Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

11. Ignorance.

Kalau kemarin Alleira bersemangat untuk ke kantor, hari ini ia terlihat seperti mayat hidup di meja makan.

Hidup segan, matipun tak mau.

Kantung mata hitam yang berusaha disamarkan dengan Concealer oleh Alleirapun nampaknya tidak terlalu berhasil menipu pengelihatan Alvero dan Rere serta Alexis yang terus memperhatikan Alleira yang menghela nafas kasar setiap 1 menit sekali.

Alvero dan Rere saling mengkode dengan mata, berharap salah satu di antara mereka tahu jawabannya, namun percuma. Yang mereka bisa simpulkan, ini semua pasti berhubungan dengan Kenneth.

"Dad, apa aku bisa memiliki mobilku sendiri?" Tanya Alleira. Tangannya masih mengaduk-aduk telur orak arik di piringnya, matanya kosong menatap gelas berisi susu tanpa nafsu.

"Kenapa, Al? Kamu kan selalu pergi kerja dan kemana-mana sama Kenneth?" Tanya Rere bingung.

"Itu dia, Mom. Aku gak mau lagi. Akan lebih efisien kalau aku mengendarai mobilku sendiri." Ucap Alleira.

"Kamu berantem sama Kenneth?" Tanya Alvero ingin memastikan kalau asumsinya benar.

Alleira mendengus kecil, "berantem? Pernah baikan juga gak." Gumam Alleira kecil, namun gumamannya bisa tertangkap indra pendengaran ketiga orang diruang makan itu.

"Maaf, Al. Tapi Daddy tidak bisa membiarkan kamu bawa mobil sendiri." Jawab Alvero, Alleira terbelalak mendengar penolakan Alvero.

"Tapi, Dad..."

"Kamu akan lebih aman kalau pergi sama Kenneth, Alle." Ujar Alvero mencoba meyakinkan putrinya.

"Tapi Alle gak mau, Dad." Seru Alleira sedikit menaikkan nada bicaranya.

Maka Rere dan Alvero yakin kalau perubahan mood Alleira benar-benad berkaitan dengan Kenneth.

"Kakak bisa pakai mobil aku kalau kakak mau." Ujar Alexis memecah ketegangan yang sedang diciptakan Alleira.

"Lexy-"

"Alexis juga bisa berangkat sama Daddy ke kantor, kan? Lagipula aku juga gak ada keperluan lain. Aku bisa pakai mobil kantor kalau mau meeting dengan Client." Sela Alexis seraya mengeluarkan kunci mobilnya dan menggesernya mendekati Alleira.

Alleira tersenyum senang, setidaknya salah satu anggota keluarganya ada yang mengertinya. "Thanks, Lexy."

Alexis tersenyum samar sebelum kembali menyantap sarapan di hadapannya.

Rere dan Alvero hanya saling bertatap dan gusar akan kemunduran hubungan Alleira. Terlebih Alvero yang semakin memperbesar jurang kesalahan di hatinya.

*

Kenneth menunggu di lobby seperti biasanya. Tapi setelah menunggu hampir 1 jam, wanita yang ia tunggu tidak kunjung datang. Bahkan teleponnya pun diabaikan.

Ia berdiri gelisah. Tidak biasanya Alleira setelat ini. Dan lagi, kata-kata terakhirnya kemarin terus bergema di kepala Kenneth hingga sekarang.

Apa Alleira sakit? Atau terjadi sesuatu pada Alleira? Kemarin gadis itu ke klub, kan? Apa gadis itu baik-baik saja? Pertanyaan demi pertanyaan terus mengisi kepalanya. Alleira, alleira, dan selalu Alleira.

"Sir..." panggil Dave dari posisinya di samping pintu kemudi.

Kenneth menghela nafas dan kemudian masuk kedalam mobil, "Kita ke kantor." Ucapnya memutuskan untuk tidak menunggu lagi.

Dave menuruti dan langsung melajukan mobilnya menuju ke Kantor pusat Clavinsky Empire.

Lalu lintas lumayan padat karena sudah memasuki jam masuk kantor, jadi perjalanan yang biasa di tempuh 30 menit, berakhir menjadi 1 jam.

Ponsel Kenneth berdering, dan orang pertama yang muncul di kepala Kenneth atas telepon itu adalah Alleira.

Tanpa melihat nama  yang tertera, Kenneth segera menjawab panggilan tersebut.

"Alleira?"

Sunyi. Tidak ada jawaban, dan saat ia melihat layar untuk memastikan kalau telepon masih tersambung, barulah ia merutuki kalau yang meneleponnya bukanlah Alleira.

"Alyssa, Maaf. Aku kira kalau tadi sekretarisku yang menelepon." Ucap Kenneth sambil memijat pelipisnya.

"Tidak masalah." Jawab Alyssa di seberang sana. Tangannya terkepal cukup erat, namun ia mencoba sebisa mungkin menetralkan nada bicaranya.

"Kamu... jadi menemani aku keliling Los Angeles hari ini, Kan?"

Kenneth terdiam, bibirnya ingin menolak.

"Kamu sudah janji kemarin." Sambung Alyssa mengskakmat Kenneth.

"Iya. Aku akan menjemput kamu begitu aku menyelesaikan pekerjaan-"

"Ken... bisakah kamu menyampingkan pekerjaanmu dulu? Apa gunanya sekretarismu kalau tidak bisa menghandle pekerjaan itu? Ayolah, Ken. Kamu itu Direkturnya. Apa gunanya kakitanganmu?"

Kenneth memejamkan matanya, menarik nafasnya dalam. Ia sudah berjanji. Dan ia tidak pernah mengingkari janji yang sudah ia ucapkan.

"Baiklah. Tapi aku harus memeriksa beberapa berkas terlebih dahulu sebelum menyerahkannya pada sekretarisku." Putus Kenneth.

"Tidak sampai siang, kan?" Tanya Alyssa memastikan.

"Tidak. Hanya sebentar." Jawab Kenneth.

"Baiklah, aku akan menunggumu. Hati-hati dijalan, Honey."

Kenneth tidak membalas sapaan itu, namun langsung memutuskan panggilan. Ia menghela nafas lelah.

Sesampainya di kantor, ia melihat Alleira sudah duduk di depan meja komputernya yang terletak di depan pintu ruang kerja Kenneth.

Untuk beberapa alasan, Kenneth kesal. Ia berjalan menghampiri meja kerja Alleira, Alleira menyadari kedatangan Kenneth. Tapi ia mengabaikannya dan memilih untuk tetap sibuk dengan apa yang ia sedang lakukan.

"Ke ruangan saya, Sekarang!" Perintah Kenneth yang langsung berlalu memasuki ruang kerjanya.

Alleira menghela nafas, sabar Alle, Sabar. Ia membatin sambil berdiri dan mengikuti Kenneth memasuki ruangannya.

"Anda memanggil saya?" Tanya Alleira begitu sudah berdiri di depan meja Kenneth. Kenneth sudah duduk di kursi kebesarannya, dan matanya menatap tajam kearah Alleira yang menatapnya datar seakan tidak merasa bersalah sama sekali.

"Anda ingin membalas saya? Membiarkan saya menunggu anda selama satu jam lebih, mengira terjadi sesuatu pada anda, dan ternyata anda ada di kantor, dan menatap saya tanpa rasa bersalah?" Tanya Kenneth langsung.

"Saya bawa mobil sendiri. Jadi anda tidak perlu repot menunggu saya lagi setiap pagi." Jawab Alleira datar. Ia sedikit senang saat mendengar kalau Kenneth mengira terjadi sesuatu padanya.

Kenneth kembali diam, ia tidak tahu harus mengatakan apa. Atau lebih tepatnya, bertanya apa. Terlalu banyak pertanyaan bergelayut di kepalanya saat ini.

Alleira menghela nafas. Ia merasa kesulitan bernafas karena ditatapi setajam itu oleh Kenneth.

"Mr.Ducoff ingin menemui anda untuk membicarakan hal penting hari ini. Dia sudah berada di ruang Meeting." Ucap Alleira.

"Saya tidak bisa. Saya sudah ada janji." Tolak Kenneth.

Alleira terbelalak, "Janji?" Gumamnya. "Mr.Ducoff sudah menunggu ingin menemui anda sejak kemarin, Sir. Saya rasa pasti ada hal yang sangat penting sampai Mr.Ducoff -"

"Kenneth..."

Ucapan Alleira terhenti begitu mendengar suara wanita yang memanggil laki-laki di hadapannya dengan sangat menghelikan.

"Sekretaris mu tidak ada jadi aku langsung mas- oh, ternyata disini orangnya." Ia menatap Alleira sejenak, sebelum kembali berjalan ke samping Kenneth. Memeluk laki-laki itu erat.

Alleira tidak nyaman dengan pemandangan itu. Matanya terasa panas. Tangannya terkepal erat di sisi tubuhnya. Hatinya terasa sesak.

"Bukannya aku bilang kalau aku akan menjemputmu?" Tanya Kenneth berusaha melepaskan diri dari pelukan Alyssa.

"Aku udah kangen sama kamu. Jadi aku mau kasih kejutan. Kamu gak senang?" Tanya Alyssa memasang wajah kecewa.

Alleira ingin muntah karena rasa sesaknya. Ia sekuat tenaga menahan airmata yang sudah mengantri di pelupuk matanya melihat adegan menjijikan di hadapannya. Jadi janji dengan washabi ini yang membuat Kenneth membatalkan jadwalnya lagi?

"Aku..."

"Mr.Ducoff menunggu anda, Sir." Sela Alleira tegas.

Alyssa menatap Alleira tidak suka. "Tidak bisakah kamu lihat kalau kami sedang berbicara? Tidak sopan sekali." Serunya.

Alleira mengabaikan seruan Alyssa, matanya menatap lurus kearah Kenneth. "Sir." Panggil Alleira lagi.

"Ken!" Alyssa berseru.

"Kamu saja yang menemui Mr.Ducoff, Alleira. Saya sudah ada janji dengan Alyssa." Ucap Kenneth akhirnya. Alyssa tersenyum mengejek Alleira, sedangkan Alleira menatap Kenneth tidak percaya.

"Jadwal hari ini, kamu saja yang mewakili saya." Kenneth berdiri dari kursi kebesarannya, mengambil kunci mobil sport di laci, dan membiarkan dirinya di tarik keluar oleh Alyssa yang masih bergelayut manja di lengannya melewati Alleira yang menatap kosong kursi kebesaran Kenneth.

"Tapi, Sir..." Alleira tersadar, ia berbalik tepat sebelum Kenneth dan Alyssa keluar.

"Apa kamu harus terus membantah? Kamu itu sekretaris Kenneth. Sudah kewajiban kamu untuk mengerjakan perintah Kenneth disaat Kenneth ada urusan lain." Alyssa berdecak kesal sambil menatap tajam Alleira.

"Saya tidak bicara dengan anda, Ms.Wallaby!" Seru Alleira tajam.

"Ken... Sekretarismu sangat tidak sopan sekali. Kenapa kamu masih memperkerjakannya, sih?" Alyssa merengek pada Kenneth.

Kenneth tidak bergeming dengan rengekan Alyssa, tapi matanya hanya tertuju pada Alleira. Ia sedikit tersenyum ketika gadis itu membentak Alyssa tadi.

"Telepon saya kalau ada masalah penting." Ucap Kenneth mengabaikan usulan Alyssa untuk memecat Alleira.

Kemudian mereka berlalu keluar, meninggalkan Alleira yang akhirnya membiarkan airmatanya turun begitu saja.

*

"Dasar nyebelin! Dasar macan gak punya hati! Ihhh! Ihhh! Ih!!!!" Alleira terus menggerutu sambil menusuk-nusuk daging Steak di hadapannya. Ia tidak peduli dengan tatapan aneh yang diberikan orang-orang kepadanya, termasuk dari laki-laki yang tertawa kecil melihat kelakuannya itu sejak tadi.

"Kamu kenapa, Al?" Tanya Sean menghentikan gerak tangan Alleira.

"Aku kesel, Sean!" Seru Alleira menggebu.

Ia baru ingin kembali menusuk steak di piringnya ketika tangan Sean menggenggam kedua tangan Alleira dengan lembut. "Ceritakan padaku, aku siap jadi telinga untukmu."

Akhirnya Alleira menceritakan kekesalannya, mengenai Kenneth yang sangat tidak profesional, lebih mengutamakan janji pribadi dengan washabi itu ketimbang meeting dengan Mr.Ducoff yang mengabarkan berita buruk kalau sebagian pemegang saham Clavinsky Empire menarik diri. Meski Clavinsky Empire didukung oleh 3 perusahaan besar seperti Perusahaan Daddynya, McKenzie Group, dan juga Tyler Inc., tetap saja pengunduran diri pemegang saham itu berpengaruh pada keuangan perusahaan.

Dan pemiliknya malah memilih bersenang-senang dengan wanita ular itu dibanding menyelamatkan perusahaannya dari krisis!

"Aku bisa membantu kamu, Al." Ucap Sean sambil tersenyum.

"Bahkan pemiliknya saja tidak peduli." Gumam Alleira kesal.

"Aku bisa saja menanamkan sahamku disana, tapi melihat ketidak stabilan perusahaanmu, akan sama saja mempertaruhkan masa depan Perusahaanku yang tidak sebesar McKenzie Group milik Kenneth." Ujar Sean sambil bertopang dagu.

"Jadi, bantuan apa yang kamu maksud?" Tanya Alleira sambim mengernyit.

"Aku bisa memberimu bantuan pekerjaan kalau sampai kamu kehilangan pekerjaanmu nanti. Kamu bisa menjadi sekretarisku, atau... Ibu dari anak-anakku?" Canda Sean membuat Alleira melebarkan matanya kemudian tertawa sambil menepis genggaman tangan Sean di tangannya.

"Menyebalkan!" Ujar Alleira di tengah tawanya.

"Tapi aku serius Alleira. Kalau kamu berubah pikiran, lowongan itu akan selalu tersedia untuk kamu. Dari pada kamu stress terus bekerja di bawah Kenneth yang tidak bertanggung jawab itu?" Ujar Sean.

"Tawaran yang mana? Menjadi sekretaris, atau menjadi ibu dari anak-anak kamu?" Tanya Alleira setengah tertawa.

Sean nampak berpikir sejenak sebelum menjawab, "ehm... Keduanya." Mereka lalu tertawa bersama.

*

Sudah berhari-hari Kenneth terus mengabaikan tanggung jawab pekerjaannya demi menemani Alyssa meski hanya sekedar berbelanja, nonton, makan, dan berkeliling.

Dan selama berhari-hari itu juga Alleira yang mengemban tanggung jawab yang ditinggalkan Kenneth untuk melakukan Meeting, pertemuan dengan pemegang saham, dan lainnya.

Alleira memberitahu krisis yang dialami Clavinsky Empire dihari pertama Kenneth mengabaikan pekerjaannya. Berharap Kenneth bisa lebih fokus lagi untuk menghadapi krisis ini bersamanya, tapi di hari kedua, ketiga dan seterusnya Kenneth malah terus menerus membiarkan kantornya kosong.

Alleira sengaja tidak lagi memberitahu Kenneth dihari kedua, ia mengharapkan kalau laki-laki itu akan menghubunginya meskipun hanya untuk menanyakan pekerjaan. Setidaknya itu membuktikan kalau laki-laki itu masih memiliki sedikit tanggung jawab pada pekerjaannya. Tapi nyatanya tidak ada satupun panggilan atau pesan dari Kenneth yang masuk ke ponselnya.

Malahan Sean yang dengan sabar membimbing Alleira, mengajarinya bermacam-macam ilmu bisnis yang tidak ia ketahui. Menjadi sanggahan Alleira disaat ia hampir mundur menghadapi krisis perusahaan yang nampak semakin pelik.

Apa yang diketahui Alvero, Peter, Alexis, Nicholas, dan seluruh keluarga mereka adalah Kenneth yang sedang mengusahakan Clavinsky Empire masih dapat mempertahankan para pemegang sahamnya. Namun nyatanya, hanya gadis yang juga memiliki masalah batinnya sendiri yang sedang berjuang sendiri.

"Kamu bisa berhenti kalau kamu udah lelah, Al. Kamu bisa pindah ke kantorku." Ucap Sean ditengah-tengah kegiatan barunya menemani Alleira mengerjakan berkas-berkas kantor dan membuat slide untuk presentasinya dengan beberapa pemegang saham nanti.

Alleira mengadah dan menatap Sean yang tengah menatapnya lembut. Ia tersenyum dan menggeleng, "Tidak, Terima kasih. Kalau aku juga meninggalkan kantor ini, sama saja aku membiarkan kantor ini bangkrut, kan?" Ujar Alleira. Kini mereka tengah duduk di ruang serba guna perusahaan Clavinsky Empire.

"Disaat pemimpinnya tidak peduli? Kamu terlalu baik, Al." Ucap Sean sambil tersenyum. "Aku jadi makin cinta." Ia terkekeh.

Alleira mendengus dan menggeleng.

"Bagaimana kalau malam ini aku ngajak kamu dinner? Hitung-hitung melepas stress juga dan sebagai bentuk apresiasi kerja keras kamu. Gimana?" Tawar Sean sambil memainkan alisnya.

Bahkan orang yang seharusnya mengapresiasi pekerjaanku saja tidak peduli.

Alleira akhirnya tersenyum dan mengangguk, "Oke."

***
Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro