Kenapa...?" Tanya Alleira ditengah nafasnya, tidak mau dia akui, tapi ia merasa kecewa bibir Kenneth berhenti menciumnya. "Kenapa kamu melakukan ini?"
"Aku tidak tahu... tubuh aku bergerak sendiri." Jawab Kenneth dengan nafas terengah. Ia kembali mengecup bibir Alleira sebentar sebelum kembali pada posisinya menatap mata Alleira, "Apa hubunganmu dengan laki-laki itu?" Tanya Kenneth serius.
"Apa hak kamu bertanya itu?" Tanya Alleira.
Kenneth kembali mencium bibir Alleira singkat, "Aku tidak tahu."
"Lalu apa hubunganmu dengan wanita cantik itu?" Tanya Alleira.
"Apa hakmu bertanya padaku?" Lahi-lagi Kenneth membalik pertanyaan Alleira.
Alleira menarik leher Kenneth, ia mengecupnya sebelum menjawab pertanyaan Kenneth dengan jawaban yang sama, "Aku tidak tahu."
"Kamu habis minum? Kamu mabuk?" Tanya Alleira setelah menyadari bau alkohol yang berasal dari bibir Kenneth.
"Kamu cemburu pada Alyssa?" Tanya Kenneth, mengabaikan pertanyaan Alleira yang menurutnya tidak penting. Ia cukup sadar, hanya tubuhnya saja yang bergerak diluar nalar, dan sekarang mulutnya ikut mengkhianati kesadarannya.
Alleira tidak menjawabnya, ia terlalu bingung dengan jawaban atas pertanyaan itu. Kalau ia tidak cemburu, kenapa ia merasa sesak saat melihat wanita itu bergelayut manja pada Kenneth? Dan apa yang ia lakukan disini dengan Kenneth?
"Aku tidak ingin kamu mendekati laki-laki lain. Siapapun itu. Termasuk Sean Kim." Ucap Kenneth, ia mengecup bibir Alleira sekali lagi sebelum menurunkan Alleira dari gendongannya. "Aku tidak suka melihatnya." Tegasnya lagi.
Alleira cukup terkejut, ia mendongak dan melepas lengannya dari leher Kenneth, menatap laki-laki itu bingung. Terlebih saat laki-laki itu berlalu bergitu saja, melewatinya, meninggalkannya di tangga darurat dengan jantung yang berdebar dengan cepat.
Apa ini? Ada apa ini? Alleira membatin sambil merasakan debaran jantungnya degan kedua tangannya.
***
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro