Blazing Sun
Akhirnya..! Selama beberapa bulan belajar di Yumenosaki, dia menemukan ekskul yang pas untuknya. Yang pasti bukan klub drama, dia sudah trauma hanya berkunjung kesana. Pertama kali klub itu muncul di kepalanya, dia sedikit ragu. Tapi dengan nekad yang kuat dan jiwa optimistik, dia langsung menulis namanya di formulir klub, klub itu adalah klub panahan.
Perjuangan Ayahnya mengajari dirinya untuk memanah tidak sia - sia selama ini. (Name) sampai menitikkan air matanya dan berterima kasih pada ayahnya.
Dia juga punya alasan lain selain mengisi waktu luangnya, yaitu melihat anak - anaknya Little John, kucing berbulu abu - abu yang ada di ruang klub panahan. Sudah lama dia tidak melihatnya.
Dia langsung berlari menuju ke ruang klub panahan. Dia juga sudah mendapat izin dari Keito untuk membawa kucing - kucing itu untuk main keluar.
Selesai memasukkan semua kucing ke dalam kardus dia langsung berlari menuju teman sebelum murid menatap curiga--
"Oh! (Name)! Kau bawa apaan?"
Terlambat sudah.
(Name) menoleh ke sumber suara dan tersenyum kikuk. Kakinya melangkah menjauh dari Leo.
"Ah... aku sedang buru - buru.." meow
Hening untuk beberapa saat. Leo menatap curiga kearahnya, sedangkan dia hanya tertawa gugup sambil memeluk kardus itu. Leo berjalan menghampiri (Name) dan melihat isi kardus.
"A-Apa kau ingin menculiknya..?!"
"Apaan sih?! Tentu saja tidak, aku hanya ingin mengajak mereka keluar." Elak (Name). Leo kembali meneliti arti dari tatapan gadis tersebut, tanpa dia sadari dia membuat (Name) salah tingkah.
"Aku ikut!"
-
(Name) langsung mengeluarkan kucing - kucing kecil itu bersama induknya dari kardus. Suasana yang indah, karena bunga sakura yang berguguran membuatnya terlihat romantis.
Romantis?
Ya! Itu yang (Name) pikirkan sekarang. Tangannya mengelus bulu Suo~ dengan kembut, senyuman manis terhias di wajahnya. Langit terlihat sangat indah hari ini. Awan berarak - arak dengan lembut dan sinar mentari yang cerah. Bunga sakura berjatuhan diatas kepalanya.
"Ah! Waah!! Inspirasi mulai muncul di kepalaku!! Aku harus menulisnya dengan cepat sebelum hilang bagaikan debu!!" Seru Leo yang membuat gadis yang ada disampingnya menutup kedua telinganya.
Dia kira disini dia akan mendapat ketenangan, sayangnya tidak. (Name) menguap kecil dan mensandarkan kepalanya ke batang pohon. Sepertinya kucing - kucing kecil itu sangat menyukai Leo. Ada juga yang sampai memanjat ke pundaknya. Sebuah senyuman manis terhias di wajahnya.
Kedua remaja itu tidak saling berinteraksi, mereka fokus pada dunianya sendiri. Lebih tepatnya, hanya Leo yang asik dengan dunianya sendiri, sedangkan (Name) hanya menatap punggung pemuda tersebut. Entah kenapa... (Name) merasa sendirian.
"Ne.. Leo, Tsukinaga-senpai asik menyusun lagunya. Aku tidak mau mengganggunya... tapi aku merasa kesepian. Aku harus bagaimana?" Tanya (Name) pada anak kucing yang ada di tangannya. Kucing itu hanya mendengkur sebagai balasan.
Walaupun Leo terlihat tidak peduli, dia mendengar (Name) dengan seksama. Gadis itu mencium hidung kucing itu dengan hidungnya. Senyuman terbit di wajahnya yang cantik.
"Hoo~ mitte, Leo. Leo-nii curi - curi pandang kearahku." Goda (Name) dengan iseng.
"Urusai na. (Name)." Ujar Leo dengan dingin. Dia paling tidak suka diganggu saat sedang menulis inspriasinya.
"Gomenasai, Leo-nii." Balas (Name) dengan senyuman manisnya. Dia sudah terbiasa dengan sikap Leo yang tidak suka diganggu. Dia juga harus hati - hati kalau kata - kata pedas mulai keluar.
(Name) menghembuskan napas panjang dan menyandarkan kepalanya ke pohon sakura.
"(Name), mendekatlah." Titah Leo membuat (Name) siaga. Dia menggeleng cepat dan memeluk Naru dengan erat.
"K-Kenapa emangnya...?" Tanya (Name). Wajah Leo terlihat kesal membuat (Name) takut.
"Mendekat saja." Dengan ragu, (Name) duduk disamping pemuda tersebut. Leo mendekatkan wajah (Name), menghapus jarak diantara mereka sampai hidung mereka bersentuhan. (Name) memejamkan matanya dengan erat. Leo mencium bibir merah milik (Name) dengan lembut. Beberapa detik kemudian, dia melepaskannya.
Hening. Hanya ada mereka berdua di taman tersebut. (Name) mengedipkan matanya beberapa kali. Dia mencoba memproses adegan yang baru saja terjadi. Dia membekap mulutnya dan wajahnya benar - benar memerah. Leo yang melihat tingkah gadis itu hanya tertawa kecil.
-◇-
Musim panas datang juga. Tanda - tanda konser ERrOR juga akan datang. Latihan yang diadakan beberapa hari yang lalu sangat lancar dan serius. Mereka bertiga sudah tidak sabaran. Mereka akan membawakan dua lagu baru yang khusus untuk musim panas. (Name) juga belum menyerah mengajak kakaknya untuk pulang, tapi tetap saja usahanya sia - sia membuat dia jengkel sendiri.
"Kau benar - benar tidak ingin balik..? Dia satu - satunya keluarga yang menanti kedatanganmu di rumah." Yui hanya diam saja mendengar celoteh sahabatnya.
"Togata dimana?" Tanya Yui mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Hm.. dia kayaknya lagi sibuk mempersiapkan 'sesuatu', kata dia." Rumi terpancing oleh pembicaraan. "Eh?! Enak aja kita ganti topik! Kita masih bicarain adikmu, (Name). Ada masalah apa sih kalian ini?" Yui menatap tajam kearah Rumi membuat gadis itu menciut.
Tidak ada masalah diantara kalian berdua, hanya saja Yui tidak mau mengganggu kehidupan sang adik, sedangkan (Name) ingin kakaknya tetap tinggal dalam kehidupannya. Menariknya kembali, tidak membiarkan siapapun untuk pergi. Baginya, orang yang menyayanginya dan dia sayangi bagaikan kunang - kunang, tapi kunang - kunang padam pada pagi hari. Bagi Yui seperti itu.
Tapi dia tidak tahu, adiknya yang satu ini... mengalami gangguan. Jiwanya rapuh membuatnya susah untuk menyampaikan semuanya.
"Rumi.."
"Hm?"
"Aku mau ke Florence."
-
(Name) menenggelamkan kepalanya ke atas meja. Jarinya masih dengan setia memainkan pulpennya. Dia sudah dalam ujung kebosanan, bentar lagi dia akan mengeluarkan desahan penuh kekesalan.
"Haaaaaah...!"
Keluar semua jiwa - jiwa kebahagiannya membuat semua orang di dalam kelas terkejut mendengarnya, sedangkan (Name) hanya biasa saja, tidak merasa malu sama sekali. Dia menatap keluar jendela melihat matahari yang sangat terik yang mampu membutakan matanya. Tidak ada yang bisa dia lakukan hari ini, Knights juga jarang melakukan aktivitas idol.
(Name) beranjak dari kursinya dan pergi dari ruangan kelas untuk mencari aktivitas untuk menghilangkan rasa bosannya. Dia langsung berlari menuju perpustakaan untuk mengisi waktu kosongnya yang sangat berharga. Dia baru ingat kalau dia mendaftarkan diri untuk membersihkan kelas... orang lain. Terlalu rajin!
Dia langsung mengambil buku yang menarik perhatiannya. Sampulnya sangat kusam, bukunya seperti berumur 100 tahun. Matanya menangkap seorang pemuda bersurai biru gelap sedang merapikan buku.
"Tsumugi-senpai!" Sapa (Name).
"Oh, (Name)-chan. Sudah lama aku tidak melihatmu. Bagaimana kabarmu?"
"Hehe, rasanya seperti sudah lama kita tidak bertemu padahal baru dua hari yang lalu aku bicara padamu. Aku merasa luar biasa... bosan." Wajahnya yang riang berubah menjadi murung.
Tsumugi sedikit terkejut melihat buku yang ada di tangannya (Name). "(Name), aku tidak tahu kau suka membaca tentang mitologi Romawi." (Name) mengangkat salah satu alisnya dengan bingung. Dia langsung membuka halaman tengah buku tersebut dan tertawa kecil akan kebodohannya. Dia harus berhenti melihat sesuatu dari luarnya saja.
"Aku tidak tahu aku menyukainya atau tidak, pertama kali aku melihat bukunya... aku hanya tertarik sama sampulnya tapi saat melihat isinya... mungkin aku sedikit terterik." Balas (Name) dengan senyuman khasnya. "Ano... Tsumugi-senpai, boleh aku pinjam perpustakaan bawah tanah?"
(Name) sampai berseru riang, karena keadaan ruangan yang sepi dan dia bisa merenung disini. Pikirannya tidak terganggu, dia perlu konsentrasi.
Beberapa lembar sudah dia baca saking serunya, padahal semua isinya tentang sejarah atau mitos yang belum tentu terjadi. Tapi membuat rasa ingin tahunya makin memuncak dari sebelumnya. Sejarah - sejarah yang membuatnya gelisah di tempat.
(Name) melihat ke jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Dia langsung beranjak dari posisi duduknya dan kembali ke permukaan.
Dengan perlengkapan kebersihan yang lengkap, gadia bersurai karamel itu berjalan menuju kelas 3-B dengan semangat. Matanya celingak - celinguk di sekitar ruangan, matanya sangat tajam bagaikan elang, tapi dia menggunakannya untuk mencari debu bukan mangsa.
"Mari kita mulai.... pertunjukkannya!"
-
20 menit sudah berlalu. (Name) mengelap keringat yang bercucuran di keningnya. Kalian bisa melihat bintang - bintang kecil imajiner, karena betapa bersihnya kelas ini. (Name) menatap keluar jendela, matahari bersinar sangat terik hari ini dan langit biru yang terlihta jernih. Melihatnya saja.. membuatnya teringat dengan perkataan Sora tentang "warna" yang dia keluarkan.
Dia membuka jendela lebar - lebar, membiarkan sinar matahari masuk dan juga angin. Udaranya terasa sejuk padahal musim panas. (Name) duduk di jendela sambil menikmati pemandangan yang ada di bawahnya. Posisi badannya membuat kepalanya pusing, karena posisi badannya.
"Eh-- (Name)! Tidak biasanya aku melihatmu disini!" Seru seseorang membuat gadis itu mengangkat kepalanya.
"O-Oh... Tsukinaga-senpai, kukira kau sudah pulang." (Name) beranjak dari posisi duduknya. "Apa yang kau lakukan disini...?" Tanyanya.
"Oh! Aku juga tidak tahu! Aku sedang menyusun lagu dan tiba - tiba aku tersesat dan membawaku kesini." Cerita Leo membuat (Name) menunjukkan ekspresi datar. Dia tahu hal ini akan datang.
(Name) membawa semua alat kebersihannya. "Ne... Tsukinaga-senpai...?" Panggil (Name). Leo menunjukkan ekspresi bingung.
"Akhir - akhir ini kau selalu ada jeda di setiap katamu. Kau tahu aku orangnya tidak sabaran." Ujar Leo dengan kesal. (Name) yang mendengar itu hanya tertawa kecil.
Dia kembali menatap keluar jendela, melihat awan yang berarak - arak dengan lambat dan matahari yang terik. Senyuman manis terhias di wajah (Name). "Hehe, langit hari ini indah ya?"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro