28. His Jealousy and Misunderstand.
"Kenneth." Alleira membuka pintu kerja Kenneth sambil menoleh kedalam. Ia ragu apa harus memberitahu pria yang sedang serius bekerja itu tentang apa yang baru ia dengar dari Keira atau tidak. Tapi Alleira tahu kalau Kenneth berhak mengetahuinya meski Kenneth pasti akan menyalahkan dirinya sendiri nanti.
Atau lebih baik tidak perlu memberitahu sama sekali?
"Kenapa, sayang?" Tanya Kenneth yang sudah mengenal suara Alleira tanpa mengadah dari dokumen yang ada di hadapannya.
Alleira berdiri kaku di depan pintu tanpa tahu harus mundur atau maju hingga Kenneth mengadah dan menatap Alleira. "Kamu mau ngomong apa?" Tanya Kenneth lembut sambil tersenyum dengan wajah lelahnya.
Sejak pertemuan mereka dengan Sean tempo hari, Kenneth jadi semakin giat bekerja dan mencari beberapa penanam modal selain bergantung pada Mr.Shelton. Ditambah dengan persiapan pernikahan sederhana Kenneth dan Alleira yang direncanakan akan dilangsungkan bulan depan.
"Kamu sibuk?" Tanya Alleira ragu. Tanpa perlu ditanya, Alleira pasti tahu seberapa sibuk laki-lakinya itu.
"Gak kok. Kamu mau ngomong apa?" Tanya Kenneth memilih menutup dokumen di depannya dan menghampiri Alleira yang masih berdiri di depan pintu.
"Ehm... bukan ngomong." Ujar Alleira ragu. "Aku mau... ajak kamu ke suatu tempat."
Kenneth mengernyit, "suatu tempat?" Ulang Kenneth.
Alleira mengangguk kecil.
Kenneth berbalik dan menatap dokumen-dokumen penting diatas mejanya, berpikir sebentar, kemudian menatap Alleira yang sedang serius menatap wajahnya. "Sekarang?" Tanya Kenneth lagi.
Alleira kembali mengangguk.
"Baiklah, aku ambil kunci mobil dul-"
"Kita minta Dave saja untuk mengantar kita." Potong Alleira begitu Kenneth berbalik hendak menuju ke mejanya.
"Dave sedang meminta ijin cut setengah hari, sayang." Sahut Kenneth sambil melanjutkan langkahnya mengambil jas, tas kerja, serta kunci mobilnya.
"Aku yang nyetir kalau gitu." Pinta Alleira semakin membuat Kenneth semakin curiga.
"Sebenarnya kamu mau bawa aku kemana?" Tanya Kenneth tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya. Kenneth tersenyum kecil menghampiri Alleira.
Hanya senyuman kecil yang bisa Alleira balas sambil tangannya mengambil alih kunci ditangan Kenneth. "Kamu akan tahu nanti." Jawab Alleira yang tidak ingin memberitahu Kenneth dan membuat laki-laki itu khawatir. Meskipun ia sendiri takut kalau ia tidak bisa berkonsentrasi untuk menyetir setelah mendengar kabar itu dari Keira dan harus menyembunyikannya sebentar sebelum memberitahu Kenneth.
"AL, LAMPU MERAH!!!!"
Alleira terkejut dan refleks menginjak pedal Rem. Untung saja tidak ada mobil di belakang mobilnya ataupun di depannya. Bisa-bisa malah menjadi menambah masalah yang telah ada.
"Maaf." Ujar Alleira. Wajahnya memucat menoleh menatap Kenneth.
Kenneth tidak bisa berbohong kalau ia sebenarnya cukup takut dengan cara Alleira yang menyetir sambil melamun. Entah apa yang sedang mengganggu pikirannya.
"Kamu lagi mikirin apa sih, Al? Biar aku aja yang nyetir deh. Kamu bahaya banget nyetir sambil melamun gitu." Tawar Kenneth yang sudah melepas sabuk pengamannya.
"Gak, aku aja. Aku gak melamun lagi, janji." Sahur Alleira cepat.
Kenneth menatap Alleira dengan alis terangkat. "Kamu beneran melamun sambil nyetir barusan? Hebat banget, sayang. Apa sih yang kamu lamunin?" Tanya Kenneth mencoba tertawa, namun Alleira kembali fokus ke jalanan tanpa menjawab pertanyaan Kenneth. "Mending kamu sambil ngobrol sama aku dari pada kamu melamun lagi nantinya dan membahayakan nyawa kamu."
Bukan nyawa 'kita' yang Kenneth katakan, karena bagi Kenneth, nyawa Alleira adalah yang terpenting. Ia tidak akan peduli pada nyawanya selama Alleira baik-baik saja. Setidaknya, itu yang Kenneth inginkan.
"Aku gak akan melamun lagi." Ujar Alleira yang berusaha fokus ke jalanan.
Ia mencoba sebisa mungkin untuk tidak mengingat saat Keira tiba-tiba meneleponnya pagi tadi dan sedetik kemudian konsentrasinya buyar hingga ia memutuskan untuk memberitahu Kenneth di jam makan siang.
Tangan Kenneth terulur kearah Alleira, kemudian tangannya membelai lembut kepala Alleira, berusaha menghilangkan kegusaran yang sedang bersarang dikepala kekasihnya itu.
Kehangatan yang diberikan oleh tangan Kenneth tidak banyak membantu karena apa yang ia pikirkan tidak semudah itu untuk dihilangkan, apa lagi itu menyangkut laki-laki itu sendiri.
Meski begitu, Alleira tetap mencoba tersenyum kecil agar laki-laki itu setidaknya tidak mengkhawatirkan dirinya, setidaknya untuk sementara waktu.
Begitu mobil yang dikendarai Alleira memasuki wilayah gedung yang nampak selalu sibuk itu, Kenneth tidak dapat berkata-kata, melainkan hanya menatap Alleira, menunggu penjelasannya yang membawanya kemari.
Begitu mobil berhenti sempurna, Alleira hanya menatap kosong kearah setir mobil di hadapannya, Kenneth menatap Alleira tanpa tahu mana dulu yang harus ia tanyakan. Apa gadis ini baik-baik saja? Atau kenapa gadis ini membawanya kemari?
"Kamu yang tenang ya, Ken." Ucap Alleira membuatnya tidak memikirkan apapun mengenai kemungkinan sang kekasih mau membuat kejutan untuknya yang sempat ia pikirkan. Ia malah tambah mengkhawatirkan gadis itu sekarang.
"Kamu gak kenapa-kenapa kan, Al?" Tanya Kenneth yang sudah memutar tubuhnya kearah Alleira. Wajah khawatir jelas tercetak di wajah Putih Kenneth sekarang.
Alleira menggeleng pelan, "aku baik-baik aja, Ken." Jawab Alleira.
"Terus kenapa kamu bawa aku kesini? Kamu mau-"
Alleira menggenggam kedua tangan Kenneth dan menatap laki-laki itu dalam sambil mencoba tersenyum meski sulit untuk gadis itu lakukan dalam situasi ini, apa lagi saat ia seharusnya mengabarkan hal ini pada Kenneth.
Kenneth tidak melanjutkan ucapannya dan menatap dalam mata Alleira.
"Daddy kamu pingsan saat memimpin rapat tadi pagi, Ken."
*
Wanita yang sudah cukup berumur itu menangis dipelukan putrinya yang sedang mencoba menenangkan tangisan sang ibu yang tidak kunjung berhenti saat ayahnya masuk kedalam kamar perawatan.
Kenneth yang datang cukup terlambat dan baru tahu beberapa menit yang lalu setelah Alleira memberitahunya, langsung bergegas dengan wajah pucat menuju ke lorong perawatan sang ayah dan mendapati Ibunya dan kedua saudaranya berada si tempat yang sama sambil berpelukan.
Kenneth bahkan meninggalkan Alleira dibelakangnya yang terus menerus memanggil namanya, namun diabaikan karena ia terlalu syok akan keadaan ayahnya yang tiba-tiba itu.
Via menyadari kedatangan Kenneth cukup terkejut, karena Via jelas memesankan pada Keira agar tidak memberitahu keadaan sang suami kepada Kenneth agar Kenneth bisa berkonsentrasi membangun lagi perusahaannya.
Tapi begitu melihat Kenneth yang datang dengan wajah khawatirnya, Via tidak bisa melakukan apapun selain berhambur dan memeluk erat Putra satu-satunya yang ia dan Peter miliki.
"Apa yang terjadi? Kenapa sama Daddy?" Tanya Kenneth membalas pelukan ibunya yang sudah tidak lagi muda, namun selalu memiliki semangat yang tinggi untuk membantu dan melindungi keluarganya. Wanita terhebat nomor satu yang pernah Kenneth kenali.
"Lo kesini sama siapa kak? Alleira mana?" Tanya Keira. Matanya sembab akibat menangis setelah mendapat kabar dari sang Mommy pagi tadi.
"Sama Alleira. Dia..." Kenneth beralih kebelakang dan menyadari kalau Alleira tidak berada di belakangnya. "Mungkin dia ke toilet." Gumam Kenneth lebih kepada dirinya sendiri. "Apa yang terjadi sama Daddy, Kei? Kenapa gak ada yang kabarin aku?" Tanya Kenneth lagi.
"Daddy pingasan saat memimpin rapat direksi tadi." Jawab Via sesengukan. "Mommy sengaja meminta Keira untuk gak kasih tahu kamu maupun Alleira agar kalian bisa fokus pada perusahaan. Karena..."
"Mom, kalau terjadi sesuatu sama Daddy dan Mommy gak kasih tahu aku, Aku akan menyesal selamanya, Mom! Begitu juga kalau terjadi hal-hal buruk sama Mommy, Keira, atau Kelly. Kita keluarga, kan? Kenneth berhak tahu keadaan Daddy apapun yang terjadi dan apapun yang Kenneth hadapi." Ucap Kenneth tegas. Ia jelas geram karena Mommynya merahasiakan perihal keadaan sang Daddy dari dirinya. Namun Kenneth tidak sampai hati untuk membentak Sang Mommy. Mommynya pasti memiliki pemikirannya sendiri. "Apa yang terjadi?" Tanya Kenneth.
"Perusahaan Daddy sedang mengalami masalah keuangan. Salah satu pegawai Daddy melakukan praktik korupsi yang cukup membuat kerugian besar untuk perusahaan." Via menjelaskan seraya terisak. "Daddy berusaha menemukan pelakunya, Daddy bekerja dua hari dua malam tanpa pulang dan Daddy meminta Mommy untuk tidak meminta bantuan kamu karena perusahaanmu juga membutuhkanmu. Hingga pagi ini Daddy pingsan dan Mommy mendapat telepon dari sekretaris kepercayaan Daddy, Kevin, kalau Daddy pingsan di ruang rapat."
Penjelasan Via cukup membuat Kenneth terpaku ditempatnya.
"Daddy kamu sudah tidak muda, tapi dia masih saja memaksakan fisiknya yang sudah usang." Umpat Via di dada putranya.
"Lalu bagaimana keadaan Daddy sekarang? Apa kata dokter?" Tanya Kenneth mengabaikan umpatan Via.
"Kelelahan dan maagh." Ucap Keira. "Selama dua hari Daddy makan gak teratur. Bahkan gue gak tahu apa Daddy ada makan atau tidak."
"Lalu pelakunya sudah ketemu?" Tanya Kenneth cepat.
Via menggeleng di dalam dada Kenneth sebagai jawabannya.
*
Sementara itu, di waktu yang sama dan tempat yang berbeda, Alleira menggigit bibir bawahnya sambil menatap laki-laki di hadapannya yang tiba-tiba saja menghalangi langkahnya saat ia sedang berusaha mengejar langkah Kenneth ke ruangan Peter.
Kata-kata yang keluar dari bibir laki-laki itu sungguh membuat Alleira seakan masuk kedalam dimensi lain yang tidak pernah bisa Alleira percaya.
"Kamu ada bukti?" Tanya Alleira menatap laki-laki itu dalam.
"Sayangnya tidak." Jawab laki-laki itu menghela nafas kecil. "Tapi aku yakin kalau apa yang terjadi dengan Presdir McKenzie pasti ada hubungannya dengan mereka."
"Kamu tahu kalau kamu bicara tanpa bukti itu sama dengan fitnah kan, Sean?" Tanya Alleira sambil menyipit.
"Aku gak fitnah, Al." Seru Sean lelah. "Aku memang gak punya bukti, tapi aku bisa membuktikan kalau Wall-O-Be berada dibalik ini semua." Sambung Sean lagi.
Alleira hanya bisa diam dan mencerna seluruh ucapan Sean tadi yang mengatakan kalau karyawan yang melakukan korupsi di perusahaan McKenzie Group adalah orang suruhan Wall-O-Be untuk menggoyangkan tangga perusahaan ayah dari Kekasih tercintanya.
"Aku akan buktikan kalau ucapanku itu bukan fitnah, Al." Ucap Sean percaya diri. "Sementara, kamu jaga diri kamu dan perusahaan." Sean mengulurkan tangannya menyentuh tangan Alleira yang berada di atas meja, "Kita gak tahu motif apa dan apa yang akan Mereka lakukan lagi pada keluarga Mr.McKenzie, jadi..."
"Brengsek!!!"
Dengan cepat, Sean yang duduk di hadapan Alleira menghilang akibat tonjokan dari seorang Kenneth yang gelap mata akibat melihat keintiman wanitanya dengan laki-laki yang ingin merebut wanitanya itu.
Alleira terkesiap dan refleks menolong Sean. Laki-laki itu meringis kesakitan sambil mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah segar.
Kenneth sama sekali dalam keadaan tidak baik. Ia yang mendapati keadaan ayah dan perusahaannya setelah disembunyikan oleh keluarga dan tunangannya yang sebulan lagi akan menjadi istrinya, lalu melihat wanita itu malah duduk berdua dengan laki-laki yang menggenggam tangan wanita itu secara intim, bukan malah menemani dirinya disaat seperti ini. Kecemburuan tentu membutakan segalanya disaat pikiran Kenneth kacau.
"Sean, kamu gak kenapa-kenapa?" Tanya Alleira terkejut.
"Gak, aku gak apa-apa." Jawab Sean sambil meringis.
Alleira baru hendak bersuara namun tangan kokoh milik Kenneth sudah menariknya untuk berdiri dari sisi Sean.
"Ahh... Ken, kamu nyakitin aku." Ringis Alleira pelan. Cengkraman tangan Kenneth begitu kuat hingga mampu meninggalkan bekas merah di lengannya.
Alleira terdiam begitu melihat raut wajah Kenneth yang jauh dari kata baik-baik saja. Mata merah, rambut acak-acakan, kemeja yang sudah dibuka kancingnya, dasi yang sudah tidak di tempat, bahkan jas kerjanya sudah tidak lagi dikenakannya.
"Ken, kamu gak ap-"
"Apa yang kamu lakukan dengan laki-laki ini?" Tanya Kenneth tajam.
"Sean hanya-"
"Kamu tahu kalau kamu seharusnya ada di sisi aku, di samping aku, nenangin aku, nemenin aku, bukan sama laki-laki ini, Al!!!" Teriak Kenneth hingga beberapa pengunjung menatap kearah mereka sekarang.
"Mr.McKenzie..."
"DIAM! Apa yang anda mau, hah?! Apa mengganggu tunangan orang lain itu sudah menjadi hobi anda?!" Tanya Kenneth. Laki-laki itu tidak bisa berpikir lurus ditengah masalah yang terus menerus menghampiri ketika masalah lainnya baru, atau bahkan belum selesai.
"Sean hanya bermaksud membantu-"
"Dan kamu Alleira!" Seru Kenneth membuat Alleira terdiam. Alleira merasakan sesak itu lagi. Matanya basah karena airmata yang sudah mengantri untuk keluar. "Kalau kamu memang merasa kewajiban kamu untuk menemaniku sebagai calon istriku tidak bisa kamu jalankan, kamu tidak perlu mengatakan iya ketika aku memintamu untuk menikah denganku kalau pada akhirnya-"
Plakkk
Alleira tidak tahan mendengar segala macam tuduhan yang keluar dari bibir Kenneth hingga tangannya menampar pipi Kenneth tanpa ia sadari. Bahkan airmatanya sudah mengalir dari kedua matanya.
"Ucapan kamu keterlaluan Kenneth! Berapa kali aku harus minta kamu untuk percaya sama aku? Bahkan sekarang kamu mempertanyakan perasaan aku ke kamu? Kalau memang percaya sama aku terlalu sulit untuk kamu lakukan, lebih baik kamu tidak perlu memaksa diri kamu dan menghabiskan waktu kamu untuk hal itu!" Seru Alleira, matanya tajam menatap Kenneth. Sarat akan rasa kecewa dan lelahnya menghadapi sifat Kennethnya yang berubah. "Kalau memang menurut kamu, aku bukan calon istri yang kamu inginkan, masih belum terlambat untuk membatalkan pernikahan ini. Aku bener-bener kecewa sama kamu, Ken!"
Mata Kenneth melebar. Ia terkejut bukan hanya karena tamparan Alleira, melainkan karena ucapannya yang secara tidak langsung menyadarkan kesalahan yang telah ia lakukan.
Alleira berbalik setelah melemparkan segala kekecewaannya pada laki-laki yang dicintainya itu, namun belum sempat berjalan, sebuah tangan kokoh memeluknya dari belakang.
Dari wangi parfum yang tercium, Alleira tahu siapa pemilik kedua tangan itu tanpa perlu berbalik atau bertanya.
Kepala Kenneth bersadar di bahu Alleira yang masih menangis. Sakit rasanya kalau orang yang dicintai malah mempertanyakan perasaan kalian dan menuduh yang tidak-tidak.
Alleira tidak memberontak karena memang pelukan Kennethlah yang ia perlukan. Kehangatan Kenneth yang setidaknya bisa memberitahunya kalau Kennethnya tidak sepenuhnya hilang.
Kemudian Alleira merasakan lembab di bagian bahunya, dimana Kenneth sedang menyandarkan kepalanya.
"M-maaf, Al... Maaf... aku takut, Al... Aku gak tahu harus bagaimana lagi. Semua terlalu rumit. Aku gak mau kehilangan kamu. Aku gak mau pernikahan kita batal, aku gak mau... aku gak mau..." lirihnya membuat Alleira semakin terisak.
Alleira mengadah, mencoba menahan airmatanya yang masih membandel untuk terus turun.
"Aku cinta sama kamu, Al. Maafin aku... aku gak mau kehilangan kamu, Al. Maaf..." Alleira merasakan area lembab di bahunya semakin melebar.
Kenneth menangis.
Alleira tahu kalau ini terlalu rumit. Mereka tidak pernah bertengkar seperti ini sebelumnya. Bahkan meskipun cemburu, Kenneth tidak akan pernah membentaknya seperti tadi. Dan masalah terus menerus berdatangan tanpa bisa mereka cegah.
Alleira mecoba melepas pelukan Kenneth, tapi Kenneth menggeleng dan tambah erat memeluk Alleira. Alleira mencoba bergerak hingga akhirnya ia bisa berbalik di dalam pelukan Kenneth, melihat wajah lelah dan sembab laki-laki itu, kemudian membawa laki-laki itu ke pelukannya. Membiarkan laki-laki itu kembali menangis dan meluapkan tekanannya. Karena berbagi juga merupakan kunci suatu hubungan yang baik.
Alleira membelai rambut halus milik Kenneth lembut. Matanya menangkap Sean yang berdiri tidak jauh dari tempat mereka sedang tersenyum kecil dan berbalik, memutuskan untuk kembali dari pada melihat adegan pelukan Alleira dan Kenneth.
Alleira tidak memanggil Sean karena ia tahu kalau memanggilnya bukan hal yang tepat di waktu seperti ini. Jadi Alleira hanya membiarkan Sean pergi meski Alleira tahu kalau ia dan Kenneth berhutang maaf karena sudah salah paham kepadanya.
Alleira merasa pelukan Kenneth mengerat, tangan Alleira kemudian membelai rambut halus Kenneth. Menenangkan perasaan laki-laki itu sambil berbisik, "it's okay. Everything will be fine, Ken."
***
Tbc
Akhirnya bisa nyicil nulis 1 bab ini selama 2 hari nyolong-nyolong nulis sampai semalam (pagi) ini. Btw ini 01.30 pagi! Hahahaha
Jangan pada galau ya. Maaf kalau jelek 😔
Aku usahakan yang terbaik untuk menyenangkan kalian, para pembaca kesayanga aku! Makanya aku curi-curi waktu senggang untuk nulis bab ini Hehehe.
Ciaoooo !!! 😚😚
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro