14. Heroine!
Setelah Alleira mengatakan keinginannya untuk mengundurkan diri, Keira segera memberi tahu keluarganya.
Bukan bermaksud menjadi ember bocor atau menuang minyak kedalam api. Tapi Keira merasa kalau ia harus menceritakan ini pada keluarganya, terutama Mommy dan Daddynya.
"Kamu gak akan terima surat pengunduran diri Alle kan, Pete?" Tanya Mommy memastikan.
"Gak Vi. Aku gak akan terima." Jawab Peter sambil menghela nafas. "Sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka? Bukannya selama ini mereka hanya adu mulut biasa? Kenapa Alle bisa tiba-tiba kepikiran untuk mengundurkan diri?"
"Leira gak cerita apapun, Dad. Tapi aku yakin kalau Alleira menyembunyikan sesuatu. Dan juga..."
Keira menggantungkan ucapannya, tangannya terangkat menyentuh dadanya, "Didalam sini ada rasa gusar yang aku yakin itu adalah perasaan kak Kenneth." Ucapnya sambil menerawang. Memang ada rasa gusar yang beberapa hari belakangan ia rasakan, tapi ia tidak tahu kenapa. Setelah Alleira mengutarakan keinginannya untuk berhenti bekerja, barulah Keira menyadari kalau rasa gusar itu pasti milik kembarannya.
"Aku akan coba bicara dengan kak Kenneth. Semoga saja kak Kenneth mau bercerita padaku." Putus Keira sambil mencoba tersenyum.
*
Kenneth melebarkan kedua kakinya, menunduk, mengekspos kepalanya tanpa penghalang kearah Keira, "Pukul sekenceng-kencengnya kepala gue, Kei." Pintanya.
"Lo gila?" Keira mengernyit. Ia langsung disodori tongkat baseball begitu Keira masuk ke ruangan kerja Kenneth siang itu.
Keira tidak melihat Alleira di mejanya, jadi ia memutuskan untuk langsung masuk kedalam, dan malah diminta untuk memulai tindakan kekerasan yang sebenarnya akan dengan senang hati ia lakukan berhubung ia memang sangat kesal dengan tingkah kembarannya ini.
"Pukul, Kei. Sekeras-kerasnya. Gue mau balikin lagi ingatan gue. Gue mohon." Pintanya lagi.
Keira menghela nafas pelan dan memukul kepala Kenneth dengan tongkat baseball yang diberikan, hanya berupa pukulan pelan di puncak kepala kenneth. Bahkan pukulan itu tidak bisa membuat Kenneth merasakan sakit.
"Kei, kencengan. Kalau begitu, gue gak bakalan bisa inget-inget!" Seru Kenneth sambil mengadah, menatap wajah kembarannya yang datar.
"Jidat lo kenapa?" Tanya Keira saat perhatiannya terarah ke kening Kenneth yang berganti warna menjadi biru keunguan. "Lo jedotin kepala lo sendiri?"
Kenneth tersenyum masam dan berdiri tegak. Ia mengambil tongkat Baseball di tangan Keira dan meletakkannya lagi ketempat semula.
"Kenapa lo tiba-tiba mau inget lagi?" Tanya Keira memancing.
"Gue cuman ngerasa ini semua salah. Gue, Alleira, hubungan kami yang seperti ini salah." Jawab Kenneth memunculkan senyum di wajah Keira.
"Lo jatuh cinta lagi sama Alleira?" Todongnya langsung.
Kenneth terbelalak, "Hah?"
"Gak usah bohong. Gue kembaran lo. Gue bisa ngerasain, disini nih... cenat cenut gimana gitu." Ujar Keira sambil tertawa. "Gue bantu lo mendekati Alleira lagi. Seperti dulu, gimana tawaran gue?"
Kenneth terdiam, banyak hal yang ia pikirkan, ia menghela nafas dan menggeleng. "Gak bisa..."
Senyum di wajah Keira hilang secara cepat. "Kenapa?! Lo bukannya mau ingat karena Alleira? Karena lo bingung sama perasaan lo ke Alleira? Iya, kan?"
Belum Kenneth menjawab, pintu ruangannya dibuka tanpa diketuk. Keira mengernyit begitu melihat wanita yang menurutnya terlihat sangat menjijikan itu berjalan mendekati Kenneth dan merangkulnya di depan matanya. MERANGKULNYA!!!
Kenneth tidak perlu menjelaskan apapun karena sepertinya Keira sudah tahu alasan Alleira mengundurkan diri meski Keira masih membutuhkan bukti konkret kalau asumsinya benar.
"Selamat pagi, sayang..." sapa Alyssa sambil mencium pipi Kenneth. Kenneth merasa risih dengan perlakuan Alyssa. Terlebih saat menyadari kelicikan wanita itu, dan juga wanita itu telah menampar Alleira.
Alyssa beralih menatap Keira yang memandangnya tajam, ia lalu menjulurkan tangannya, bermaksud memperkenalkan diri pada Keira, "Kamu pasti kembaran Kenneth, Keira, iya kan? Perkenalkan. Aku Alyssa Wallaby."
"Washabi?" Ulang Keira sambil mengernyit. Kenneth menahan tawanya melihat wajah konyol milik Keira.
"Wallaby, Keira. Wall-a-by." Eja Alyssa mencoba bersabar. "Tunangan Kenneth." Tambahnya membuat Keira terbelalak.
Keira terkejut tentu saja mendengar penuturan Alyssa, sekarang ia benar-benar memerlukan penjelasan Kenneth. Tapi sementara itu, Keira harus membuat lintah ini menyingkir dan tahu tempat terlebih dahulu. Tempat yang ia duduki adalah tempat Alleira, bukan tempatnya.
Keira tertawa dengan kencang, ia tidak menyahuti uluran tangan Alyssa sama sekali. Karena baginya, Alyssa adalah musuh negara, dan ia harus memeranginya yang sedang berusaha memanfaatkan sumber daya manusia yang dalam kasus ini adalah Kenneth.
"Lo lagi mimpi, hah? Tunangannya lo bilang? Bahkan jadi pembantu gue aja lo masih gak bakal lulus seleksi. Kepedean lagi lo mau jadi tunangan kembaran gue." Ujar Keira dingin. "Maaf ya, miss.. siapa tadi? laba... laba apa? Laba-laba? Kenneth itu udah punya tunangan. Dan tunangannya itu JAUH lebih baik dan cantik ketimbang lo. Dibandingin sama kotoran Alleira aja, masih bagusan kotoran Alleira. Jadi, Miss... Jangan jadi perusak hubungan orang, dan urusin kehidupan lo sendiri." Serunya sambil berkacak pinggang.
Kenneth yang mendengarkan segala sumpah serapah Keira, sama sekali tidak berusaha membela Alyssa atau menghentikan Alleira. Ia malah sedang berusaha menahan tawa karena Kembarannya sangat jujur.
"K-kamu bicara apa sih?" Tanya Alyssa. Ia terkejut, tidak menyangka kalau kembaran Kenneth akan sekasar ini memakinya. Bahkan membandingkannya dengan Alleira? Harga dirinya tidak terima! "Ken, kamu bilang sesuatu,dong..." Alyssa menatap Kenneth, matanya memberi isyarat ancaman yang sangat jelas ditangkap oleh Kenneth.
"Eh, Cabe. Mending lo pergi deh. Gak ada guna lo disini. Bisa muntah gue lama-lama liat muka bitch lo!"
"Apa anda bisa sopan sedikit? Aku memang tunangan Kenneth sekarang!" Seru Alyssa, "Iya kan, Ken?"
Kenneth tidak menjawab. Ia bahkan tidak ingin membalas tatapan Alyssa.
"Aduh, udah siang, lo masih belom bangun juga dari mimpi lo? Mau gue sirem pake air biar bangun?" Tawar Keira yang sudah meraih gelas air putih di hadapannya. Gerah rasanya berurusan dengan wanita lintah seperti Alyssa.
"Oke kalau kamu gak mau bilang." Seru Alyssa geram karena Kenneth tidak membelanya sama sekali. Ia lalu mengeluarkan ponselnya,dan Kenneth tahu apa yang akan Alyssa tunjukan. Tangannya hendak menghentikan gerak Alyssa, tapi terlambat karena Ponsel itu sudah berada tepat di depan wajah Keira.
Mata Keira membulat tidak percaya. I-ini... "Grand Opening Louis Vuitton di Paris? Lo mau nyuap gue pakai tiket ini?!"
Kenneth mengerjap dan ikut melihat layar ponsel Alyssa yang ternyata menunjukan potongan kartu undangan pembukaan toko sebuah Brand ternama.
Alyssa yang kebingungan dengan ucapan Keira, memutar ponselnya dan merutuki kebodohannya. Foto yang ingin ditunjukan bergeser.
"Bukan! Bukan foto itu yang mau aku tunjukin!" Seru Alyssa yang menggeser foto tersebut hingga foto selfienya di dada telanjang Kenneth, dengan kondisi tubuhnya yang setengah telanjang tertutup selimut terlihat.
Kali ini Keira benar-benar melongo dan menatap tajam Kenneth.
"Kita sudah tidur bersama, dan mungkin sebentar lagi keturunan baru keluarga McKenzie hadir diperutku." Ujar Alyssa bangga.
Lo harus menjelaskan ini ke gue nanti, Kenneth! Ancaman itu coba Keira salurkan dengan tatapan mata tajam ke arah Kenneth.
Keira tertawa, bukan reaksi yang di harapkan Alyssa. Keira lalu meraih ponsel tersebut dan menunjukannya ke depan muka Alyssa, "Lihat baik-baik, Ya. Foto ini, tidak membuktikan apapun selain seberapa MURAHANNYA lo." Seru Keira puas, "Kadal mau lo kadalin. Lo ngancem Kembaran gue pake foto ini? Rendah banget lo. Gak salah sih kalau gue bandingin lo sama kotoran."
Nafas Alyssa berseru. Ia hendak mengambil ponselnya, tapi tidak ia sangka kalau Kenneth malah menghalangi tangannya. Alyssa menatap tajam Kenneth yang hanya dibalas berupa gidikan bahu.
Kenneth ingin melihat kelakuan ajaib apa lagi yang Kembarannya akan keluarkan. Apapun, setelah ini Kenneth berjanji akan melakukan segala hal yang Keira katakan.
"Dan lagi, ngeliat lo yang murahan gini, lo yakin kalau hanya ada Sperma Kenneth di dalam sana? Bukan cowok lain? Inget ya, gue cuman ngomong ini sekali, jadi jangan buat gue mengulang untuk yang kedua kalinya." Seru Keira menatap Alyssa yang menggeram kesal, sudah lama Keira tidak menjadi pelaku antagonis semenjak Menikah. "Keturunan McKenzie yang diakui HANYA akan berasal dari rahim wanita baik-baik yang bernama Alleira. ALLEIRA." Keira menekan ucapannya.
Kenneth tersenyum puas. Tidak sia-sia ia berbagi rahim dengan Keira. Ada gunanya juga kembarannya ini. Kenapa tidak dari kemarin-kemarin saja Kenneth mengandalkan Keira?
"Nih, lo mau hp lo balik? Hp murahan." Ujar Keira menyodorkan ponsel Alyssa.
Kenneth ingin protes kenapa Keira tidak menghapus foto di ponsel itu, tapi saat Alyssa ingin mengambil benda kotak tersebut, Keira dengan sengaja menjatuhkan ponsel tersebut kedalam gelas berisi airputih milik Kenneth hingga ponsel tersebut mati total.
"APA YANG LO LAKUKAN?!" Pekik Alyssa terkejut. Ia langsung meraih ponselnya yang berlayar hitam.
Keira berdiri dan mendekati Alyssa. Otomatis mendekati Kenneth juga, "Denger ya, bitch. Lo bisa membohongi orang-orang terutama Alleira dan Kenneth. Tapi bukan berarti lo bisa seenaknya mengacak-acak keluarga gue. Gue gak akan membiarkan siapapun mengusik keluarga gue. Lo tahu harus berurusan sama siapa kalau lo berani mengganggu Kenneth lagi, dan juga Alleira." Ancam Keira.
Alyssa berdecak kesal, lalu berjalan meninggalkan Keira dan Kenneth, namun sebelum keluar, ia berbalik dan menatap tajam kedua kembaran itu, "Kalian akan menyesal!" Desisnya.
Keira maju selangkah dan melambai, "Iya, ya udah, bye bye. Jangan balik lagi ya!" Seru Keira yang disambut dengan bunyi pintu yang di tutup dengan kencang.
Kenneth geleng-geleng sambil tertawa kecil. Sepertinya sedikit bebannya terangkat bersamaan dengan Alyssa yang pergi. Tapi begitu Keira berbalik dengan tampang datar, ia tahu kalau masalah lainnya masih belum selesai.
"Gue akan jelasin. Tapi mengenai foto itu, gue gak bisa jelasin apapun." Ucapnya tahu kalau Keira ingin menodong penjelasan Kenneth sekarang.
Kenneth mulai bercerita mengenai pertemuannya dengan Mr.Wallaby, mengenai janji tentang pertunangan yang tidak ia ketahui, janjinya untuk menemani Alyssa, dirinya yang meninggalkan tanggung jawab berat hingga Alleira memilih untuk berhenti kerja, dan terakhir bagaimana ia merasa bersalah pada Alleira, dan bagaimana ia bisa berakhir di ranjang dengan Alyssa.
"Komentar, Kei. Lo diem begini bikin gue takut." Ujar Kenneth setelah Keira tidak berkomentar apapun, 10 menit setelah ia selesai bercerita.
Keira berdiri dan berjalan kembali kearah dimana Kenneth menaruh tongkat Baseballnya tadi.
Mata Kenneth melebar dan spontan ia berdiri dan berjalan kebalik kursi, menjauhi Keira. "Kei, lo mau ngapain?" Tanyanya terkejut.
"Getok kepala lo sampai hancur!" Seru Keira. Keira berlari kearah Kenneth sambil mengangkat tongkat Baseballnya, dan naluriah, Kenneth berlari menjauh.
"Keira, stop!" Seru Kenneth berseberangan dengan Keira.
"Lo tuh tolol, bego, idiot, atau goblok sih, hah?" Tanya Keira sambil menenteng tongkat Baseballnya di bahu. "Hanya karena ancaman gitu, lo tega nyakitin Alle? GOD!!! Kalau gue jadi Alle, gue akan nyabik-nyabik muka lo."
"Untungnya lo bukan Alle." Ucap Kenneth spontan.
"Apa lo bilang?!" Tanya Keira sambil melotot. Keira kembali mengejar Kenneth yang kembali berlari.
"Gue menyesal, Kei, Oke? Gue mau memperbaiki semuanya, tapi yang lo ketahui sendiri, posisi gue sulit sekarang. Gue gak ingat apapun yang bisa gue jadikan acuan untuk mendekati Alle, dan juga Ancaman Alyssa..."
"Lo gak tidur sama dia, bego!!" Keira memotong ucapan Kenneth. Laki-laki itu melongo.
"Maksud lo? Lo liat sendiri kan fotonya-"
"Ya makanya gue liat makanya gue bisa bilang lo sama dia gak ada apa-apa." Ketus Keira yang berjalan kearah tempat duduknya semula dan mengeluarkan ponsel yang sama persis dengan ponsel milik Alyssa. "Sini, lo liat!" Keira mengkode Kenneth untuk mendekat.
"Kok lo bisa punya fotonya? Ini..."
"Iya, ini ponsel Alyssa. Yang nyemplung dan rusak tadi ponsel gue. Jadi sebagai tanda terima kasih, lo harus beliin gue HP baru. Dan yang pasti lebih mahal dan terbaru." Ucap Keira santai.
Kenneth terkekeh, "Kapan lo gantinya nih HP? Perasaan lo nyerocos mulu?" Tanya Kenneth. "Terus katanya HP ini murahan? Kok HP lo juga sama?" Sindir Kenneth yang langsung ditatap sinis oleh Keira.
"Lo udah gue bantu bukan berterima kasih!" Serunya. "Makanya beliin gue yang lebih mahal. Gak sudi gue pake HP yang sama kayak tuh orang. Dan lagi, gue ganti nih HP pas Alyssa meleng tadi. Gue udah bilang, kan? Gue gak akan membiarkan siapapun mengusik keluarga gue." Ucap Keira.
Kenneth memeluk kembarannya itu erat. "Aduh, cinta banget gue sama lo, Kei. Andai nikah sesama sodara gak dilarang, gue nikahin lo detik ini juga." Ucap Kenneth membuat Keira tertawa.
"Sini, gue kasih tahu letak kebegoan lo." Ia menjitak Kenneth dan kembali menunjukan foto di ponsel itu dan mulai menjelaskan. "Muka lo, gak keliatan kucel. Bahkan rambut lo gak acak-acakan kayak orang habis begituan. Rambut Nih cewek juga. Keringetan aja kagak. Terus dia ngapain senyam senyum gini? Gak ada gunanya. Dan lagiiii...." Keira men-zoom gambar itu di daerah dada Alyssa, "Lo gak liat kalau dia masih ada lapisan lain dibawah selimut? Warnanya mencolok. BH Victoria Secret warna Ungu."
Kenneth berdecak kagum pada ketelitian Keira. Sekarang ia benar-benar merasa bodoh sudah bisa diancam semudah itu.
"Jadi gue gak tidur sama dia?"
"Kalau dari pengamatan gue ngeliat foto ini, gue rasa ini cuman ancaman. Gertakan doang." Jawab Keira. "Gue yakin kalau lo masih perjaka, kok."
Kenneth mengernyit, "Perjaka? Tahu dari mana?"
"Iyalah. Selama ini lo pacaran sama Alle itu aman-aman aja. Gak pernah berlebihan. Lo masih sayang nyawa katanya buat nikah sama Alle, jadi gak mau ngerusak Alle dulu. Gak mau bikin Om Alvero kecewa. Jadi bisa gue pastiin, lo sampai detik ini, masih perjaka ting-ting." Keira kembali bicara panjang lebar sambil tertawa.
Kenneth seharusnya tersinggung, tapi sebaliknya. Ia malah tertawa dan kembali memeluk Keira. "Gue cinta banget Kei sama lo. Makasih, makasih. Lo kayak mata air ditengah gurun pasir, tau gak?"
"Kalau lo berterima kasih sama gue, selain beliin gue HP lagi, lo juga harus janji untuk memperbaiki semua ini." Ucap Keira.
"Gue mau, Kei... tapi Alleira?"
"Gue bantuin. Banyak yang mendukung hubungan lo sama Alle. Cuman tinggal kalian berdua aja yang nurunin gengsi kalian masing-masing. Kalau lo lupa, lo bisa tanya apapun tentang Alle. Gue akan kasih tahu apapun yang gue tahu." Tawar Keira, Kenneth kembali memeluknya dengan erat, mengusel wajah keira dengan kepalanya. "Kalau lo menjijikan gini, gue tarik penawaran gue!"
Dalam sedetik, Kenneth melepas pelukannya dari Keira, "Oke, jadi gue harus gimana?"
"Diem." Ujar Keira, Kenemth mengernyit. "Ya diem dulu. Ancaman si laba-laba itu gak bisa kita remehin. Pokoknya jagain Alleira, jangan sampai laba-laba itu nyakitin Alleira karena gue konfrontasi dengan nama Alleira tadi. Gue takut dia malah gelap mata."
Kenneth mengangguk, selain itu juga hama pengganggu bernama Sean harus turut di basmi. Mungkin Kenneth akan meminta Keira melakukan hal yang sama pada Sean kalau Sean tergolong hama membandel seperti Alyssa.
"Gue mau bawa lo ke suatu tempat sebelum rencana gue bisa berjalan." Ucap Keira menyadarkan lamunan Kenneth.
"Tempat?"
Keira mengangguk dan tersenyum mencurigakan.
***
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro