Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

17. Brilliant or Dangerous Plan?

Kenneth menatap punggung gadis yang sedang sibuk namun cekatan mengganti popok ketiga keponakannya itu dengan tatapan kagum.

Gadis tarzannya bisa juga bersikap lembut dan gentle. Dan Kenneth yakin kalau Alleira akan menjadi Mommy yang baik nantinya.

Lihat saja ketiga keponakan Kenneth sudah diam setelah menangis untuk waktu cukup lama. Kalau ia harus mengurus mereka sendiri, sepertinya ia akan stress dalam 1 jam kedepan.

"Mereka minum susu formula? Atau ASI?" Tanya Alleira yang sudah berbalik sambil menggendong Auryn di pelukannya.

"Keira sudah mempersiapkan ASI. Tunggu, biar aku carikan." Kenneth bangkit dari posisinya yang duduk di pinggir ranjang dan menghampiri kotak putih asing yang terletak di ujung ruangan. "Mereka mau minum sekarang?" Tanyanya sambil mengangkat salah satu Plastik berisi ASI Beku dari kulkas.

"Ehm..." Alleira melirik kearah jam yang menunjukan pukul 8 pagi, "Sebentar lagi mungkin." Ucapnya.

Kenneth mengangguk dan kembali meletakkan bungkusan plastik itu ke tempat semula. Ia lalu berdiri dan menghampiri box bayi di dekat Alleira dan melihat kedua keponakannya yang lain sedang asik bermain sambil mengemut tangan mereka. Lalu Kenneth beralih menatap Alleira yang sedang bercanda dengan Auryn.

"Terima kasih, Al. Aku gak tahu kalau gak ada kamu, aku harus gimana." Ucapnya tulus.

Alleira sengaja tidak mau menatap mata teduh laki-laki itu, atau sekedar melirik.

Kegundahan, kekecewaan, dan kepedihan hatinya masih belum tertata.

"Kalau tidak ada lagi, saya mau permisi kembali." Ucap gadis itu sambil meletakkan Auryn kembali kedalam box bayi.

Mata gadis itu tidak sengaja bertemu dengan mata Kenneth yang menatapnya sendu, namun dengan cepat Alleira menepis pandangan itu dengan menatap kearah lain.

"Kamu masih marah sama aku?" Tanya Kenneth pelan.

"Saya tidak ada alasan untuk marah." Ucapnya kembali datar setelah tadi ia sempat berkata lembut dengan Kenneth saat mengganti popok sikembar. "Saya kembali lagi nanti setelah waktunya si kembar minum susu, saya permisi." Ucapnya langsung berjalan melewati Kenneth begitu saja.

Kenneth tidak mengejarnya. Bukan karena tidak ingin, tapi karena Kenneth ingin memberi ruang untuk Alleira bernafas. Setidaknya Alleira sudah berjanji akan kembali lagi nanti.

"Apa sebenarnya yang Mommy kalian rencanain, hm?" Tanyanya pada ketiga kurcaci di dalam box bayi yang tentu tidak ada jawaban apapun yang ia dapat.

Tidak berapa lama, pintu kamar Kenneth kembali terbuka dan Alleira menatap Kenneth dengan wajah pucat.

"Kamu kenapa?" Tanya Kenneth panik, ia menghampiri Alleira.

"Ehm... t-tadi... Kode Penthouseku... Berapa?" Tanyanya ragu.

Kenneth mengernyit, "kamu lupa kode penthouse kamu?"

Alleira menggeleng, matanya menatapku lurus, "Aku masukin kode yang biasa, tapi gagal. Ada yang ngubah kode penthouse aku."

Kenneth semakin mengernyit. Tidak mungkin. Tadi dia masih bisa masuk kedalam dengan kode yang sama.

"Kamu tunggu disini dulu. Biar aku coba buka penthouse kamu." Saran Kenneth yang langsung melewati tubuh kecil Alleira dan berjalan menuju ke pintu pintu Penthouse Alleira.

Kenneth mencoba menekan kode yang sama, namun gagal. Memang ada yang mengubah kode pintu ini. Apa ini juga bagian dari rencana Keira?

Akhirnya Kenneth menyerah dan kembali ke penthousenya. Ia menghampiri Alleira yang sedang berdiri di samping box bayi. Alleira yang menyadari kedatangan Kennethpun menatap Kenneth penuh harap, namun Kenneth hanya menggeleng.

"Kayaknya ada yang ngubah kode itu." Ucap Kenneth pelan.

Alleira menghela nafas pasrah dan menatap box bayi.

"Emmm.. memangnya, kamu mau ngapain? Kamu mau mandi? Kamu bisa mandi disini." Saran Kenneth berusaha menenangkan suasana jantungnya yang sedikit menggebu. Kenneth melihat Alleira menggigit bibir bawahnya. Bibir yang sangat ingin Kenneth cium. "A-aku bisa ambilin baju Kelly atau Keira untuk kamu. S-sebentar ya."

Kenneth segera berjalan cepat menuju ke pintu yang ada di sebelah kamarnya.

Terkunci.

Ia menuju ke kamar lainnya, dan keadaannya sama. Semua kamar terkunci termasuk kamar Orang tuanya. Bahkan kunci cadangan juga tidak ada dimanapun dan ruangan yang tidak terkunci hanyalah kamar Kenneth.

Ini bagian dari rencana Keira? Dia sudah gila?

Kenneth kembali ke kamar tidurnya dan menatap Alleira penuh penyesalan. "Bagaimana kalau pakai bajuku? Semua kamar terkunci, dan kunci cadangannya tidak ada di manapun." Ucapnya. Takut kalau Alleira kembali mengamuk dan menilai Kenneth sengaja.

Kenneth berjalan kearah larinya, hendak mencari kausnya yang kiranya cukup untuk dipakai Alleira, tapi apa yang ditemukan, membuatnya ingin mencekik Keira.

Ini mau bantuin gue baikan, atau mau bikin gue dibunuh?

Hanya kemeja putih miliknya yang ada di dalam lemari bersama dengan baju-baju bayi milik keponakannya. Tidak ada kaus, atau celana. Hanya kemeja putih yang kalau Kenneth bayangkan Alleira memakainya, itu akan sangat menggoda iman.

Kenneth melihat sebuah sticky note yang menempel di pintu bagian dalam lemari dengan tulisan Keira.

Gunakan waktu sebaik-baiknya.

P.s. kata om Alvero, jangan berbuat macam-macam! 😉

"Bagaimana? Ada baju yang bisa kupakai?"

Suara Alleira mengejutkan Kenneth. Ia langsung meremas sticky note tersebut dan menutup pintu lemari dengan rapat.

"A-aku beliin kamu baju aja sebentar." Ucapnya terbata-bata. Alleira hanya mengernyit menatapnya bingung.

Gimana bisa gak ngapa-ngapain kalau Alleira sampai pakai kemeja gue? Gue gak bisa janji kalau gue bakalan bisa tahan diri. Batinnya merutuk sembari meraih dompetnya di meja kerja.

Kok... kayaknya tipis banget? Karena penasaran, ia membua dompet itu dan tercengang karena seluruh kartu ATM, kredit, debit, apapun itu sirna dari dalam sana. Hanya sticky note yang sama seperti di lemari tadi yang menempel disana.

Pinjem semua kartu lo, Kak. Gue rasa lo ga bakalan memerlukan semua kartu ini untuk jaga triplets. Berhubung dirumah gak ada sayuran, gue ada sisain duit untuk lo belanja makanan dua hari sama Alle. Semoga cukup ya, Kak!

Kenneth membuka lipatan dompetnya dan menemukan uang beberapa puluh dolar yang bahkan tidak akan cukup untuk membeli atasan Alleira.

Shit. Keira sengaja banget ngejebak gue dalam situasi sulit. Gerutunya.

Alleira berdeham, membuat Kenneth berbalik menatapnya dan nyengir seperti orang bodoh.

"Kalau kamu pakai kemeja aku... gak masalah, kan?" Tanyanya ragu. Namun Alleira terbelalak dibuatnya.

*

Alleira tidak percaya kalau dirinya akan terperangkap lagi bersama dengan laki-laki yang sama yang berhasil memporak-porandakan perasaan dan dirinya.

Karena Kenneth yang menariknya tiba-tiba pagi tadi, ia tidak membawa apapun dengannya saat ini selain baju tidur satinnya yang sudaj berganti dengan kemeja putih milik kenneth yang kebesaran di tubuhnya.

Ia tidak mempunyai pilihan lain selain menerima tawaran kemeja ini dari Kenneth setelah memastikan kalau Kenneth tidak berbohong. Seluruh ruangan diPenthouse terkunci dan hanya kemeja yang ada di dalam lemari Kenneth.

Ia bisa saja mengenakan pakaian tidurnya terus, tapi Alleira tidak pernah menyukai menggunakan pakaian tidur seharian.

Dengan berat hati, ia menerima tawaran Kenneth.

Dibalik kemeja kebesaran itu, Alleira hanya mengenakan pakaian dalamnya yang sejujurnya menurut Alleira sedikit menerawang akibat kemeja yang ia kenakan. Tapi apa boleh buat. Ia tidak membawa dompet atau ponsel. Dan Kenneth hanya memiliki beberapa puluh dollar di dompetnya untuk membeli keperluan makanan kami.

Bos kere! Gerutu Alleira seraya menyeduh susu paginya yang tertunda.

Apa yang harus Alleira lakukan? Alleira merasa canggung berdekatan dengan Kenneth. Ia masih tidak biaa melupakan ucapan wanita bernama Alyssa itu dan juga perlakuan Kenneth yang seperti bunglon. Kadang lembut, kadang menyebalkan.

Hanya bersama Sean saja ia bisa setidaknya merasa sedikit bisa bernafas lega.

Kenapa juga Kenneth gak minta si washabi itu untuk datang? Alleira membatin sambil melirik kearah kamar tidur Kenneth.

Ia sengaja meninggalkan Kenneth dan si kembar sendiri setelah selesai memberi mereka susu. Karena Alleira masih ingin menenagkan pikirannya yang bercabang.

Matanya kemudian melirik kearah jam yang sudah hampir menunjuk ke pukul 11. Kenneth sepertinya belum sarapan. Ia membatin.

Tapi tadi Alleira sudah mengecek stok bahan masakan di kulkas dan ia tidak menemukan apapun. Bahkan roti tawar saja tidak ada. Untungnya stok susu kental manis masih ada, jadi Alleira bisa mengganjal perut.

Setelah berperang batin cukup lama, akhirnya Alleira memutuskan untuk kembali ke kamar Kenneth yang sunyi.

Alleira membuka pintu perlahan dan ia menegak salivanya susah payah melihat apa yang ada di atas kasur.

Kenneth memang masih bertelanjang dada, ia tertidur dengan ketiga anak Keira. Satu di sisi kanan, satu di sisi kiri memeluk tangan Kenneth, dan satu lagi di atas dada Kenneth. Mereka tertidur bersama, tidak terganggu meski suara dengkuran Kenneth sedikit kencang.

Alleira tidak sadar kalau ia sedang mengulas senyumnya melihat kebersamaan kecil itu. Kehangatan yang hati kecilnya teriakkan kalau dirinya mendamba.

Tapi senyum itu memudar perlahan saat ia sadar kalau semua itu hanya impian. Impian yang bukan untuk menjadi nyata, tapi hanya sebagai pemanis dalam hitam putih kehidupannya.

Apa sebelum aku kehilangan ingatan, aku pernah memimpikan hal ini? Ia membatin sambil tersenyum masam.

Ia kemudian berjalan mendekati kasur dimana Kenneth sedang tertidur dan menggoyang lengan Kenneth pelan.

"Ken..." panggilnya pelan. Ia tidak mau mengganggu tidur orang lain selain Kenneth. "Kenneth..." panggilnya lagi.

"Ehmm..."

Suara seraknya membuat bulu kuduk Alleira berdiri.

"Kenneth bangun..." Alleira kembali menggoyang tubuh Kenneth. Sentuhan tanganny di kulit telanjang Kenneth memberi sensasi yang tidak terjelaskan.

"5 menit lagi, Mom..." ucapnya nampak masih tidak mau membuka mata.

"Kenneth!" Alleira tidak mempunyai pilihan lain selain sedikit berseru dan mencubit lengan Kenneth yang sulit untuk dibangunkan.

"Aw... shhh... Alle?"

Matanya terbuk dan menatap Alleira yang membuatnya seketika terbelalak. Apalagi kalau bukan karena pakaiannya yang menggoda.

"Dirumah kamu gak ada bahan makanan. Kamu harus belanja, jadi aku bisa masak makanan untuk kita berdua." Ujar Alleira sambil berkacak pinggang. Ia tidak menyadari arti tatapan Kenneth padanya.

"Ehmm... i-iya. A-aku..." Kenneth tidak melanjutkan ucapannya, ia menatap ketiga kurcaci kecil yang tidur di sekelilingnya dan menatap Alleira lagi, "Bisa tolong pindahin mereka?" Tanyanya sambil nyengir.

Tanpa disuruh dua kali, Alleira meraih tubuh kecil Alceo yang sangan nyaman memeluk lengan Unclenya, lalu memindahkan Alceo ke keranjang bayi. Begitu juga dengan Austin yang tertidur di sisi lain dari Alceo.

Saat Alleira berbalik dan ingin mengambil Auryn dari dada Kenneth, Ia terkejut saat melihat Kenneth sudah bangun sambil menggendong Auryn yang masih tertidur dengan sebelah tangannya, dan tangan lainnya mengucek mata sambil menguap.

Pemandangan surgawi. Batin Alleira bersorak.

"Kamu gak mau ikut? Aku gak bisa belanja sayur." Tanyanya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

ahhh! Kenapa kami jadi terlihat seperti pasangan pengantin? Rutuk Alleira teridam.

"Al?" Kenneth meraih pipi Alleira yang tiba-tiba memerah. Alleira terkejut dan refleks mundur selangkah saat tangan hangat Kenneth menyentuh pipinya. Kenneth hanya tersenyum simpul dan menurunkan tangan yang tadi sempat mengelus pipi Alleria. "Aku pergi sendiri kalau begitu." Putus Kenneth. Ia langsung meletakkan Auryn di keranjang bayi dan berjalan begitu saja melewati Alleira yang masih berusaha menenangkan deru jantungnya yang seperti petasan malam tahun baru, tidak memiliki jeda istirahat.

Setelah merah kemeja dari lemari baju, Kenneth berjalan kearah pintu dan masih sempat melihat kearah Alleria yang masih di posisi yang sama. Ia kembali tersenyum kecil dan keluar kamar.

*

"Auuu... aaaa... uuuu... aaaaa..." Kenneth menirukan suara Alceo yang sedang bergumam sambil mengangkatnya tinggi-tinggi,  bermaksud menggoda bayi tampan yang katanya mirip dengan Kenneth itu. Austin dan Auryn bersisian tidur di atas kasur kecil yang sengaja Kenneth gerai di ruang keluarga.

Kenneth sengaja membawa ketiga anak itu keluar kamar selain karena bermaksud menemani Alleira memasak, tapi juga... sebenarnya tidak ada alasan lain sih. Murni karena Kenneth ingin menemani Alleira.

Diposisi duduknya sekarang, ia bisa melihat tubuh langsing Alleira yang dibalut dengan kemejanya sedang bergerak lincah di dapur, memasak sesuatu untuk dimakan oleh mereka.

Setelah sebelumnya, Kenneth sempat diomeli karena membeli sayuran yang dinilai tidak fresh oleh Alleira.

Salahnya sendiri menyuruh aku yang belanja. Seperti itulah batin Kenneth saat Alleira tidak berhenti memprotes tadi.

"Alceo bau acemmm... belom mandi ya?" Tanya Kenneth sambil mencium ketiak Alceo. Ia sengaja berbicara dengan keras agar Alleira mendengar. Akan lebih bagus kalau Alleira menyahutinya meski dengan omelan. Itu lebih baik dari pada bicara sendiri seperti ini.

Kenneth menghela nafas, kei, tujuan lo rencanain ini apaan sih?

Ia kembali menatap punggung Alleira dikejauhan. Apa begini rasanya kalau hidup berumah tangga sama gadis tarzan itu? Ini sih rumah tangga rasa perang dunia.

"Kamu mau makan dulu? Aku bisa jaga mereka." Kenneth mengerjap dan mendapati Alleira sedang menatapnya.

"Makan bareng aja." Tawar Kenneth sambil meletakkan Alceo di sisi Austin.

"Mereka gimana?" Tanya Alleira bingung saat melihat Kenneth berjalan kearah kamar tidurnya. Kenneth sudah kembali melepas kemeja yang sempat ia kenakan karena katanya panas.

Kenneth kembali sambil menggotong box bayi dari kamarnya menuju ke ruang keluarga dan dengan perlahan meletakkan ketiga keponakannya kedalam. Tidak lupa dengan mainan-mainan mereka.

Lalu Kenneth mendorong box bayi tersebut ke depan meja makan hingga mereka bisa tetap menjaga ketiga kurcaci itu selama makan.

"Begini gak apa-apa, kan?" Tanya Kenneth meminta persetujuan Alleira.

Alleira tersenyum kecil dan mengangguk. Ia kembali kedalam dapur diikuti oleh tatapan mata Kenneth dan kembali sambil membawa beberapa lauk yang diolah Alleira tadi.

"Looks delish." Ucap Kenneth sambil tersenyum.

"Semoga rasanya bisa di toleransi." Ucap Alleira yang sudaj mengambil tempat duduk di sisi Kenneth.

Kenneth menyantap makanan yang di hidangkan tanpa banyak protes. Menurutnya masakan Alleira itu sangat lezat. Bayangan tentang berumah tangga dengan Alleira kembali memasuki kepalanya.

"Kamu gak ada janji kan hari ini?" Tanya Kenneth berhati-hati. Ia sangat berharap kalau Alleira tidak akan menjawab 'apa urusan anda' seperti yang sudah-sudah.

Dan harapannya terkabul.

Alleira menggeleng. Kalaupun ada, gimana gue bisa keluar cuman pakai kemeja?

Kenneh ingin bertanya mengenai hal kemarin, tapi setengah mati ia tahan. Ia tidak mau merusak mood yang pada akhirnya menyebabkan Alleira tidk menyelesaikan makannya.

Tapi emang dasarnya penasaran, dan seluruh tubuh dan hati yang memang sudah mengkhianati logika, mulut Kenneth memulai pertanyaan itu.

"Mengenai kemarin, kamu pergi sama Sean?"

Tangan Alleira berhenti menyendoki makanannya setelah mendengar pertanyaan itu dari bibir Kenneth, dan Kenneth mulai sumpah serapah mengutuki kebodohan dirinya yang tidak bisa bersabar sampai selesai makan.

"Iya." Jawab Alleira pelan. Ia lalu melanjutkan makannya lagi tapi dengan sedikit minat.

Kali ini Kenneth lebih mengontrol dirinya, menekan keegoisannya untuk bertanya lanjut dan lebih memilih melanjutkan makan.

Tawa ketiga anak kembar itu yang mengisi ruang makan. Tapi tetap saja, momen canggung yang terlanjut Kenneth ciptakan, tidak bisa hilang begitu saja oleh tawa mereka.

Kecanggungan berlanjut hingga mereka selesai makan dan sore harinya. Meskipun mereka berada diruangan yang sama, tapi mereka memilih untuk menyibukkan diri mereka sendiri. Bercanda dengan anak kembar tersebut secara bergantian, mengabaikan kehadiran satu sama lain.

Hingga saat ketiga anak kembar itu terlelap di sore hari, barulah mereka secara mau tidak mau mengakui keberadaan mereka. Tidak ada ponsel yang bisa mengalihkan perhatian, hanya ada televisi yang entah kenapa menayangkan siaran drama percintaan.

Kennethlah yang pertama kali membuka suara untuk memecahkan kecanggungan itu.

"Kamu capek? Kalau kamu mau istirahat, kamu bisa tidur di kamar aku sama anak-anak." Tawar Alleira yang dijawab dengan gelengan.

Kenneth sedang berdiri di belakang sofa, sedangkan Alleira duduk di atas sofa.

Kenneth kemudian berjalan memutar dan duduk di sisi Alleira dengan jarak yang lumayan besar.

"Aku memutuskan untuk mencoba mengingat ingatan aku yang hilang." Ucap Kenneth. Alleira mendengarnya, makanya ia terkejut. Tapi Alleira tidak bergeming.

"Ada suatu hal yang gak bisa aku jelaskan terjadi di diri aku. Dan aku merasa kalau jawaban akan aku dapatkan kalau aku bisa mengingat apa yang aku lupakan itu." Kenneth menoleh dan menatap Alleira yang masih memilih menatap layar hitam televisi di hadapan mereka. "Dan kamu akan jadi orang pertama yang aku cari kalau jawaban atas pertanyaanku sekarang, sama dengan apa yang sedang aku pikirkan."

"Bulan depan aku akan bekerja untuk Sean." Ucap Alleira.

Kenneth merasa ada sesuatu yang membakarnya ketika Alleira menyebut nama Sean sebagai kalimat pembukanya. Namun Kenneth semakin terbakar ketika Alleira melanjutkan ucapannya.

"Dan aku akan mengikuti Sean untuk ke Korea, membantunya mengurus kantor pusatnya di Gangnam." Alleira menoleh dan menatap Kenneth. Menangkap tatapan marah, kecewa, dan sedih yang terpancar dari mata Kenneth.

"Apa aku gak bisa meminta kamu untuk merubah keputusan kamu?" Tanya Kenneth. "Apapun yang kamu minta aku lakukan, aku akan turuti, tapi jangan pergi. Aku perlu kamu untuk mengingat kenangan kita dulu."

Alleira tersenyum meremehkan Kenneth. Alleira tidak terlalu terpengaruh dengan sifat bunglon Kenneth sekarang yang mudah berubah-ubah.

"Kenangan? Banyak orang yang ingin melupakan kenangan, tapi kamu malah mau mengingatnya." Ejek Alleira sambil merunduk, melihat jari-jari kakinya yang bergerak-gerak, menyuarakan kegelisahan yang tidak terkatakan.

"Kalau kenangan itu buruk, jelas orang akan memilih untuk melupakannya." Ucap Kenneth menanggapi ejekan Alleira. "Tapi aku yakin kalau kenangan kita bukan sesuatu yang buruk." Kenneth menatap Alleira dengan tatapan teduhnya. Perlahan jarak mereka terkikis karena Kenneth bergerak mendekat sedikit demi sedikit.

"Dari mana kamu yakin?" Tanya Alleira, ia memahan nafasnya. Dadanya berdegup kencang, ia tidak menyadari kalau jarak mereka semakin mengecil karena matanya terkunci pada mata Kenneth.

"Karena aku percaya sama apa kata hati aku." Ucap Kenneth sambil tersenyum.

"Kata hati kamu?" Ulang Alleira pelan.

Kenneth mengangguk, tangannya menyentuh pipi Alleira lembut dan perlahan. " Kata hati aku yang berteriak setiap kamu dekat sama laki-laki lain, meringis setiap kali melihat kamu menangis atau kecewa, dan terasa mati saat kamu memilih pergi." Ucapnya pelan, terdengar seperti lantunan lagu penyembuh kegusaran seorang Alleira.

"Let me love you, My Lady..." Bisiknya ditelinga Alleira. Bulu kuduk gadis itu meremang dibuatnya, bersamaan dengan sentuhan hangat tangan Kenneth di pipinya. "In a Gentleman way..." tambahnya yang membuat gadis itu meragu akan perasaannya pada Kenneth yang pernah hilang.

Kecupan lembut mendarat di bibir Alleira.

***

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro