Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

22. His Limit and His Family.

"Kamu bilang apa barusan?" Tanya Peter mewakili istrinya yang sedang syok begitu melihat putranya pulang dan mendengar perkataan putra semata wayangnya ini.

"Kenneth akan menikah dengan Alyssa dalam dua minggu kedepan." Ulang Kenneth dengan ucapan kaku datarnya seperti robot. Matanya menatap kosong kearah orangtuanya.

"Kamu tidak sal-"

Brakk!!!

Peter terkejut melihat istrinya tiba-tiba menggebrak meja di hadapan mereka. Alyssa yang datang bersama Kenneth juga terkejut. Tidak menyangka kalau bukan hanya Kembaran Kenneth yang buas, melainkan induknya tidak kalah buas. Tapi Alyssa tidak akan gentar. Ia memiliki kunci AS dan Kenneth sudah terperangkap kedalamnya.

"Kamu mau Mommy masukin lagi ke perut Mommy, Hah?! Atau mau Mommy kutuk kamu jadi batu?! Apa yang kamu bilang barusan? Mau menikah? Sama perempuan ini? Mommy mati sekalipun, Mommy tidak akan menyetujuinya!!!"

Peter berdiri dan menenangkan istrinya yang emosi. "Inget umur, Vi. Inget ucapan. Jangan asal ngomong!" Tegur Peter tapi tidak diindahkan oleh sang Istri yang murka melihat Putra satu-satunya berubah menjadi lelaki tidak berguna karena wanita iblis di sampingnya.

"Kamu ingat, Kenneth! Mommy lebih rela perusahaan peninggalan kakek kamu bangkrut dari pada kamu harus menikah sama perempuan ini." Seru Via, lalu mendelik tajam kearah Alyssa yang lagi-lagi tidak menyangka kalau keluarga Kenneth sangat... Jauh dari perkiraannya. "Dan Kamu, Siapapun nama kamu, saya gak mau tahu. Saya tidak akan pernah mau punya anak menantu seperti kamu. Bahkan jadi pembantu sayapun saya ogah!"

Alyssa terbelalak mendengar ucapan Via. Ucapan yang pernah terlontar juga dari bibir kembaran Kenneth, kembali ia dengar dan membuatnya menahan emosi dan keinginan untuk membungkam mulut wanita tua yang sialnya adalah ibu dari laki-laki pujaan hatinya.

Alyssa mengambil nafas dalam dan menghembuskannya sambil tetap mempertahankan senyum di bibirnya, image itu segalanya. Itu motto Alyssa.

"Tante kok ngomongnya seperti itu? Aku dan Kennethkan saling mencinta-"

"TANTE?! LO KIRA GUE NIKAH SAMA OM LO?!" Pekik Via memotong ucapan Alyssa. Peter sebenarnya ingin tertawa melihat istrinya yang emosi, tapi ia tahan. Peter memang tidak akan pernah dibuat bosan oleh Via. "Lo mau ngomong apa barusan? Saling mencintai? Lo liat nih ya anak gue, udah kayak manusia gak bernyawa deket-deket sama lo. Berani lo ngomong cinta sama gue. Gue suruh Daddynya Kenneth kentutin juga tinggal nama lo."

"Vi! Astaga... emangnya kentut aku itu apaan?" Protes Peter hendak tertawa melihat wajah sensi Istrinya.

Kenneth hanya diam. Ia sudah melakukan apa yang Alyssa perintahkan. Yaitu menyuarakan keinginannya untuk menikah meskipun keinginan itu bukan beradal dari dalam dirinya sendiri. Dan setelahnya, ia hanya akan membiarkan orang tuanya bertindak.

Alyssa menggoyang lengan Kenneth, menatapnya tajam seakan memberinya kode untuk bicara. Maka Kenneth dengan malas, kembali membuka mulutnya.

Meskipun Via bilang kalau ia rela perusahaan bangkrut, tapi bagi Kenneth, Ia akan melakukan apapun agar Perusahaannya dapat tetap berdiri kokoh. Untuk membuktikan kalau dirinya pantas menjadi pemimpin kelak.

"Mom, Dad, Kenneth akan tetap-"

"NGOMONG SATU KATA LAGI, KAMU MOMMY CORET DARI DAFTAR KELUARGA DAN JADI GELANDANGAN DI LUAR SANA." Ancam Via berang melihat Putranya yang entah kenapa jadi membuatnya naik darah begini.

"Via..." Peter kembali mencoba menenangkan Istrinya yang masih dibakar emosi.

Suara kode akses di pintu memecahkan ketegangan, Via menoleh, menunggu siapa yang akan melewati pintu itu mengingat ini sudah pukul 9 malam, dan Kelly juga belum pulang.

Biasanya Via akan membiarkannya, karena Via memang tidak membuat jam malam untuk anak-anaknya asalkan kegiatan mereka positif dan pulang dalam keadaan sadar. Tapi Hari ini, Via merasa akan melemparkan sumpah serapah kalau Kelly yang masuk melewati pintu itu. Karena Via memang sedang diliputi emosi.

Suara senandung terdengar dan Via sudah siap melayangkan omelannya ketika melihat Alleira datang membawa satu buah kotak di tangan Kanannya sambil bersenandung pelan. Ia masih tidak sadar kalau ada tiga pasang mata kecuali Kenneth yang memperhatikannya hingga Alleira melangkah masuk menaiki satu gundukan tangga menuju ke ruang tamu, tempat dimana keempat orang itu sedang berkumpul.

Mendadak, emosi dan amarah Via menguap entah kemana begitu melihat Alleira. Ia tersenyum lebar.

Sedangkan Alleira berhenti bersenandung dan terpaku melihat Alyssa dan laki-laki disampingnya yang bisa ia pastikan kalau itu adalah Kenneth.

Kita jadi kan bertemu keluarga kamu malam ini? Ucapan Alyssa tadi siang masih terngiang di kepala Alleira, dan Alleira menyesal menerima perintah Mommynya untuk mengantar Kue ke Penthouse Kenneth. Ia tidak tahu kalau pertemuan itu akan diadakan disini.

"Maaf, Aku gak tahu kalau Tante dan Om lagi ada tamu." Ucap Alleira sambil tersenyum. Kenneth berbalik dengan cepat begitu mendengar suara Alleira dan tatapan mereka bertemu sebentar sebelum Alleira memutuskannya terlebih dahulu. Ia baru hendak berbalik sebelum Via secepat kilat langsung menghampiri Alleira dan menggamit lengan gadis itu, tidak membiarkannya keluar.

"Ah kamu kayak sama siapa aja, Le. Tamunya gak penting kok. Yuk masuk." Ajak Via yang memperlakukan Alleira 180° bedanya dari cara ia memperlakukan Alyssa tadi. Bahkan suaranya menjadi sangat lembut hingga membuat Peter takjub dengan perubahan mengerikan suasana hati Istrinya itu.

Tamu tidak penting yang Via maksud berdiri. Ia sepertinya tidak menyadari posisinya yang tidak menguntungkan dan terlalu mengandalkan kartu AS yang tidak bisa mempengaruhi Via sama sekali. Ia melipat kedua tangan di depan dadanya dan menatap tajam Alleira, seakan Alleira adalah tamu yang tidak diundang disini.

Via tidak peduli dengan Tamunya itu dan lebih memilih menggiring Alleira menuju ke dapur dari pada darah tinggi meladeni Alyssa.

"Kamu bawa apa, sayang?" Tanya Via sambil mengambil alih kue di tangan Alleira dan membukanya di meja makan. "Wahhh, kelihatannya enak. Memang, tidak perlu diragukan kali semua masakan Rere." Ucap Via kagum.

Alleira terkekeh kecil dan berdeham, "S-sebenarnya, aku yang membuatnya." Ucapnya malu-malu.

"Hah? Beneran? Kamu yang buat? Wah! Jangan disentuh dulu, jangan dipotong. Mau Tante abadikan dulu. Foto kue pertama dari calon menantu kesayangan Tante." Ujar Via bersemangat sambil meraba kantungnya dan tidak menemukan ponselnya. "T-tunggu sebentar, tante ambil hp di kamar dulu. Kamu jangan kemana-mana! Jangan dipotong ya!" Wanti Via sambil berlari.

Peter yang melihat istrinya berlari-lari hanya bisa menggeleng sambil menyusul istrinya itu. Takut kalau istrinya terjatuh, mengingat usia mereka tidak lagi semuda dulu.

Alyssa yang mendapati kesempatan melabrak Alleira, berjalan kearah dapur dan berhadapan langsung dengan gadis itu.

"Mau cari perhatian lo dateng kesini, hah?" Tanya Alyssa langsung. Alleira yang sedang mempersiapkan piring kecil untuk kue tersebut berbalik dan menghiraukan ucapan Alyssa barusan. "Gue kasih tahu sama lo! Apapun yang terjadi, gue akan tetap menikah sama Kenneth. Jadi jangan jadi pengganggu dan mending lo segera pergi. Lo merusak acara pertemuan keluarga gue, tau?!" Sinisnya yang lagi-lagi Alleira lebih memilih untuk diam hingga terdengar bunyi sesuatu yang terjatuh dan Alleira berbalik.

Kue buatannya sudah tidak berbentuk lagi mencium lantai. Alyssa yang melakukannya hanya tersenyum senang mendapati kilatam emosi di mata Alleira. Alyssa sengaja memancing emosi Alleira agar ia bisa menunjukan pada keluarga Kenneth, seberapa 'baik' calon menantu kesayangan mereka ini.

"Kamu..." Alleira berdiri. Ia tidak bisa berkata-kata menatap kuenya yang jatuh itu. Kue favorit Kenneth, New York Cheesecake, kini sudah tidak berbentuk. Bahkan sudah tidak layak makan lagi.

Via kembali dan berjengit kaget, "Astaga apa yang terjadi?" Tanya Via yang juga kaget melihat kondisi kue di depannya sudah terlihat mengenaskan di lantai.

"Ta-tante... tadi aku ingin membantu Alleira menyiapkan kuenya, tapi Alleira malah memarahiku dan dia melempar kue ini kearahku. Untung aku bisa menghindar kalau tidak..."

Alleira tidak peduli akting apa yang sedang Alyssa lakukan. Ia merasa sedih kue kesukaan Kenneth tidak bisa lagi ia hidangkan.

Kenneth yang mendengar keributan dari dapur ikut menghampiri Alyssa dan Via serta Peter.

Matanya menatap Alleira yang sedang berjongkok di depan kue yang hancur, menunduk, dan berusaha memungut kue itu.

Kenneth melihat bahu bergetar Alleira yang ia tahu rasa sedang menahan tangis.

Mengikuti intuisinya, Kenneth berjalan melewati Alyssa.

"Kenneth, gadis isi menye- Kenneth!!" Alyssa berdecak kesal saat Kenneth mengabaikannya dan memilih ikut berjongkok di depan Alleira.

Alleira tidak menyadari keberadaan Kenneth karena ia terlalu sedih melihat kuenya yang sudah pasti harus berakhir di tempat sampah.

Namun kemudian, tangan besar dan terlihat kokoh membuyarkan lamunannya. Tangan milik Kenneth itu mencolek bagian atas Kue dan memasukkan jarinya ke dalam mulut.

Mata berair Alleira mengikuti gerak gerik Kenneth. Ia menahan nafas melihat wajah Kenneth sedekat ini. Rasanya seperti jatuh cinta untuk kesekian kalinya pada pemuda ini. Ia tertegun.

"Kuenya enak kok. Bagian atasnya masih bisa di makan." Ucapnya sambil tersenyum, lalu tangannya yang lain terulur ke kepala Alleira, mengacak rambut gadis itu pelan. "Kamu gak perlu nangis."

Airmata Alleira mengalir lagi, ini Kennethku. Ini benar-benar Kennethku. Batinnya berteriak rindu. "Kenneth..." ia terisak kecil

Alyssa melihatnya dan ia kembali meradang, "Menjijikan! Kenneth! Itu kotor!" Serunya mencoba menarik lengan Kenneth tapi Kenneth tidak bergeming. "Kedatangan kamu kesini itu hanya merusak suasana tahu, gak?!" Alyssa menatap Alleira tajam. Dan Via yang memang tidak sengaja mendengar seluruh ucapan kasar Alyssa sebelum kue itu dijatuhkan, kembali berang.

"Daddy ambil kaca!!" Seru Via.

"Kaca? Kaca apaan?" Tanya Peter mengalihkan perhatiannya dari anak serta calon menantunya itu kearah istrinya.

"Kaca apa aja! Cepet!" Seru Via dan Peter langsung melesat pergi lalu kembali lagi dengan kaca kecil di tangannya. Via merebut kaca itu kasar dan langsung meletakkan kaca itu didepan hidung Alyssa. "Saya rasa anda tidak punya kaca dirumah, hm? Ini, Ambil dan anda tidak perlu mengembalikannya. Anggap ini souvenir dari saya. Sekarang anda bisa keluar sebelum saya menarik rambut anda secara paksa dan menyeret anda keluar dari sini!!!"

"Ini penghinaan, Tante!!! Tante pikir-"

"Gue emang bermaksud menghina lo dari tadi! Kemana aja lo baru nyadar?" Gerutu Via kembali emosi. "Dengar ya! Sekali lagi saya ulangi! Saya tidak peduli perusahaan itu bangkrut sekalipun. Saya TIDAK AKAN PERNAH menyetujui Putra saya menikah sama anda! Sekarang keluar! Anda tahu dimana pintu keluarnya." Usir Via tidak peduli. Dari awal ia memang tidak menyukai gadis ini.

Tipe wanita penggoda yang kekurangan laki-laki.

Memuakkan.

"Kenneth!!!" Alyssa merengek, namun Kenneth tidak bergeming.

Alleira bisa menangkap rahang Kenneth mengeras. Laki-laki ini menahan segala egonya dan membiarkan Alyssa menginjak-injak harga dirinya. Alleira tidak mau melihat Kenneth seperti ini.

Alleira kemudian berdiri. Kenneth mendongak melihat gadis itu.

"Medusa, apapun rencana kamu, aku gak akan membiarkan Kenneth masuk kedalam perangkap kamu. Meski Tante Via merelakan perusahaannya bangkrut, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Aku akan melindungi Perusahaan itu dan juga Kenneth. Aku akan mencari jalan keluarnya dan kamu hanya jalan buntu, bukan jalan keluar!" Ucap Alleira telak.

Alyssa tidak tahan. Ia tidak lagi bisa berpura-pura baik disaat ia sudah disudutkan sedemikian rupa. Ia mengangkat tangannya hendak menampar Alleira, namun Kenneth mentamengi Alleira hingga akhirnya tamparan itu mendarat di pipinya.

Alleira terkejut saat mendengar bunyi tamparan itu. Via dan Peter tercengang melihat aksi berani Alyssa di kandang lawan.

"Benar-benar tidak tahu diri!" Geram Via kesal.

Namun sebelum Via bertindak, Kenneth lebih dulu berkata, "Sudah cukup, Alyssa! Aku tidak akan menuruti perkataanmu lagi. Aku tidak sudi menikah dengan wanita sepertimu! Aku akan menyelamatkan perusahaan dengan cara lain. Berhenti membuat keributan dan keluar dari rumah ini!" Suara bariton Kenneth menggelegar membuat nyali Alyssa menciut.

Alyssa tidak pernah melihat Kenneth semarah ini. Alleira juga sama. Kenneth tidak pernah semarah ini. Ia ingat kalau Kenneth pernah marah padanya saat mereka masih SMA dulu. Saat Mantan pacar Kenneth menghina Alleira dan juga Keira. Dan juga saat Nicholas mendekati Alleira. Selebihnya, Kenneth berada dalam emosi stabil selama tidak ada yang mengusik Alleira.

"Kamu ngusir aku?" Tanya Alyssa. "Aku minta maaf, aku gak tahu kamu akan tiba-tiba berdiri tadi... jadi..." tangannya berusaha menyentuh lengan Kenneth, namun ditepisnya dengan keras.

"Berhenti berpura-pura karena itu semua terlihat menjijikan!!" Desis Kenneth.

Alyssa menggeleng dan tertawa renyah. "Lo akan menyesal, Kenneth. Kalian semua... Kalian semua akan menyesal telah mempermalukan gue!!!" Teriaknya.

Via menutup telinga, menghalau teriakan Alyssa untuk menghancurkan gendang telinganya. "Gue akan nyesel kalau gak melakukan ini setidaknya sekali sama lo!" Seru Via yang langsung meraih rambut Alyssa dan menyeret gadis itu menuju ke ruang tengah.

"Lepas!! Ahh... sakit... Lepass!!! Tante gila!!! Ah..."

Via tidak memperdulikannya, ia masih asik menyeret Alyssa hingga keluar dari pintu Penthousenya, mendorong gadis itu keluar, dan...

BLAMMMM

Via menutup pintu itu dengan kencang lalu menepuk tangannya seakan rambut Alyssa barusan penuh dengan debu.

"Tasnya ketinggalan, Vi." Peter menghampiri sambil menunjukan tas yang tadi di bawa Alyssa.

Via menghela nafas, apa lagi saat pintu digedor dan teriakan makian terdengar dari luar. Padahal Penthouse ini memiliki sistem kedap suara. Bisa dibayangkan seberapa keras Alyssa berteriak di depan.

"Kamu telepon sekuriti suruh ke atas. Bilang ada gorila ngamuk, merusak ketenangan." Perintah Via yang langsung dijalankan oleh Peter. Peter takjub melihat keganasan istrinya ketika sedang emosi seperti ini. Dan istilah senggol bacok, memang berlaku untuk istrinya. Jadi lebih baik menurut dari pada menjadi lemper atau berakhir seperti Alyssa.

Via membuka pintu yang sedang di gedor oleh Alyssa. Kenneth dan Alleira baru sampai di belakang Via setelah merapihkan kue yang berserakan.

Alyssa berhenti menggedor-gedor dan menatap tajam Via yang tidak gentar dengan tatapannya. Malahan Via dengan santainya melempar tas Alyssa hingga masuk kedalam tempat sampah di sebelah lift.

Kenneth tercengang dan hendak tertawa. Alleira terperanjat dan menutup mulutnya. Dalam hati, ia merasa kalau Via sedikit kelewatan, dan merasa kasihan dengan Alyssa. Tapi Alleira tidak menyuarakannya.

Alyssa melotot melihat tas mahalnya masuk ke salam tempat kotor itu, sedangkan Via menatap puas ke tempat sampah itu. Tanpa mengucapkan satu patah katapun, Via kembali menutup pintu itu dengan kencang tepat di depan hidung mancung Alyssa.

"M-mommy keren..." komentar Kenneth yang menggeleng tidak percaya. Ia tertawa kecil. Sekarang Kenneth tahu, dari mana sifat seenaknya Keira didapatkan.

"Usir yang begituan mah urusan kecil. Udah pengen Mommy lakuin dari pertama kamu bawa kesini." Ujar Via puas. Setelah melihat suaminya kembali, Via menanyakan perihal sekuriti yang dimintanya dan dijawab dengan anggukan oleh Peter.

Ia lalu beralih menatap Kenneth tajam, menghampiri laki-laki itu, dan menjewer telinganya kencang. Harus sedikit berjinjit karena tinggi badan Kenneth. Tapi setelahnya, Kenneth yang membungkuk akibat Via.

"AAAAHH AHHHH MOMMMM..." protes Kenneth.

"Sekarang saatnya kasih kamu pelajaran! Berani-beraninya bawa pulang cewek lain. Pake acara bilang mau nikah lagi! Kamu mau jadi anak durhaka? Iya? Mau masuk kedalem perut lagi? Hah?" Omel Via sambil menarik Kenneth kedalam.

Alleira tidak tega melihat Kenneth, tapi Via memang tidak bisa dibantah. Ini juga pernah terjadi saat Kenneth menolong Alleira yang diculik dulu.

Semoga saja potongan memori itu bisa mengampiri Kenneth dan membuatnya sedikit ingat.

Peter yang memilih tidak terlibat, akhirnya hanya menggidikkan bahu dan melihat punggung anak serta istrinya menjauh. Ia melirik kearah Alleira dan tersenyum, "Mau makan kue?" Tanya Peter yang dijawab anggukan Alleira.

Selagi menunggu persidangan Kenneth dan Via, Alleira dan Peter lebih memilih menunggu hasilnya. Kemudian Peter merangkul bahu Alleira dan menggiringnya menuju ke dapur untuk menyantap kue buatan Alleira yang sudah hancur itu.

***

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro