Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Blue Sky

"Langitnya terlihat indah, bukan?"

Suaranya terdengar sayup - sayup di telingaku. Senyuman lebar terhias di wajahnya yang akhir - akhir ini terlihat lebih bersinar dari biasanya. Aku menyukainya. Aku paling benci saat dia menangis dan menyakiti dirinya sendiri. Lebih baik aku melihat dia menangis dan air mata yang keluar adalah air mata kebahagiaan.

Suaranya yang penuh dengan semangat setiap dia membicarakan tentang unit kami dan unit-nya. Tangan mungilnya yang selalu mengelus rambutku dengan lembut.

Tapi... favoritku adalah manik biru langit tersebut.

Selalu fokus pada satu titik dan akan bersinar bila dia senang. Tapi, matanya yang indah punya kelebihan yang... sangat menyakitkan. Dia bisa menipu semua orang dengan tingkah dan senyuman lebarnya. Betapa hebatnya dirinya.

Tapi dia tidak bisa melakukan hal itu selamanya.. Kau tidak bisa menipu dirimu sendiri, (Name). Kau juga tidak bisa menipuku.

"Oh! Mitte, Tsukinaga-senpai. Lautannya terlihat sangat indah, karena sinar matahari... jadi terlihat ada permata di atas permukaan laut!"

Senyuman itu...

Senyumannya terlihat dipaksakan.

"Kau menyukainya?"

Manik biru langit itu berbinar - binar. Dia mengangguk semangat dan kembali menatap ke lautan.

"Aku mau melihatnya lagi untuk terakhir kalinya... bersama Leo-nii."

Suaranya seperti bisikan samar tapi aku bisa mendengarnya dengan jelas. Apa yang dia maksud dengan terakhir kalinya?

-

Aku tidak menyangka.

Pada hari itu...

Dimana langit terlihat sangat cerah dan aku bisa melihat lautan yang luas dengan jelas

Disanalah...

Dia berdiri diatas pagar besi. Posisi badannya membelakangiku jadi aku tidak bisa melihat raut wajahnya. Rambut karamel gelapnya yang panjang tertiup oleh angin.

Keheningan.

Aku berjalan mendekatinya tapi dia berteriak:

"MENJAUH!!!"

Spontan aku memberhentikan langkahku. Aku mendengar isakan keluar dari mulutnya.

"A-Aku tidak mau Leo-nii melihatku seperti ini... Aku mohon tinggalkan aku sendiri."

Suaranya parau, karena menangis. Dia menoleh ke belakang. Air mata itu mengalir sangat deras.

"(Name)! Turun dari sana, kau bisa jatuh!"

Dia hanya menggeleng kecil dan tersenyum kecil.

Jangan tunjukkan senyuman itu disaat kau ingin mengakhiri semuanya. Aku menahan tangannya dan dia mencoba mencekal pergelangan tangannya dari genggaman tanganku.

"Lepaskan aku! Aku mohon... Leo-nii, ini demi kebaikanmu dan yang lainnya juga," ujarnya dengan nada memohon.

Iya kali aku akan membiarkan orang yang aku sayangi mati di depanku?!

Tangannya berhasil bebas dari cengkraman tanganku. Wajahnya terlihat sangat kusut dan traumatis.

"Demi kebaikan siapa kau lakukan ini... (Name)!? Apa kau tidak sadar disekitarmu ada orang lain yang menyayangimu. Teman - temanmu dan anggota unitmu. Kau itu produser kami dan kami sangat menyayangimu. Tapi kenapa kau berpikir kalau tidak ada yang menyayangimu!? ...banyak yang mencintaimu.., termasuk aku (Name)."

Gadis itu tertegun mendengar ucapanku. Dia mengepalkan kedua tangannya. Air matanya tidak berhenti mengalir.

"Itu ucapan yang manis... Sayonara, Leo-nii."

Aku mengedipkan mataku dan dia sudah tidak ada di depanku. Bulir bening mengalir di pipiku.

Kenapa?

Kau sendiri yang ingin melihatnya lagi, bukan? Tapi kenapa harus berakhir seperti ini.

Inspirasiku. Kenapa kau harus pergi?

--

Aku langsung terbangun dari mimpi buruk yang pernah ada di hidupku. Jam masih menunjukkan 02.30. Aku menyentuh pipiku yang basah, karena air mata. Selama ini, aku menangis di tidurku

Apa maksud dari mimpi tadi?

Apa hal itu akan terjadi?

Tidak. Aku tidak menginginkan itu sama sekali. Aku tidak ingin kehilangan dirinya.

Aku benar - benar malas untuk pergi ke sekolah hari ini, tapi aku harus mengecek sesuatu.

---

(Name) langsung terbangun dari tidurnya. Badannya gemetaran, karena rasa takut yang besar. Ingatan masa lalunya terus berputar di dalam kepalanya. Dia memeluk kakinya dan memenjamkan matanya dengan erat. Masih ada beberapa jam lagi dan matahari akan terbit.

"Aku ingin mati..."

"Tidak! Aku tidak boleh mati. Belum saatnya.."

Pada akhrinya... Dia tidak bisa tidur dan terus menatap jam yang ada dikamarnya.

Pagi kembali menyapa dan (Name) sudah siap ke sekolah beberapa jam yang lalu.

Sampai di sekolah, betapa dirinya di kejutkan dia dengan seseorang yang tidur di lantai dengan kertas berserakkan. Wajahnya terlihat sangat tenang dan (Name) tidak menahan dirinya untuk mengambil foto.

Dia mendekatkan wajahnya kearah pemuda tersebut untuk membisikkan sesuatu.

"Kau tahu.... Leo-nii... mungkin kau dengar ini atau tidak tapi aku ingin kau tahu, aku tidak pernah menganggapmu seorang raja. Hal itu tidak pernah terlintas di pikiranku. Aku ingin kau balik menjadi seorang idol... karena kau terlihat sangat bahagia saat bernyanyi bersama teman - temanmu yang berharga. Wajahmu berseri dan kau tertawa lebar.." kata (Name). Matanya mencoba membendung air mata yang sudah berkumpul di kelopak matanya.

"Kukira... aku tidak akan pernah melihat dirimu tersenyum lagi... Disaat itu aku benar - benar takut..! Jadi, aku mengajakmu keluar dari zona nyaman. Mari kita hadapi semua ini bersama - sama." Dia mengedipkan matanya membuat bulir bening itu mengalir di pipinya.

"Maafkan aku yang sudah egois... Aku hanya terlalu.. mencintaimu.." perkataan itu akhirnya keluar dari bibir kecilnya. (Name) menghapus air matanya dan mengelap air matanya yang jatuh diatas pipi pemuda tersebut.

Leo membuka matanya perlahan saat merasakan sentuhan yang lembut diatas kulitnya. (Name) tidak tahu kalau Leo mendengar semua perkataan. (Name) terkejut melihat Leo bangun dari tidurnya.

"Huwaaah--! Maaf kalau aku mengganggu tidurmu." Ucap (Name) yang hampir meninggalkan ruangan sebelum Leo menahannya.

"(Name), mau mendengar sebuah cerita?" Tanya Leo. Tanpa rasa curiga (Name) mengangguk dan duduk bersandar ke dinding.

"Hmm... aku lupa ingin cerita apa. Jangan katakan padaku!"

"Bagaimana aku ingin memberitahumu kalau aku pun sendiri tidak tahu apa yang terjadi di dalam pikiranmu itu?!" (Anjayy ngegas)

"Oh ya! Ada seorang gadis berdiri di atas pagar besi. Dia berada diatas atap dan siap untuk melompat sebelum aku menghentikannya. Tapi... sia - sia. Sudah berapa kali aku bermohon pada padanya untuk turun, tapi dia bersikeras untuk tetap berdiri. Aku kira pikirannya sedang dikendalikan oleh alien. Wahahahaha!"

"Terus?" Tanya (Name) yang mulai tertarik dengan ceritanya.

"Aku mengedipkan mataku, dia sudah tidak ada. Hanya ada suara lautan dan angin. Kematiannya sangat sunyi. Hanya aku dan angin yang melihat adegan itu." (Name) terdiam mendengar ceritanya Leo.

Gadis itu mengepalkan tangannya dan menutup kedua matanya. Bibirnya seperti menyandungkan sebuah lagu.

Dia tahu maksud Leo menceritakan ini kepadanya. Dia tersenyum kecil.

"Aku ingin tetap hidup, Leo-nii. Masih banyak hal yang ingin kulakukan bersamamu." Ujar (Name). Dia menundukkan kepalanya dan kembali menyandungkan sebuah lagu.

Leo mengangkat dagunya dan menghapus jarak diantara mereka. Wajah (Name) langsung memerah seketika. "A-Ada apa, Tsukinaga--"

Tanpa aba - aba, Leo langsung mencium bibir merah (Name). Dari bibirnya, menuju lehernya membuat (Name) bergidik geli.

"Tsukinaga...-senpai. Hahaha..! Geli."

Dari ciuman iseng berubah menjadi gigitan. Leo menghisap bagian leher dimana tadi dia menciumnya.

(Name) bisa merasakan badannya merinding. Dia meremas jaket pemuda tersebut. Tangannya sudah siap mendorong Leo jauh - jauh.

Tapi pergerakkan tangannya berhenti saat melihat manik hijau itu menatap tajam kearah manik biru langit miliknya. (Name) menurunkan tangannya.

"Le-Leo-nii..! Hentikan... ini tidak-!" suara desahan berhasil keluar dari mulutnya.

Leo menghentikan aktivitasnya saat mendengar bel berbunyi.

"Oh! Bel kelas sudah mulai. Aku duluan, (Name)!"

Pemuda itu sudah pergi, meninggalkan (Name) yang diam termenung di ruangan. Disaat Leo mengadah keatas untuk melihat reaksi (Name), iris hijau itu terasa sangat tajam. Ekspresi wajahnya sangat serius dan menghipnotis mata (Name).

"BAKAAA!!!"

***

A/N

Aku saat bikin momen /ehem-ehem/:

AJFGEHSJENDKJSIDJXJDKCJDHSKWIXNHDNDJCKEKXJEJXKEJCJDKOFKEJXJWOAJAHSJDJEKDKEOAJSDISK

WOY LAAAAH!

/pingsan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro