Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Come Back Home

Bunga sakura mulai berguguran. Musim panas akan segera datang dan (Name) akan mulai sibuk dengan live-nya. Dia sudah mengirim mereka lagu barunya dan seragam kepada anggota ERrOR. Dia merasa tidak percaya diri kalau ingat Cerise tidak ikut lagi, dia harus tampil bersama teman laki - lakinya.

Selain Summer Live, (Name) sudah merencanakan hal lain. Rencana membawa keluarganya pulang. Setelah pulang sekolah, dia langsung menuju tempat yang selalu dikunjugi oleh kakaknya. Tempatnya lumayan jauh dari Yumenosaki Akademi. Dia selalu mengunjungi tempat itu bersama kakanya saat masih SMP, disaat kakaknya masih sering mengunjungi (Name).

Dia akan mempercepat rencananya. Lagipula... lebih cepat lebih baik, bukan?

Bagaimana kalau dia gak ada?

Gimana kalau dia menolak bertemu denganku?

Gimana kalau dia menolak ajakanku?

Tapi, dia tahu satu hal.

Kau tidak akan tahu hasilnya sebelum mencoba, bukan?

(Name) turun dari kereta dan langsung menuju ke tempat tujuan.

Universitas yang selalu diimpikan kakaknya. Ternyata sudah jam pulang. (Name) langsung membelak saat melihat orang yang dia cari - cari dan langsung berlari mengejarnya.

"Onee-chan!!" Panggil (Name). Dia terus mengejar sosok itu.

Orang itu tidak merasa terpanggil dan terus berjalan sambil tertawa kecil mendengar candaan temannya.

"Nee-chan!!" Panggil (Name) dengan kuat sampai orang lain menatapnya dengan heran. Dia tidak peduli tatapan orang lain, yang penting kakaknya menoleh kearahnya.

"Yui-nee chan!!" Gadis bersurai karamel yang dipanggil 'Yui-nee chan' langsung menoleh.

Mata mereka bertemu. Mata Yui membelak melihat keberadaan (Name) ada di belakangnya. Disusul dengan kedua temannya, mereka bingung apa yang dilihat Yui.

(Name) langsung berlari dengan cepat dan tersenyum lega. Dia langsung melompat dan memeluk kakaknya yang dia rindukan.

"Yui-nee chan..! Yui-nee chan..! Aku sangat merindukanmu..! Nee-chan..!" Jerit (Name).

Namun, pelukan itu terasa dingin di rengkuhannya. (Name) kembali menangis kencang, bukan karena rindu yang pecah di dalam jiwa, melainkan kesadaran bahwa pelukan yang selalu mereka rasakan saat kecil tidak akan sama.

☆-☆-☆-☆-☆

Kedua saudara (Surname) itu duduk berhadap - hadapan di salah satu tempat duduk yang ada di kafe terdekat. Tempat nongkrong kakaknya. Teman kakanya yang diketahui namanya Rumi dan Togata. Mereka gregetan menatap kedua saudara itu yang saling diam.

"Sumpah.. liatin mereka diem aja rasanya ngeselin." Komen sambil menopang dagu.

"Itu adiknya Yui? Dia mengingatkanku pada seseorang?" Togata menyiptkan matanya.

"Togata-kun baka~! Kau selalu menonton konsernya. Masa lupain idol favorit sendiri." Celoteh Rumi sambil mendengus kesal.

"Eh..?! Hontou?! Itu beneran (Name).?" Tanya Togata tidak percaya sambil membelak matanya.

"Yeee...! Apa kau tidak lihat anting yang dia pakai? Mereka sering pakai saat tampil. Aku yang bukan fans  mereka bisa tau." Balas Rumi dengan bangga.

(Name) memainkan jari - jari kukunya sambil menatap kakaknya yang masih diam.

"Kenapa kau kesini? Pasti kau punya alasan ingin bertemu denganku, kan?" Tanya Yui sambil  menatap (Name) seperti meninterogasinya.

"Enggak kok.. Kebetulan saja." Bohong (Name).

Yui mengangkat salah satu alisnya. "Itu bukan kebetulan biasa. Kenapa--"

"Aku ingin kau pulang!" Kata (Name), langsung ke intinya.

"Tidak bisa."

"Kenapa?!" 

Yui menghembuskan napas panjang. "Aku sibuk, sama denganmu. Kau nenjadi idol kan? Atau sudah beda lagi," gumamnya sebelum pandangan fokus kepada mantel biru yang (Name) kenakan. "Seragammu ganti? Apa kau pindah sekolah? Apa kau berbuat masalah?!" Suara Yui naik satu oktaf membuat (Name) menundukkan kepalanya.

(Name) menghela napas panjang dan menatap iris biru langit malam itu. "Jangan pedulikan sekolahku! Aku ingin kau pulang!" Rengek (Name).

"Bukannya sudahku bilang aku--"

"Bilang saja kau tidak mau pulang karena situasinya berbeda, kan?! Okaa-san tidak ada lagi, semuanya pergi! Bilang saja kau malas nenemuiku dan sibuk dengan teman-temanmu!" Suara (Name) jauh lebih tinggi daripada Yui. "Aku mau Onee-chan pulang! Aku mau kita berkumpul seperti dulu, menjadi keluarga yang harmonis," (Name) menahan air matanya untuk keluar, "Onegai... atau tidak usah seperti dulu, mengunjungiku... tidak perlu tinggal, kunjungi saja..!"

"Gomen, aku tidak bisa. Aku pergi dulu. Teman - temanku sudah menunggu."

-

(Name) PoV

Aku balik ke rumah dengan keadaan yang sangat berantakan. Air mataku sudah berair di bullet train tapi aku menyekanya sebelum lolos dari mataku. Aku tidak mau menangis di depan umum, hal itu akan sangat memalukan. 

Rencananya sudah gagal, aku tidak bisa mengajak Onee-chan pulang. Membuat chapter baru dan membangun keluarga harmonis bersama Otou-san dan Ayane-chan, menunjukkan Okaa-san kalau kita baik - baik saja dan menghiklaskannya.

Aku tidak mau menangis. Aku harus menerima kenyataan.. kalau mereka semua tidak mau pulang, sibuk dengan dunia mereka sendiri. Tidak membiarkan aku masuk dan menyambutku dengan hangat.... Sungguh kenyataan yang pahit.

Tapi, disinilah aku sekarang. Aku tersedu. Lagi - lagi dan lagi. Aku membuka knop pintu dan duduk di lantai yang dingin. Memeluk tubuhku yang gemetaran. Aku meraung - raung di dalam kamarku. Kukira semuanya akan baik - baik saja.

Aku mengambil album yang ada di meja belajarku. Aku selalu melihatnya sebelum tidur. Sama seperti Onee-chan, aku belum bisa menerima kenyataan.

"Okaa-san...! Semuanya meninggalkanku..."

Aku melihat salah satu foto yang diambil Otou-san beberapa bulan sebelum kematian Okaa-san. Kami semua ada di foto itu, terlihat bahagia.

"Aku merindukan mereka semua.."

Cklek

Pintu kamar terbuka membuat jantungku hampir copot. Pemuda bersurai jingga nemasuki ruangan. Dia tidak tahu kalau orang butuh ruang sendiri?!

"Oh! Disini kau rupanya! Ayo!" Ajak Leo yang tidak mengerti situasi langsung menyuruhku berdiri.

"Eh..? Kemana?" Tanyaku. Wajahku sekarang menunjukkan ekspresi bingung dengan mata yang sembab.

"Okaa-san menyuruhku memanggilmu untuk makan malam. Pintunya tidak di kunci jadi aku asal masuk. Ku dengar suara dari kamarmu dan aku masuk." Ujar Leo sambil menunjukkan senyuman lebar khasnya.

"Leo-nii tidak tahu situasi. Kau 'kan bisa mengetuk pintunya..!" Kataku dengan nada kesel.

"Walaupun aku ketuk kau takkan membukanya, jadi aku asal masuk aja. Cepetan! Nanti makan malamnya jadi dingin." Senyuman antusias seperti anak balita terukir di sana. Aku bisa melihat salah satu taringnya yang lebih tajam dari yang lain. Itu senyuman yang lebar.

"Tunggu, apa maksudmu dengan asal masuk?! Apa aku lupa asal kunci?! Dan kenapa kau tidak berseru salam seperti orang lain?!" Aku berseru jengkel, tapi semua itu terabaikan di telinganya yang memblokir setiap seru.

Dia langsung menutup pintu kamarku. Leo langsung menarik tangannya dengan tidak sabaran.

"Oh ya! Jangan ditahan kalau ingin nangis! Kau terlihat sangat jelek sekarang," ujarnya, yang kubalas dengan pukulan ringan di pundak.

Kebalikan dengan aksiku, air mata kembali mengalir, meskipun tidak sederas sebelumnya.

"Satu lagi!" Aku tersentak saat Leo-nii menoleh ke belakang, membuat jarak di antara kami cukup minim karena perbuatannya. "Tanjoubi omedetou, (Name)!"

Ternyata masih ada yang mengingatnya...

Arigatou, Leo-nii. Kau baru saja membuat suasanaku lebih baik dari sebelumnya.

Terima kasih sudah mau menjadi cahaya hidupku.

Aku tertawa disela air mata. Karena hidung yang terasa sesak, suaraku keluar serak seperti orang pilek. "Tidak kusangka di hari seperti ini."

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro