Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10. Manipulation!

Tidak ada yang bisa menjelaskan kenapa bibir Alleira tidak berhenti tersenyum sejak pagi. Bahkan ia sendiri tidak tahu kenapa, tapi ia tidak pernah merasa sesemangat ini untuk pergi ke kantor yang belakangan menurutnya seperti kandang macan. Bahkan perjalanan yang ditempuh bersama macannya itu sendiri saja sudah cukup menyiksa. Tapi pagi ini, Alleira tidak merasakan tekanan itu meskipun Kenneth masih sibuk dengan tabletnya.

Saat sampai di kantorpun, Kenneth tidak mengatakan satu patah katapun. Tapi Alleira tidak memusingkannya.

"Aku tidak ingin kamu mendekati laki-laki lain. Siapapun itu. Termasuk Sean Kim. Aku tidak suka melihatnya."

Kata-kata dan ciumannya kemarin, sentuhan tangannya, benar-benar membuat gadis itu gila dan tidak bisa tidur. Apalagi reaksi jantungnya yang tidak biasa. Kilasan balik ciuman dan tatapan tajam mata Kenneth terus membayang sepanjang malam.

Tidak salah lagi. Kenneth cemburu. Batin Alleira kegirangan. Entah kenapa gadis itu begitu menyukai kenyataan tersebut.

Bip

"Apa saja jadwal saya hari ini?"

Suara Kenneth terdengar melalui interkom di meja Alleira.

Balik ke profesional, hm? Pikirnya sambil mengulum senyum.

"Apa anda mau saya ke ruangan anda?" Tanya gadis itu. Biasanya memang gadis itu akan menjelaskan jadwal sang pemimpin di ruangannya, tapi tidak tahu mengapa kali ini Kenneth bukannya langsung menyuruh Alleira ke ruangannya, melainkan bertanya langsung melalui sambungan interkom.

"Tidak perlu." Jawab Kenneth, "Anda bisa memberitahu saya disini." Sambungnya lagi.

Malu-malu ternyata. Pikir Alle sambil menahan tawanya yang hendak meledak.

Sementara itu, didalam ruangan, Kenneth sedang dilanda kepanikan luar biasa.

Sepanjang perjalanan ia mencoba untuk terlihat tenang, berusaha fokus ke layar tablet yang bahkan sampai sekarang, ia tidak tahu berisikan apa.

Bukan hanya itu, semalam suntuk ia tidak bisa tidur setelah meninggalkan Alleira di tangga darurat dengan kata-kata yang sampai sekarang tidak bisa ia dapatkan jawaban secara logis, kenapa ia melakukan dan mengatakan itu semua?

Dan lagi, Kenneth jelas melihat bagaimana raut wajah menahan senyum dan tawa mengejek milik Alleira sedari tadi. Gadis itu pasti sedang merasa di atas awan sekarang.

Kenneth tidak mau membiarkan gadis itu terbang lebih tinggi lagi disaat tubuh dan bibirnya mengkhianati akal sehatnya untuk menjilat ludah yang sudah pernah ia lepehkan.

Gengsinya tidak membiarkan hal itu untuk terjadi.

*

Rapat keluarga dadakan terjadi di sebuah Mansion besar. Meskipun judulnya rapat keluarga, yang menghadiri hanya tetua dari kedua keluarga yang bermasalah, serta sepasang suami istri yang merasa ikut terlibat, tanpa di hadiri dari sang sumber masalah, serta anak-anak yang menurut mereka tidak akan paham mengenai rapat ini.

Hanya ada Peter, Via, Alvero, Rere, Nicholas dan Keira yang berkumpul dalam satu ruang keluarga di mansion milik Nicholas setelah Keira memanggil kedua orang tua beserta Om dan Tanyenya untuk datang mendadak tadi pagi.

"Apa maksud kamu, Nic?" Tanya Alvero tidak mengerti.

Nicholas menghela nafas, "Mereka tidak pergi bersama kemarin."

"Kamu yakin kamu gak salah lihat?" Tanya Via sedikit mendesak.

"Aku harap juga aku salah lihat, Mom. Tapi Keira juga melihatnya sendiri."

Keira mengangguk yakin, "Kenneth dan Alleira pergi dengan orang berbeda kemarin, Mom, Dad, Om, Tan."

"Gimana bisa?" Tanya Peter tidak mengerti.

"Siapa yang pergi bersama mereka?" Tanya Rere kali ini.

Keira terdiam dan menatap suaminya, karena sejujurnya, ia juga tidak tahu siapa karena ia bukan bergelut dalam dunia bisnis. Ia hanya ikut ke acara kantor Nicholas sesekali, ketika mertuanya bisa menggantinya menjaga triplets

"Aku juga tidak terlalu yakin, karena kami berada di jarak yang cukup jauh untuk mereka lihat. Saat kami ingin mencoba mendekati Kenneth, dia sudah berjalan keluar ballroom dengan wanita pendampingnya-"

"Yang gelantungan manja kayak monyet, di lengan Kak Kenneth!" Sambar Keira terdengar kesal, memotong ucapan Nicholas.

Nicholas terkekeh kecil. "Lalu Alleira juga tidak lagi terlihat di tempatnya saat kami ingin menghanpiri dia. Yang jelas, mereka tidak pergi bersama kemarin."

"Kalian tidak coba mencari Alleira? Mencari siapa yang berani-beraninya berdiri di tengah mereka?" Tanya Via sedikit emosi.

"Auryn rewel, Mommynya Nicholas menelepon kami, meminta kami untuk segera pulang karena Auryn sedikit demam dan terus menangis." Jawab Keira sedikit menyesal.

Mereka semua terdiam dan sibuk dengan pikirannya masing-masing hingga satu waktu, mereka serempak menoleh, menatap Alvero.

Alvero yang merasa ditatap, kemudian melayangkan protesannya, "Kenapa pada ngeliatin gue?"

"Gara-gara lo, kuya!!" Seru Via emosi. Kalau bukan karena Kenneth dan Alleira hilang ingatan, orang ke-3, orang ke-4, ke-5, ke-6, itu pasti tidak akan pernah ada.

"Kok gue?" Tanya Alvero tidak terima.

"Kalau lo kasih restu Kenneth untuk nikahin mereka, gak akan begini jalan ceritanya, cumi!" Gerutu Via masih kesal.

"Vi..." tegur Peter. Via dan Alvero, semakin tua semakin tidak bisa akur. Apa lagi pemicunya kalau bukan karena Alvero yang tidak kunjung meluluskan keinginan Via untuk menjodohkan Kenneth dengan Alleira.

"Jadi kita harus gimana, Ver? Gimana kalau laki-laki yang bersama Alle itu bukan orang baik? Gimana kalau..." Rere tidak bisa menyelesaikan ucapannya.

"Kita harus balikin lagi ingatan mereka." Ucap Via, semua mata menoleh kepadanya dengan tatapan yang bisa di artikan sebagai tanda tidak mengerti.

"Gimana caranya, mom? Aku udah pukulin kepala kak Kenneth berkali-kali, tetep aja ga inget-inget." Tanya Keira.

"Kita tabrakin ke truk lagi. Oh, oh! Atau kita pukul aja lebih keras lagi."

"Kenneth aja, jangan bawa-bawa Alleira." Alvero mempelototi Via yang baru saja mengusulkan ide gilanya.

"Kamu kira anak kita kucing yang punya nyawa 9, Vi? Mau di tabrakin truk lagi. Gimana kalau kali ini gak selamat? Jangankan ingatan, penerus aku pun ilang selama-lamanya." Seru Peter. Merasa ajaib dengan ide istrinya.

"Ya bercanda, Pete! Dikira aku tega ngebahayain nyawa anak aku? Gitu-gitu, aku yang gedein mereka di perut. Bawa mereka kemana-mana. Berjuang ngeluarin mereka. Kamu sih enak tinggal nyuruh aku buka kaki, cuman tau puas jasmani rohani doang, aku cape lahir batin selama 9 bulan." Gerutu Via sambil berkacak pinggang.

"Astaga bocah! Ngomong gak disaring." Seru Alvero sambil berdecak.

"Disini udah sama-sama dewasa. Sama-sama pernah. Pake sok alim lagi." Via melipat tangan di depan dadanya, melirik kearah suaminya yang sedang geleng-geleng kepala. "Nanti malem minta jatah awas ya kamu, onta!" Sungutnya sebal.

"Loh? Kok sangkut pautnya sama jatah aku sih? Jatah sama ingatan Kenneth itu gak ada hubungannya sama sekali." Protes Peter tidak terima.

Keira hanya bisa tertawa getir menatap suaminya, malu sebenarnya memperlihatkan sisi unik nan memalukan keluarganya itu pada orang lain, meski itu suaminya sendiri.

Dan pertemuan keluarga yang diharapkan bisa memberi solusi, berakhir tanpa ada solusi apapun yang dapat diterapkan.

*

Alleira baru saja akan beranjak dari kursinya untuk memanggil Kenneth, mengingatkannya kalau akan ada pertemuan dengan kepala divisi di bagian Marketing ketika ponselnya bergetar halus dan satu notifikasi muncul di layarnya.

Sean
Makan siang bersama? Kebetulan aku habis bertemu client di dekat kantor kamu.

Kata-kata Kenneth kembali terngiang di kepalanya. Kata-kata kalau Kenenth tidak menyukai kedekatannya dengan laki-laki lain termasuk Sean Kim.

Dengan cekatan, Alleira  mengetik pesan balasan di layar ponselnya.

Maaf, aku tidak bisa berdekatan dengan laki-laki la-

"Kenneth ada di dalam?"

Alleira mendongak dan mengernyit menatap wanita berambut pirang bergelombang berdiri di depan mejanya. Wanita itu melepas kaca mata hitam yang menurut Alleira sangat tidak cocok mengingat mereka berada di dalam ruangan, bukan di luar. Dan barulah Alleira menyadari siapa yang berdiri dihadapannya.

Wanita yang kemarin menggandeng lengan Kenneth dengan begitu eratnya, dan dengan percaya diri, memperkenalkan dirinya sebagai tunangan Kenneth.

Alyssa Washabi -maksudku Wallaby.

"Mr.McKenzie sibuk. Sebentar lagi beliau ada pertemuan dengan bagian Marketing. Sepertinya anda tidak ada janji dengan Mr.McKenzie." jawab Alleira sedikit ketus sambil tersenyum menang.

Tunangan gadungan! Jelas-jelas orang-orang bilang gue tunangannya. Alleira membatin.

Alyssa menatap Alleira tidak suka, namun wanita itu tetap tersenyum. "Saya adalah tunangan Kenneth. Saya tidak perlu janji untuk bertemu dengan tunangan saya."

Alleira ingin tertawa mendengar jawaban percaya dirinya. Mimpi di siang bolong. Meski Alleira tidak mengingat pasti statusnya dan Kenneth, tapi keluarganya tidak mungkin berbohong, kan? Dan perempuan ular di depannya ini hanya memanfaatkan keadaan. Namun cukup sukses membuatnya kesal.

Pintu ruangan Kenneth terbuka. Kenneth keluar dengan menenteng jas di tangan kirinya, matanya bertemu dengan mata kedua wanita itu.

kedua wanita itu sama-sama tersenyum, Alleira sendiri tidak tahu kenapa ia tersenyum puas saat melihat Kenneth sudah siap pergi, yang berarti akan meninggalkan washabi kepedean ini sendiri.

Kenneth mematap Alleira yang tersenyum, senyum meremehkan gadis itu yang masih setia terpasang di wajahnya. Kemudian ia beralih menatap Alyssa, "Kamu sudah datang?" Tanya Kenneth.

Senyum Alleira perlahan menghilang. Berbalik dengan Alyssa yang mengembangkan senyumnya semakin lebar. Alyssa mengangguk sebagai jawaban. Wanita itu langsung berjalan ke sebelah Kenneth dan merangkul lengan laki-laki itu lagi dengan eratnya, lalu menatap Alleira dengan pandangan yang sangat membuat Alleira emosi.

Alleira berdeham, menetralkan emosinya, "Sir, Mr.Ducoff dari bagian marketing sudah menung-"

"Batalkan jadwal saya hari ini." Potong Kenneth. Alleira melongo.

"Tapi, Sir! Meeting ini penting-"

"Kalau begitu anda gantikan saya. Apa gunanya anda sebagai sekretaris saya? Saya ada janji dengan Alyssa. Gantikan saya, atau batalkan sekalian. Terserah." Kenneth tidak menatap Alleira lagi. Ia tidak bisa menatap mata itu, masih tidak berani tepatnya setelah apa yang terjadi kemarin.

Kenneth berlalu begitu saja tanpa menoleh lagi. Hanya Alyssa yang menoleh, menatap remeh Alleira, menertawakan kebodohannya, dan mengejeknya.

Sebenarnya, siapa yang kepedean sekarang disini? Tanya Alleira membatin. Lalu kenapa lo nyium gue kemarin? Kenapa lo melarang gue dekat sama laki-laki lain sementara lo seenaknya dekat sama cewek lain?

Airmata mulai menggenang di pelupuk mata Alleira, tapi tidak sampai terjatuh karena Alleira sudah mengadah terlebih dahulu.

"Oke, anggap aja gue terlalu bodoh kemarin." Gumam Alleira, ia segera menyambar ponselnya, menampilkan pesan yang belum terkirim karena baru terisi setengah balasan akibat teringrupsi oleh kehadiran Alyssa tadi.

Alleira menghapus seluruh pesan yang tadi ia ketik, dan mengetik ulang pesan balasan yang kemudian ia kirim ke Sean.

Dengan senang hati. Jemput aku 10 menit lagi di lobby kantorku.

*

"Ken... kenneth... ken!" Alyssa menggoyangkan tangan Kenneth yang berada si atas meja sedikit kasar. Memang bermaksud untuk menyadarkan laki-laki itu dari lamunannya sedari tadi.

"Y-ya? Ah... Maaf. Tadi kamu bicara apa?" Tanya Kenneth gelagapan.

"Bukan aku, tapi Daddy." Ucap Alyssa sambil menunjuk kearah Jacob Wallaby yang duduk di hadapan mereka.

"Maaf, Mr.Wallaby. Saya tadi sedang berpikir sebentar. Tadi anda bicara apa?" Tanya Kenneth. Ia tidak terlalu menghiraukan jemari Alyssa yang melingkar di lengannya, atau lebih tepatnya, dia tidak menyadarinya.

Jacob tertawa kecil melihat putrinya tersenyum bahagia. Dan kebahagiaan putrinya merupakan prioritas utamanya. Memperkenalkan Alyssa pada Kenneth dirasanya merupakan pilihan terbaik, dan kenyataan kalau Kenneth lupa ingatan dirasa sangat membantunya.

"Panggil Om saja." Ucap Jacob. Kenneth hanya membalasnya dengan senyum sopan. "Kapan Om bisa bertemu dengan Orang tuamu? Sepertinya kedua orangtuamu sangat sibuk sekali, ya? Apa kamu bisa merencanakan makan malam bersama Om dan juga Alyssa?"

"Y-ya?" Kenneth bingung dengan topik yang telah ia lewatkan.

Jacob kembali tertawa, "mungkin kamu lupa, tapi kita... pernah membicarakan mengenai perjodohanmu dengan Alyssa dulu." Jacob menatap was-was Kenneth, "Kamu bilang kalau kamu akan mempertimbangkannya. Dan karena kamu sudah bertemu dengan Alyssa kemarin, dan kalian juga terlihat saling tertarik. Om Rasa Om sudah mendapatkan jawabannya."

Kenneth terbelalak. Apa amnesianya separah ini? Kenapa sampai pembicaraan sepenting ini juga ia tidak ingat? Apa Mommy daddynya tahu? Dan bukannya ia dan Alleira katanya sudah... ah aku juga tidak bisa mengingat itu. Tapi apa... iya?

"Ken..."

Ken...

Panggilan yang sama, namun suara yang berbeda. Suara yang berasal dari ingatan terdalamnya, menenangkan, membuatnya rindu. Dan suara yang berasal dari wanita di sebelahnya. Kedua suara itu serasa amat berbeda.

Alyssa kembali menggoyang lengan Kenneth. Ia tahu kalau cara ayahnya dengan membohongi Kenneth, memanfaatkan keadaan Kenneth salah. Tapi bagaimana kalau apa yang Daddynya katakan benar? Kalau dokter mengatakan, ingatan Kenneth maupun Alleira, bisa saja tidak kembali. Tergantung seberapa dalam trauma atau stress yang timbul dari ingatan terlupa itu.

Meski langkahnya tergolong licik, tapi cinta ada karena terbiasa, kan? Alyssa yakin ia bisa membuat Kenneth jatuh cinta padanya kalau ia lebih sering lagi menghabiskan waktu dengan Kenneth.

"M-maaf, om. Tapi apakah benar apa yang om katakan? Maksud saya, saya sama sekali... saya..." saya tidak merasa mencintai putri anda. Dan satu-satunya alasan ia mau membatalkan seluruh jadwalnya hari ini adalah karena Alyssa mengatakan kalau Jacob ingin berunding mengenai permintaan kerjasama yange pernah diajukan Kenneth agar dapat membantu Clavinsky Empire yang sedang tidak stabil.

"Tentu saja, Kenneth. Kamu sudah berjanji akan mempertimbangkannya." Tegas Jacob.

"Baiklah, Om akan memberi kamu waktu untuk mempertinbangkannya lagi. Tapi Om harap, kamu tidak akan membuat Om menunggu lebih lama karena Alyssa akan kembali ke Milan 3 bulan lagi." Ucap Jacob sambil tersenyum miring. Ia berhasil mengacak-acak pikiran Kenneth.

"Oh." Sahut Kenneth nampak tidak peduli.

"Sementara Alyssa disini, Om harap kamu bisa menemani Alyssa setiap hari, karena Alyssa tidak cukup familiar di kota ini, dan dia juga tidak mempunyai teman atau kenalan selain kamu. Kamu bersedia, kan? Hitung-hitung, kamu bisa mengenal Alyssa lebih dalam lagi." Ucap Jacob sambil menyentuh punggung tangan Alyssa yang diletakkan di meja. "Om sangat berharap kalau kalian akan melangsungkan pernikahan sebelum Alyssa ke Milan. Jadi Om bisa lebih tenang karena Om yakin kalau Alyssa berada di tangan orang yang tepat seperti kamu."

Kenneth tertegun. Pernikahan? 3 bulan? Milan? Apa benar aku pernah menjanjikan akan mempertimbangkan tawaran itu? kenapa semuanya terasa asing? Aku merasa seperti keledai dungu.

Kenneth menoleh kearah Alyssa yang sedang tersenyum semanis mungkin kepadanya, tapi hati Kenneth hampa.

"Ba-baiklah. Akan ku pertimbangkan lagi."

*

Kenneth keluar dari lift yang membawanya kelantai teratas Apartemen dengan langkah kecil. Kepalanya sakit setelah seharian mencoba mengorek ingatannya yang sama sekali tidak membuahkan hasil.

Kenneth tidak tahu siapa yang harus ia percaya. Keluarganya, atau Jacob?

Kenneth merasa kalau amnesianya ini membuatnya menjadi keledai dungu yang sedang berusaha di manfaatkan disana sini. Bahkan hatinya tidak dapat memberi jawaban atas pertanyaan yang terus menghuni kepalanya.

Langkahnya terhenti saat pintu Penthouse yang terletak di seberang penthousenya terbuka.

Alleira berdiri mematung saat melihat Kenneth tidak jadi memasukan Passcode di pintu Penthousenya ketika ia keluar.

Kenneth memperhatikan gaya berpakaian Alleira dari atas hingga bawah.

Gadia itu mengenakan croptee tanpa lengan berwarna merah, memamerkan perut rata miliknya,  dipadukan dengan skinny jeans dan stiletto hitam. Gadis itu memoles make-up di wajah cantiknya, mengepang sedikit rambut bagian depannya, dan menggerai sisa rambutnya. Alleira terlihat sangat cantik malam ini.

Alleira yang terlebih dahulu memutuskan tatapan dari Kenneth. Ia masih sangat kesal dengan laki-laki itu hingga memutuskan menerima ajakan Sean untuk merayakan pengangkatan dirinya menjadi CEO di sebuah club malam ini. Ia hendak melangkah kearah Lift yang saat itu masih terbuka, namun Tangannya dicekal cepat oleh siapa lagi kalau bukan Kenneth yang menatapnya tajam.

"Mau kemana kamu?" Tanyanya terdengar posesif.

"Lepas!" Alleira menyentak tangan Kenneth. Ia berdecak saat pintu lift sudah tertutup, kemudian ia memencet tombol di sebelah pintu lift agar kotak besi itu bisa kembali naik dan membawanya turun dengan segera.

"Mau menemui Sean? Iya?" Tanya Kenneth, suaranya datar, namun menohok.

Alleira berbalik dan menatap tajam Kenneth tepat di matanya. Tinggi mereka hampir sama berkat Stiletto yang dikenakan Alleira. "Kalau iya, lalu kenapa? Urusan lo?" Geram Alleira. Bayangan Alyssa yang menggandeng Kenneth pergi tadi pagi membuatnya panas.

"Bukankah kemarin aku sudah mengatakannya dengan jelas kalau kamu tidak boleh-"

"Terus gue harus dengerin perintah lo, gitu?" Potong Alleira. Ia berdecak dan tersenyum samar, "Lo siapa? Lo menyuruh gue untuk gak dekat sama laki-laki lain, tapi lo dengan bebas berdekatan dengan perempuan lain. Apa yang ada di otak lo,hm?"

Kenneth diam, ia juga tidak mengerti kenapa ia harus bereaksi seperti ini.

Melihat keterdiaman Alleira, ia merasa semakin kesal. Jauh di lubuk hatinya, ia mengharapkan Kenneth berjanji kalau ia juga akan menjaga jarak dengan perempuan lain, tapi melihat Kenneth hanya diam, harapan itu seakan seperti gema teriakan yang samar.

"Gue benci sama lo." Ucap Alleira final sebelum ia masuk kedalam pintu lift yang terbuka bertepatan dengan puncak amarah dan kekecewaan yang ia rasakan pada laki-laki di hadapannya.

Pintu tertutup, dan pemandangan Kenneth yang hanya menatap kosong kearah pintu lift menghilang begitu saja.

***

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro