Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

It Was like a Dream

Bunga sakura berguguran dengan elegan dan menyentuh tanah. (Name) mengulurkan tangannya, membiarkan tangannya menyentuh sakura yang berjatuhan. Karena terlalu terpukau dengan bunga, dia lupa kalau ada pertemuan dengan Knights. Dia berlari ke studio dengan cepat dan membuka pintu studio yang berhasil menimbulkan suara yang sangat keras.

"Ma-maaf aku terlambat..!" Ucap (Name) sambil membungkukkan badannya.

"Kau tak perlu minta maaf, (Name)-chan. Lagipula kita hari ini tidak ada latihan." Balas Arashi membuat (Name) diam mematung di depan pintu.

"Eh~?!" Arashi menarik (Name) masuk dan menyuruhnya duduk.

(Name) duduk sambil menatap kosong ke sekitanya. Dia duduk sangat tegak saking canggungnya pada situasi. Ini bukan pertama kalinya dia di ruangan bersama laki - lakinya dan dia perempuan sendiri, sama sekali bukan. Hanya saja... Leo menyandarkan punggungnya sambil menyusun lagu, tidak memedulikan (Name) yang menahan beban yang diberikan Leo.

"Leader. Berhenti bersandar ke punggungnya Onee-sama. Apa kau tidak bisa melihat kalau Onee-sama keberatan menahanmu?" Tegur Tsukasa.

"Eh? Tapi (Name) terlihat tidak keberatan kok. Lagipula disini nyaman!" Balas Leo sambil mencari posisi yang nyaman.

Yang dijadikan tempat sandaran secara tiba - tiba hanya bisa pasrah dan menulis sesuatu di kertas yang dia bawa. Menulis puisi sudah menjadi hobinya sejak kecil, dia suka merangkai sebuah kata - kata menjadi irama, menyusun perasaannya menjadi sebuah kalimat yang indah.

(Name) menghembuskan napas panjang dan menatap ke dinding langit.

"(Name)-chan terima kasih atas puisi yang kau buat, isinya begitu menyentuh hatiku. Apa kau mendapatnya juga, Izumi-chan?"

"Puisi itu? Ya, aku mendapatnya. Puisi itu mengingatkanku pada lirik lagu buatan Ou-sama." Komentar Izumi membuat (Name) mengalihkan pandangannya dan tertawa gugup.

"Apa kalian membicarakan puisi yang dibuat (Nickname)? Isinya begitu memukau. Terima kasih sudah membuatkannya untukku," sambar Ritsu yag dibalas anggukan kecil dari (Name).

"Aku juga berpikir seperti itu. Puisi buatan Onee-sama sangat marvelous." Puji Tsukasa.

Terukir senyuman hangat di wajahnya (Name). 

"Apa kau mendapat puisi dari (Name), Leo-kun?" Tanya Izumi membuat Leo yang asik menyusun lagu menoleh ke sumber suara.

"Eh.. puisi dari (Name)? Oh! Jadi, kalian mendapatnya juga? Wahaha, (Name) sudah mulai terbuka dengan orang lain!" Seru Leo, meguap keluar dari mulutnya. Dia langsung menidurkan kepalanya diatas pangkuannya (Name). Semua orang di ruangan terkejut melihat tindakan sang Raja yang sangat berani kepada sang Ratu.

"Aku sudah mendapat sekitar Um.. berapa ya..? Oh! 64 puisi buatan (Name). Dua hari yang lalu, dia memberikan aku 2 lembar puisi, jadi sekarang ada 66 kertas." Lanjut Leo sambil melanjutkan menyusun lagunya.

"Sebenarnya ada 132 lembar lagi di kamarku untuk Leo-nii." Batin (Name) yang asik mencoret kertasnya. "Tapi dia tidak perlu tahu itu."

Leo meletakkan kertas dan pulpennya di lantai dan menatap lurus ke manik biru langit tersebut. Sang pemilik bola mata tersebut tersenyum saat menyadari kalau ada seseorang yang melihat kearahnya.

"Apa kau membuat lagu disaat aku tidur? Sebaiknya kau tidak memaksakan dirimu kalau kau benar - benar mengantuk." Kata (Name) dengan khawatir. 

Semua orang di ruangan melihat adegan kedekatan (Name) dengan Leo. Sebagian dari mereka tahu kalau kedua remaja tersebut dalam sebuah hubungan, kecuali Tsukasa.

"Mereka terlihat sangat dekat~ Cinta dimasa remaja memang indah."

"Entah kenapa atmosfer di ruangan ini membuatku sebal."

"Kau hanya iri karena kau jomblo, Secchan...~"

Izumi langsung memberikan tatapan tajam kearah Ritsu, sedangkan pemuda bersurai hitam itu berpura - pura tidur.

"Apa Leader dan Onee-sama mempunyai sebuah hubungan?" Tanya Tsukasa yang curiga.

"Hmm... mungkin karena mereka sudah menjadi teman  sejak kecil, jadi mereka sudah terbiasa dengan hal seperti itu," balas Arashi yang jelas - jelas dia tahu tentang hubungan mereka.

Mereka kembali menoleh kearah dua manusia yang tanpa sadar sedang bermesraan.

"Wahahaha ☆! Lagipula aku tidak bisa menghentikan diriku kalau sudah mendapat inspirasi! Itu karena berkatmu, (Name). Kau adalah inspirasiku..~!" Gadis itu bisa merasakan wajahnya memerah. Dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"A-Arigatou..." bisik (Name). Dia merogoh ponselnya yang berdering akan pesan.

~

(Name) melangkah kakinya dengan elegan bagaikan seoraang malaikat, dia sedang latihan untuk tariannya walaupun tidak akan ada yang melihatnya. Terakhir dia menari saat dia akan naik ke kelas dua SMA. Senyumannya melebar karena sudah mengingat semua gerakannya. Dia terus menari diatas bunga sakura, kadang teman sekelasnya akan menonton tampilan kecilnya dengan wajah terpukau. Sekarang tidak ada lagi...

"Aku ingin menari..." gumamnya. Dia mengakhiri tariannya dengan elegan. 

Dia merogoh saku jaketnya, notifikasi dari grup lamanya terus berdering. Senyuman kecil tercipta di wajahnya, Hayato dan Sakata memutuskan untuk latihan akhir pekan, mereka memerlukan persetujuan dari (Name). Gadis itu mengetik 'y' dan kembali memasukkan ponselnya ke jaket.

Tidak sabaran menanti musim panas untuk datang.

Dia menekan simbol telpon di layar ponselnya, dia tidak bisa lagi menahan rasa rindunya. Dia menunggu seseorang untuk mengakatnya.

"Moshi moshi?"

"Ah! Hayato-kyun! Hisashiburi  ne. Bagaimana kabarmu?"

"Baik. Aku hanya sedikit jengkel di sekolah ini."

"Disitu sekolah idol juga benar? Ku dengar di situ ada salah satu unit Eden."

"Iya, mereka sangat keren. Oh! Aku dengar dari Cera tentang hubunganmu dengan teman masa kecilmu itu? Jadi~ bagaimana?"

"Eh..?! Oh... baik.." balasnya dengan malu - malu.

Dari seberang sana, dia bisa mendengar Hayato tertawa kecil.

"Jadi kalian sudah pacaran? Kudengar dia seorang idol.. itu akan menjadi sangat risky."

(Name) mengangguk setuju, sayangnya Hayato tidak bisa melihatnya. "Gak juga sih." Gumanya. "Eh! Jadi, kan latihan besok? Jangan janji aja, aku benci sikapmu itu." Kata gadis itu dengan nada sebal.

Leo yang mendengar pembicaraan mereka berdua terlihat cemburu. Karena apa? Karena wajah (Name) yang merona selama pembicaraan. Dia mendekati gadis itu dan langsung memeluknya.

"HYAA--! Oh.. Tsukinaga-senpai.. kau membuatku jantungan." Kata (Name) yang mencoba menetralkan wajahnya. Leo hanya memeluknya dalam diam. Gadis itu mengangkat salah satu alisnya dan mengelus rambutnya dengan lembut. "Tsu-Tsukinaga-senpai...! Sesak..!" Teriak (Name).

Leo melepaskan pelukannya dan menatap tajam kearah (Name). Dia terlihat kesal.

"Tsuki..naga-senpai...?" Tanya (Name). "Apa aku berbuat salah..?! Gomenasai..!" (Name) menundukkan badannya. Dia tidak tahu kesalahannya dimana, yang pasti dia merasa bersalah tanpa alasan.

"Kenapa kau minta maaf, (Name)? Aku hanya sedikit megantuk." 

(Name) duduk di bawah pohon sakura dan menepuk pangkuannya, seperti memberi isyarat kepada Leo untuk tidur di pangkuannya. Tanpa ragu, Leo langsung menjatuhkan kepalanya diatas pangkuan gadis tersebut.

(Name) mempunyai sisi yang mengerikan, dia bisa tahu apapun tentang hal yang ada di sekitarnya dan tentang Leo maupun Ruka.

"Kau mendengarku berbicara dengan Hayato-kun, ya?" Tanya (Name).

"Ya... kau terlihat sangat senang sampai wajahmu merona. Entah kenapa.. itu membuatku cemburu.." (Name) mengedipkan matanya beberapa kali dan tertawa kecil.

"Begitu ya.. sepertinya kau salah paham, Tsukinaga-senpai. Aku sangat senang karena akan bertemu dengan teman - temanku.. dan disaat dia membicarakan tentangmu, aku tidak bisa berhenti memikirkan Leo-nii. Hehe, apakah ini kekuataan cinta~?" 

Leo langsung mengecup bibir (Name) dengan singkat. Iris biru langit itu melebar dan langsung menatap ke pangkuannya. Leo hanya nyengir kuda kepadanya yang dibalas tatapan jengel dari (Name).

"Ke-Kenapa kau melakukannya..?" Tanya (Name) sambil mengelap bibirnya dengan ujung blazernya.

"Hanya ingin melakukannya~!" Balas Leo tanpa dosa. (Name) menghela napas dan kembali menatap ponselnya dengan malas.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro