In the Middle of the Rain
Setelah pekerjaan yang melelahkan itu, mereka diantar kembali ke sekolah. (Name) dan Leo berpisah dengan Izumi dan Arashi di stasiun.
"Hari ini melelahkan sekali..." eluh (Name) sambil merapikan rambutnya yang berantakan.
"Emang? Aku tidak merasakannya sama sekali!" Ujar Leo dengan semangat.
(Name) melirik kearah Leo yang menyandungkan sebuah lagu. Senyuman terhias di wajahnya. (Name) selalu berpikir, Leo sudah melewati banyak rintangan dan dia hampir menyerah dalam mimpinya. Bagaimana dia bisa tersenyum seperti itu seakan tidak punya beban?
"Beri tahu aku rahasianya..." gumam (Name).
"Apaan?" Ucap Leo tiba - tiba.
"Bu-Bukan apa - apa!" Elak (Name) dengan cepat.
Mereka berdua kembali menunggu dalam diam. (Name) menatap rel kereta sambil jatuh ke dalam pikirannya. Sesekali, Leo melirik kearah (Name) yang terdiam.
"(Name) terlihat sangat aneh tapi di waktu yang sama terlihat magnificient." Ujar Leo.
"Maksudmu...?" Tanya (Name) yang sudah sadar dari lamunannya.
"(Name) adalah seperti alien yang turun ke bumi, tapi dia sendiri tidak tahu apa maksud tujuannya disini." Ucap Leo. Lagi - lagi, (Name) tidak mengerti apa maksud dari kiasan Leo.
"Aku benar - benar tidak tahu apa yang kau bicarakan." Balas (Name) canggung.
"Eh~? Apa (Name) bodoh? Seharusnya genius sepertimu tahu hal seperti ini." (Apakah perkataan ini terasa familiar bagimu?)
"A-Apaan itu?!" Seru (Name) yang tidak terima perkataan Leo. "Aku bukan seorang genius, tapi tidak bodoh juga! Dan juga kiasanmu itu selalu rumit dan susah kita mengerti, otakku tak mampu melakukannya! Seperti mencari jalan keluar dari labirin yang selalu mengganti arahnya, dan kadang aku bisa bermalam di dalam labirin itu hanya untuk memecahkannya!!"
Leo langsung tertawa mendengar ucapan (Name). Tawanya cukup membawa perhatian orang - orang di sekitarnya, hal itu membuat (Name) malu padahal bukan dia yang ketawa.
"Ke-Kenapa kau ketawa? A-Apa ada yang lucu?" Tanya (Name) yang merinding ketakutan.
"Ahahahaha..! Kau baru saja menggunakan kiasan, (Name)."
Wajah (Name) langsung merah merona. Leo kembali tertawa melihat (Name) yang salah tingkah.
"Lihat wajahmu sekarang, terlihat sangat menarik!"
"Aku tidak tahu lagi harus mengambilnya pujian atau sindiran.." ujar (Name) sambil menunjukkan tampang kesalnya.
-
Hujan turun setelah mereka berdua sampai di tujuan mereka. Hujannya sangat lebat sampai ada beberapa orang yang memilih untuk berteduh lebih dahulu.
"Huh... tadi pagi tidak bilang kalau ada hujan," gumam (Name) sambil mengulurkan tangannya, membiarkan tetes hujan membasahi tangannya. "Aku lupa bawa payung lagi."
Leo langsung melemparkan jaketnya kearah (Name).
"Apaan sih?!" Seru (Name) yang tiba - tiba kesal. Maniknya melebar saat melihat rona merah di telinga Leo. Gadis itu langsung melihat ke bawah dan wajahnya merona. "Leo no... hentai."
Mereka berdua berlari kearah toko yang ada di kanopinya. Hanya mereka berdua yang bertuduh, sedangkan yang lain melanjutkan perjalanannya.
(Name) memeluk tubuhnya yang mengigil. Telapak tangannya juga sudah memucat karena dingin.
"Bagaimana kita terobos aja?" Usul Leo dengan senyuman miring terhias di wajahnya.
"Kau gila?!" Seru (Name) gemetaran.
"Ayolah!! Inspirasi sudah banyak menumpuk di kepalaku dan aku tidak sabaran ingin menulisnya!" Ucap Leo bersikeras.
"Emang kau doang?! Sudah banyak konsep muncul di kepalaku, tapi karena hujan yang tidak menentu ini... Aku gak bisa!" Balas (Name) yang gak kalah galak.
Mereka berdua kembali diam. Leo tidak berkutik sama sekali dan (Name) hanya mematung seakan tidak bernapas.
Hujan semakin deras dan menciptakan suara tetes air yang ada di kanopi sangat keras. (Name) mendengus kesal, karena tidak bisa pulang... Sebenarnya, dia tidak tahu harus bahagia karena mengahabiskan waktunya bersama Leo atau marah karena tidak bisa bersantai di rumah.
(Name) melihat refleksi wajahnya di genagan air hujan. Wajahnya masih terlihat murung, tidak ada sedikit keceriaan tertangkap di dalamnya. (Name) memakaikan plastik untuk menutupi tasnya.
"Tsukinaga-senpai, apa kau membawa ponsel-mu hari ini?" Tanya (Name). Wajah seriusnya membuat Leo merinding ketakutan.
"Ini." Leo memberikan ponsel-nya kepada (Name) tanpa pikir panjang. Gadis itu meletakkan ponsel itu di tasnya.
"Oke, kita akan lari!"
-
Tetes hujan membasahi mereka berdua. Tidak ada pelindung untuk menutupi badan mereka dari air hujan. Aroma hujan dan tanah bercampur menjadi satu. Suara becekan air setiap mereka melangkahkan kaki mereka ke genangan air.
Seketika dunia serasa menjadi milik mereka berdua.
"Ini ide yang bodoh!" Seru (Name) kepada Leo.
"Tapi bukan ide yang buruk juga!" Seru Leo balik disusul dengan tawanya. Tangannya yang dingin masih setia menggenggam tangan (Name).
(Name) terus melihat tangannya yang digenggam erat oleh Leo. Senyuman simpul terhias di wajahnya dan telinganya sedikit memerah, tidak ada alasan yang jelas karena dia kedingin atau malu. Tapi (Name) tahu... dia merasa sangat bahagia hanya seperti ini.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro