31. My Lady!
Tidak ada kata yang bisa digunakan untuk menggambarkan perasaan Kenneth malam ini.
Gugup? Nervous? Ah itu sama saja!
Yang jelas ia tidak bisa menyembunyikan kalau telapak tangannya berkeringat sejak tadi. Ia bahkan sulit untuk mengetuk pintu di hadapannya. Oksigen disekitarnya seakan menipis saat pemikiran mengenai malam ini menyapa kepalanya.
"Ayolah, Ken. Lo bukan mau merawanin gadis malam ini. Lo ngapain gugup kayak anak kambing mau disembelih gini?" Gerutu Kenneth mencoba menguatkan batinnya. "Didalem sini itu tunangan lo, bukan hantu. Tinggal ketok, gandeng, bawa ke mobil!" Ia masih berbicara sendiri sambil menarik nafas dan membuangnya berkali-kali.
"Aduhhh gue panik!" Ia melangkah mundur dan berjongkok sambil memukul kepalanya.
Namun ketika sadar kalau pakaian yang ia kenakan sangat mudah lecek kalau ia berjongkok terlalu lama, akhirnya ia kembali berdiri dan mencak-mencak ditempatnya.
Kenneth sudah rapih dengan setelan kemeja merah, lengan yang digulung hingga siku, gel rambut yang membuat rambutnya tertata rapih. Meski sederhana, tapi ia yakin dengan penampilannya hari ini.
"Oke, tarik nafas..." ia menarik nafas sesuai dengan instruksi yang ia ucapkan lalu menghembuskannya perlahan. "Ketok ken, Ketok." Suruhnya, namun tangannya enggan menurut.
Ia merasa tidak pernah senervous ini bahkan saat menghadapi pemegang saham sekalipun.
Yang ia hadapi kali ini adalah tunangannya, orang yang akan menjadi istrinya, bukan malaikat pencabut nyawa.
"Haduhhh... doa dulu deh doa." Putus Kenneth yang membelakangi pintu Apartemen Alleira dan berkomat kamit memanjatkan doa sambil bersimpuh.
Kakinya terasa tidak bertenanga hingga ia memutuskan untuk bersimpuh di tempatnya berdiri.
Belum selesai doa ia panjatkan, suara Alleira di balik tubuhnya membuatnya beku seketika.
"Kamu ngapain berlutut disitu, Ken?" Tanya Alleira kebingungan melihat Kenneth berlutut membelakanginya.
Itu Alleira, kan? Bukan setan? Batin Kenneth bersuara.
"Kamu kenapa, Ken? Kamu sakit perut?" Tanyanya menghampiri Kenneth dan ikut berlutut dihadapan Kenneth.
Kenneth akhirnya melihat Alleira di hadapannya.
Alleira dengan balutan dress berwarna Merah muda yang memiliki potongan dada sedikit rendah hingga memperlihatkan belahan dadanya, rambut coklat bergelombang yang dibiarkan terurai serta make-up tipis yang mempertegas kecantikan yang sudah dimiliki oleh gadis itu.
Namun fokus Kenneth kali ini bukan kewajah Alleira, melainkan belahan dada gadis itu yang berada tepat di depan matanya.
"Kamu gak apa-apa kan, Kenneth?" Tanyanya sambil membelai lembut kedua pipi Kenneth.
Kalau iblis menguasai tubuh Kenneth, mungkin detik ini juga Kenneth akan menarik turun gaun itu mengikuti nafsunya berhubung dilantai ini hanya ada mereka berdua karena keluarga mereka masih berada di rumah sakit.
Kenneth mengerjap, menghilangkan pemikiran itu dan langsung berdiri. Alleira masih berlutut dan mengadah menatap Kenneth yang tiba-tiba bangun. Ia juga ikutan bangun dan merapihkan gaunnya.
"Kalau kamu gak enak badan, kita batalin aja makan malam hari ini." Usul Alleira yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Kenneth.
"Gak!" Serunya cepat. Now or never! Seru batin Kenneth. "A-aku cuman... ka-kamu... cantik." Ucap Kenneth kehilangan kata-katanya.
Alleira tersipu malu hingga pipinya merona merah. Membuatnya semakin terlihat manis dengan balutan gaun malamnya yang cukup terbuka itu.
Kenapa dia milih dress macam itu?! Rutuk Kenneth. Ia meringis dan berdiri dengan tidak nyaman akibat sesuatu yang mengeras dibagian bawahnya. Belakangan ini memang nafsunya mudah terpancing hanya dengan berdekatan dengan Alleira.
"Terima kasih." Gumam Alleira pelan sambil tersenyum malu.
Betapa itu melelehkan hati Kenneth saat ini.
Setelah berdiam cukup lama, Alleira memutuskam untuk membuka suara saat melihat Kenneth yang sepertinya tidak memiliki niatan untuk bersuara. "Kita jadi pergi, kan?" Tanyanya.
Kenneth mengerjap, "ah... oh... i-iya, jadi! Maaf, aku... terpesona sama kamu." Ucap Kenneth sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dalam hati, ia mengutuk kebodohannya di depan Gadis pujaannya.
Dengan kikuk, Kenneth menggandeng tangan Alleira, membawanya menuju ke Lift yang akan membawa mereka menuju ke Basement, tempat dimana Mobil Kenneth terparkir.
Lagi-lagi mereka berakhir dengan keterdiaman.
Satu karena Nervous tingkat tinggi, yang satu lagi karena bingung ingin membicarakan topik apa.
Baru gini aja udah begini, gimana nanti? Bisa epilepsi gue! Omel batin Kenneth.
Mobil Kenneth akhirnya tiba di lobby salah satu hotel bintang 5 yang terkenal akan restoran yang berada di lantai teratas karena pemandangan malam kota LA yang mengagumkan kalau dilihat dari sana.
Kali ini, Kenneth sudah lebih bisa mengatasi nervousnya karena biar mau bagaimanapun, ia tidak mempunyai pilihan selain terus maju.
Ia tidak mau mengacaukan hari ini karena ia mau membuat hari ini berkesan baik untuk terus diingat. Agar ia juga memiliki sebuah kenangan yang dapat ia ingat terus terhadap gadis ini.
Meski Kenneth sudah mengacaukan kesan pertamanya tadi dengan memanjatkan doa dan melamun jorok.
Kenneth dengan gagahnya, keluar dari mobil Sedan miliknya, berjalan memutar dan membukakan pintu untuk Alleira, bergerak lebih cepat sebelum karyawan hotel yang sudah berjalan kearahnya membukakan pintu terlebih dahulu untuk calon istrinya ini.
Alleira menuruni mobil dengan langkah yang elegan.
Gaunnya memiliki belahan cukup tinggi di bagian pahanya hingga ketika Alleira hendak turun, sebagian dari paha mulusnya terlihat.
Dan batin Kenneth kembali berperang dengan iblisnya.
Kenneth merangkul pinggang Alleira posesif karena insting berburunya sedang dalam tahap tinggi sekarang. Apalagi saat melihat mata jelalatan orang-orang yang menatap Alleira seakan Alleira adalah daging segar ditengah kerumunan harimau kelaparan.
"Mereka ngeliatin kamu." Komentar Alleira sambil celingak celinguk.
Kenneth menaikkan sebelah alisnya, menatap gadis disebelahnya lalu tertawa kecil.
Bagaimana bisa Alleira berkesimpulan kalau mereka sedang menatap dirinya? Kenneth tahu dia tampan, tapi sepertinya ketampanannya tidak akan membuat laki-laki menatapnya hingga kejedut pilar besar seperti yang terjadi di ujung sana. Kecuali kalau laki-laki itu memiliki kelainan Seks.
"Percayalah, My Lady. They're all looking at you." Bisik Kenneth di telinga Alleira hingga membuat Alleira kembali merona.
Namun itu cukup disayangkan karena sekarang laki-laki itu malah semakin menatap Alleira dengan tatapan terpesonanya.
Ingin rasanya Kenneth mencolok mata mereka satu-satu.
Begitu sampai di lantai teratas Hotel tersebut yang merupaka Restoran ternama, barulah Kenneth bisa bernafas lega karena direstoran ini sepi pengunjung karena ia sudah membooking sebagian restoran ini demi kelancaran rencana makan malamnya bersama sang pujaan hati.
Hanya ada beberapa tamu yang diperbolehkan masuk, itupun duduknya harus berjauhan dari tempat duduknya.
Pelayan restoran langsung mengantar Kenneth dan Alleira menuju ke meja yang sudah Kenneth persiapkan di samping jendela yang menghadap pemandangan terbaik kota Los Angeles dan rencananya membuat Alleira terpukau cukup berhasil saat gadis itu tidak mengatupkan mulutnya saat melihat pemandangan diluar sana.
Gedung perkantoran yang hampir sama tinggi dengan hotel tempat mereka makan sekarang, bersisian dengan sungai kecil dan kerlipan lampu jembatan yang menjadi pemandangan mereka malam ini. Ditemani dengan bintang dan bulan di langit cerah kota Los Angeles.
"Suka?" Tanya Kenneth seraya memeluk Alleira dari belakang.
Gadis itu masih terpukau pada pemandangan di hadapannya. Kalau Kenneth, lebih terpukau pada gadis di pelukannya.
"Suka." Jawab Alleira.
Kenneth masih memeluk Alleira dengan erat, menghirup aroma memabukkan gadis itu dalam-dalam. Matanya ikut menatap pemandangan di hadapannya dan ikut tersenyum.
"Kita pernah seperti ini sebelumnya?" Tanya Kenneth. Alleira menoleh dan menatap Kenneth yang wajahnya tepat berada di sampingnya. "Aku hanya merasa familiar dengan perasaan nyaman ini." Sambung Kenneth sambil tersenyum.
Alleira mengangguk dan kembaku menatap pemandangan di hadapannya. "Iya, tapi bedanya waktu itu langit mendung dan kita berada di rooftop." Jawab Alleira kembali mengingat dansa terakhir mereka.
"Our last dance." Gumam Kenneth membuat Alleira menoleh dengan cepat.
"Kamu ingat?" Tanya Alleira terkejut.
Kenneth nyengir dan menggeleng. "Hanya saja, pemikiran itu tiba-tiba masuk ke kepalaku." Jawabnya dan Alleira menghela nafas kecewa. Padahal ia mengira kalau Kennethnya sudah ingat.
"Maaf aku gak bisa ingat kenangan kita." Ucap Kenneth, ia membaca kekecewaan di raut wajah calon istrinya tersebut. "Makanya aku mau membuat kenangan baru lagi yang bisa aku ingat sama kamu."
Kecupan dihadiahi Kenneth di pipi Alleira.
Alleira tersenyum dan mengangguk.
Kenneth kemudian menarik Alleira duduk di kursi yang sudah ia persiapkan sebelum berlalu duduk di hadapan Alleira.
Kenneth tidak akan pernah bosan menatap gadis dihadapannya. Gadis cantik yang sudah kembali berhasil mencuri hatinya. Dan gadis itu akan segera menjadi miliknya seorang.
"Ehm... kamu merasa gak sih kalau restoran ini tumben banget sepi?" Tanya Alleira begitu pelayan yang mencatat pesanannya pergi.
"Masa sih? Biasa aja kok." Jawab Kenneth pura-pura bego. Padahal ia adalah alasan kenapa restoran yang biasanya selalu penuh dan susah mendapatkan tempat ini menjadi sepi dan kosong.
"Gak kok. Beneran deh. Setahu aku tuh-"
"Al, Time! Aku mau ketoilet." Sanggah Kenneth cepat.
"Hah?" Alleira mengernyit bingung.
"Serius, aku kebelet. Aku akan segera kembali." Ujar Kenneth. "Cepet kok. Bahkan kamu belum selesai hitung lantai gedung yang ada di depan sana, aku pasti sudah kembali."
Belum sempat Alleira protes, Kenneth sudah ngacir menjauh dari tempatnya duduk dan menghilang.
Alleira menggeleng dan menghela nafas. Lalu tatapannya tertuju pada gedung bertingkat tinggi yang tidak jauh dari hadapannya lalu tertawa kecil.
kamu belum selesai hitung lantai gedung yang ada di depan sana, aku pasti sudah kembali.
"Idiot mana yang mau ikutin ucapan kamu untuk ngitungin lantai gedung itu?" Gumam Alleira yang tidak sempat ia suarakan.
Meski bibirnya berkata demikian, tapi mata dan kepalanya mengkhianati. Ia mulai menghitung dalam hati lantai gedung di depannya tanpa suara dari lantai terbawah hingga teratas.
Terus begitu ia ulang karena hitungannya selalu buyar pada lantai ke 30 yang gelap gulita. Kalau lantai 1-29 ia masih bisa menghitung jumlah dengan bantuan lampu, namun berbeda dengan lantai 30 keatas yang gelap. Warnanya seakan bersatu dengan gelapnya malam.
Alleira terlalu fokus pada gedung di depannya hingga ia tidak menyadari alunan nada lembut piano yang mulai terdengar di restorannya. Bahkan ketika suara berat seorang laki-laki menyanyi dengan gugupnya, Alleira masih tidak menyadari karena fokusnya hanya pada menghitung gedung didepannya. Bahkan ia sudah melupakan Kenneth yang seharusnya sudah kembali setelah ia mengulang dua kali.
Kenneth yang setengah mati gugup, terkekeh kecil melihat gadis itu masih tidak menyadari sedang berada di kondisi apa sekarang. Bahkan ketika ia menghabiskan satu bagian lagu yang ditujukan untuk gadis itu.
Tapi... memang itu rencananya, kan?
Bertepatan dengan nada piano yang mengalun mengisi interlude lagu tersebut, Jembatan yang berada persia di sebelah gedung yang sedang Alleira hitung menyala terang, membuyarkan fokus mata Alleira kesana dan matanya membulat ketika melihat apa yang terbentuk di jembatan itu.
Gedung di sebelahnya juga mendadak terang, tersorot oleh lampu sorot yang Alleira bingung darimana datangnya.
Lampu sorot itu bergantian berubah gambar. Gambar-gambar yang membuat Alleira tidak bisa bersuara melainkan terpana.
Foto-foto kebersamaan Kenneth dan Alleira selama 18 tahun mereka bersama sejak berumur 7 dan 5 tahun sampai sekarang.
Lalu matanya kembali menatap untaian kalimat yang tertata rapih dengan cahaya-cahaya kecil lampu di jembatan itu.
Let me love you, My Lady.
Please, Marry me!
Sometimes I just hold you
Too caught up in me to see
I'm holding a fortune
That Heaven has given to me
Alleira terkejut mendengar suara yang ia kenali menggaung di dalam ruangan ini. Ia berbalik, mengalihkan keterpukauannya dari jembatan dan gedung itu kearah seorang laki-laki yang sudah berdiri tegap sambil memegang Mikenya sedangkan tangannya yang satu lagi di jejalkan kedalan celananya. Senyum laki-laki itu cerah, secerah matahari pagi.
I'll try to show you
Each and every way I can
Now & Forever,
I will be your man
Now I can rest my worries
And always be sure
That I won't be alone, anymore
If I'd only known you were there
All the time,
All this time.
Kenneth berjalan mendekati Alleira yang masih terpaku di tempatnya. Mata gadis itu sudah berair, terharu akan usaha keras laki-laki itu untuk membahagiakannya.
Until the day the ocean
Doesn't touch the sand
Now & Forever
I will be your man
Kenneth berlutut dengan sebelah kakinya di hadapan Alleira, tangannya yang tadi di jejalkan di dalam kantung celana, kini sudah ia keluarkan dan tangannya itu menggenggam sebuah kotak bludru merah yang ia buka dan hadapkan didepan Alleira yang sudah menangis sambil menutup mulutnya. Menahan isakkannya agar tidak keluar.
Now & Forever,
I will be your man
"No word can describe how thankful i am to have you, Alleira. Now and forever, Let me be your Man, My Lady." Ujar Kenneth. Sepenuh hatinya ia menyuarakan apa yang ingin ia katakan pada kekasih hatinya itu. "Aku tahu terlambat untuk menanyakan ini padahal aku sudah tahu jawaban." Kenneth tertawa, masih setia mengarahkan kotak beludru itu di depan Alleira, "Will you marry me, My Lady?"
Alleira terkekeh kecil ditengah derai airmatanya. Beruntung Alleira tidak menggunakan maskara atau eyeliner yang mungkin saja akan menghitamkan seluruh wajahnya sekarang.
Alleira mengangguk kecil, "I will, Kenneth." Jawab Alleira yakin.
Kenneth tersenyum lebar dan memasangkan cincin di jari manis Alleira.
Alleira tertawa kecil dan langsung memeluk erat Kenneth yang masih berlutut di hadapannya.
"Terima kasih." Ucap Alleira. "Terima kasih sudah mencintai aku lagi, Kenneth."
Kenneth tersenyum dan mencium pipi Alleira singkat, "Terima kasih untuk tidak menyerah terhadapku."
Alleira mengangguk dan memeluk Kenneth semakin erat.
Ia bersyukur karena ia jatuh cinta pada Kenneth. Ia tidak bisa membayangkan kalau bukan kepada Kenneth ia titipkan hatinya.
Mungkin ia tidak akan sebahagia ini sekarang.
***
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro