Music Sheets
Sang pemimpin melupakan senjatanya yang tergeletak di lorong - lorong. Bukan kayak pedang atau hal berbahaya lainnya, melainkan kertas musik yang berisi lagu baru. Pemiliknya pasti tertawa gak jelas dan melemparkan kertas ini dengan asal sambil membicarakan inspirasinya yang mengalir sangat deras dalam pikirannya.
(Name) memungut kertas - kertas tersebut sambil menghela napas panjang. Karena rasa ingin tahu, dia membaca beberapa lembar. Pemuda tersebut selalu tidak gagal membuat (Name) terpukau setiap membacanya. (Name) baru ingat, kalau dia belum mengembalikan buku tulis Leo.
"Aku harus kembaliin bukunya... tapi, aku masih mau baca lagu buatannya! Nanti aja aku kembaliinnya sekalian sama kertas lagunya." Kata (Name) sambil setengah berlari menuju kelas 3-B.
.
.
.
Beberapa tahun yang lalu, (Name) jarang memperlihatkan dirinya. Dia juga tidak mau melihat sinar matahari dari dalam ataupun luar ruangan.
Akhirnya, Leo melihat keadaan gadis yang dia sayangi untuk sekian lamanya, saat gadis itu mulai menerima semua kenyataan pahit yang dia alami.
Penampilannya saat itu sangat berantakan, ada kantong mata yang sangat tebal di bawah matanya, badannya juga semakin kurus. Yang paling mengejutkan, ada bekas sayatan di kedua tangan (Name) yang ditutupi dengan jaket (color) lalu dialasi dengan perban.
Tapi, dia masih bisa tersenyum dengan hangat. Tertawa riang bersama sahabatnya, layaknya tidak ada yang terjadi.
.
.
.
Sampai di depan kelas 3-B, (Name) meminta tolong pada Nazuna untuk mengembalikan buku latihan Leo.
"Leo-chin, ini buku latihanmu." Kata Nazuna sambil meletakkan buku itu ke meja sang pemilik.
"Oh! Nazu, Uchuu~! Arigatou na!" Balas Leo. Dia langsung melanjutkan menghitung kertas musiknya. "Aku hitung beberapa kali selalu ada yang hilang! Sekarang ini lebih dari satu yang hilang... bagaimana ini!?" Teriak Leo dengan frustasi membuat teman sekelasnya menatap dia dengan bingung dan aneh.
---
Bel istirahat berbunyi, (Name) berencana untuk memberikan Leo kertas musiknya.
"Pasti dia kepanikan karena kertas lagunya hilang... lagi," batin (Name).
Gadis itu mengambil bekalnya dan berlari menuju taman sekolah. Mungkin dia bisa menemukan Leo yang sedang menyusun lagunya. (Name) jarang melihat Leo makan di sekolah. Mungkin menawarkannya makanannya bukan ide yang buruk.
"Gara - gara kertas yang hilang itu.. aku harus membuat lagu yang baru! Padahal lagu itu baru ku buat tadi pagi dan sudah hilang! Aku kehilangan inspirasi!"
Ah... (Name) benar - benar kacau. Kalau saja dia memberi kertas musiknya sekaligus dengan buku latihannya tadi, Leo tidak akan terlihat sangat kacau seperti sekarang.
"Aku juga tidak bisa fokus sama sekali! Dimana fokus itu yang ku miliki tadi pagi!?"
"Tsukinaga-senpai! Mau makan bersama?" Tawar (Name) sambil menepuk pundak pemuda tersebut.
"Wah! Oh.. (Name)! Kenapa kau menawarkan bekalmu?" Tanya pemuda tersebut.
"Aku tidak pernah melihatmu makan siang, jadi.. maukah? Mungkin dengan makan siang, kamu dapat berkonsentrasi."
"Arigatou, (Name)! Kau benar - benar peduli dengan Oniichan-mu, ya?" Goda Leo membuat wajah gadis itu merona.
"Makanlah." Perintah (Name) dengan nada yang jutek.
(Name) mengambil kertas musik yang daritadi dia simpan. Pembuat lagu tersebut memakan bekalnya dengan lahap.
"Tsukinaga-senpai... gomenasai."
"Hmm? Kenapa kau minta maaf? Daritadi kau hanya duduk diam, tidak melakukan kesalahan sama sekali. Ada apa?" Tanya Leo yang bingung melihat gadis yang ada di depannya berkeringat dingin.
"Ahahahaha... kau tahu? Aku memungut sebuah kertas yang sangat banyak di lorong lantai dua... dan aku baca itu punyamu. Maaf kalau tidak mengembalikannya dan membuatmu... terlihat stress. Aku hanya ingin membacanya... aku kira liriknya akan terdengar sedih atau suram seperti dulu, sekarang... terdengar sangat gembira. Kau tidak pernah gagal membuatku terpukau." Kata (Name) sambil menyerahkan kertas musiknya kepada Leo.
"Wahahahaha! Akhirnya ketemu juga! Kau seorang penyelamat, (Name)! Dan.. kau tahu darimana kalau lagu buatanku suram? Apa Sena menceritakannya? Lagipula, itu semua masa lalu." (Name) mengangguk mengerti.
Gadis itu menyelipkan seutas helai rambutnya ke belakang telingnya. (Name) merasa kalau dia ngomong kalimat yang salah diakhir perkataannya. "Saat mendengar lagu lamamu... mengingatkan ku pada perasaanku yang sudah lama ku lupakan. Seperti mencerminkan diriku, kau tahu." Kata (Name).
Leo menatap (Name) lamat - lamat membuat (Name) merasa tidak nyaman.
"Ah, lupakan apa yang baru saja kuucapkan tadi. Aku terdengar seperti mengeluh pada dunia," gumam (Name) dan menggelengkan kepalanya beberapa kali.
"Tak apa." (Name) langsung mengangkat kepalanya, terkejut saat mendengar perkataan Leo.
Leo tersenyum simpul dan mengelus rambut karamel (Name) dengan lembut. "Tidak ada peraturan kalau kau tidak boleh mengeluh. Semua perasaan itu penting, jadi jangan mengurungnya dalam hatimu dan membiarkan mereka memakan jiwamu perlahan."
(Name) terpaku mendengar perkataan Leo.
"Jadi senyum, ya, (Name)! Kau terlihat lebih cocok dengan sebuah senyuman daripada wajah murung."
"Arigatougozaimasu... Tsukinaga-senpai."
"Kenapa aku merinding kalau kau berbicara formal tiba - tiba?"
"Mana ku tahu!!"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro