Chapter 6
"Ya ampun, Riku!!"
Setelah insiden itu, Riku segera dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mengobati lukanya.
∞••My Idiot Twin's••∞
"Aku pulang."
Tenn menutup pintu utama dan meletakkan sepatunya di sebuah rak di pinggir sana. Ia menatap sekeliling, sepi.
"Apa tidak ada orang di sini?"
Tenn berjalan menuju kamar, tak sengaja telinganya menangkap suara isakan dari arah kamar Riku. Karena penasaran Tenn pun berniat mengintipnya.
"Maafkan saya, karena keteledoran saya Riku menjadi seperti ini. Sekali lagi maafkan saya."
Tenn melihat seorang wanita yang Tenn yakini adalah guru sekolah Riku yang tak henti-hentinya membungkukkan badan kepada ibunya sendiri. Sedangkan ibunya bergeming menatap kosong guru tersebut.
"Menguping pembicaraan orang dewasa bukan termasuk perilaku yang baik, Tenn."
Tenn tersentak kala suara ringan sang ayah menginterupsinya dari belakang. Ia sontak menoleh. "Ayah?"
"Riku kenapa?" tanya Tenn kemudian ingin tahu. Ayah berjongkok, memegang bahu Tenn dan mengintip melalui sela-sela pintu kamar yang terbuka itu.
"Riku mengalami kecelakaan kecil di sekolahnya," terang sang ayah pada Tenn. Tenn membelalak tak percaya.
"Bagaimana bisa?"
Ayah Tenn menghela napas berat. "Ayah tidak tahu."
"INI SEMUA SALAHMU!!"
Tenn dan sang ayah terperanjat mendengar teriakan dari dalam sana. Dengan cepat membuka pintu dan melihat apa yang terjadi.
"JIKA KAU TIDAK LENGAH PASTI RIKU TIDAK AKAN SEPERTI INI!!" Teriakan itu berasal dari ibu Tenn mengarah pada Tsumugi.
"JIKA RIKU SAMPAI KENAPA-KENAPA, AKU TIDAK AKAN SEGAN-SEGAN MENUNTUTMU. KAU DENGAR ITU?!!"
"Sudah, sudah," ucap sang ayah mencoba menenangkan ibu Tenn.
"Sebaiknya anda pergi dari sini," ucapnya kemudian pada Tsumugi yang tak henti-hentinya menangis merasa bersalah.
"Maafkan saya, maafkan saya." Tsumugi lantas berlari pergi melewati Tenn yang berada di ambang pintu.
"AKU AKAN MENUNTUTMU! AKU PASTI MENUNTUTMU!!"
"Sudah, hentikan! Riku tidak apa-apa, dia hanya pingsan. Jangan melebih-lebihkannya!" bentak sang ayah pada ibu Tenn membuatnya terkejut mendengar hal itu.
"Tapi Riku terluka!"
"Itu hanya luka kecil, kau paham?!"
Tenn menutup telinganya ketakutan mendengar pertikaian tersebut. Matanya tiba-tiba tertuju pada Riku yang terbaring di atas kasurnya.
'Gara-gara kau ayah dan ibu bertengkar.'
***
Hari mulai malam. Tenn mengintip dari celah pintu kamarnya kearah sofa. Terlihat kedua orang tuanya masih saling membelakangi, masih bertengkar.
Tenn tidak suka suasana ini. Ia kepalkan tangan mungilnya dan melirik tajam kearah kamar Riku yang tak jauh dengan kamarnya. Tenn berinisiatif kesana, mulai menjinjit guna tak menimbulkan suara.
Ia buka perlahan kenop pintu kamar Riku dan terlihatlah saudara kembarnya itu yang masih berbaring tak berdaya. Tenn mendekat kesamping kasur. Raut amarah terpampang di wajah manisnya.
"Kau jahat," desis Tenn menatap Riku geram.
"Ibu dan ayah sedang bertengkar dan kau malah asik tertidur. Kau jahat!"
Tenn tak bisa menahan diri. Ia pukul kecil lengan Riku di hadapannya. "Tidak puaskah kau selama ini?"
Tenn terus memukul kecil lengan Riku. "Kenapa? Kenapa?"
Tak disangka, jemari Riku bergerak menandakan bocah berambut merah itu telah sadar.
"Aa," lirih Riku mencoba membuka mata.
Tenn tersentak kaget. Ia menjauhkan diri beberapa langkah dan menatap Riku terkejut.
"Ri-Riku?"
"Riku!"
Tenn menoleh kearah suara sang ibu dari pintu yang berlari mendekati Riku, begitupun ayahnya.
Sang ibu memeluk Riku erat. "Syukurlah, akhirnya kau sadar."
Tenn melihat, ibunya menangis seraya memeluk adiknya itu. Ia bungkam.
Tenn menundukkan kepala, berjalan pelan meninggalkan ruangan itu.
"Tenn!"
Ia berhenti kala suara sang ibu memanggilnya. Ia lantas menoleh dan terbelalak kala ibunya malah memeluknya.
"Terima kasih," lirih sang ibu.
Tenn masih diam. Ia tatap sang ayah yang malah tersenyum padanya.
Matanya berkaca-kaca. Tenn membalas pelukan ibunya itu dengan erat.
'Sudah lama dan ibu kembali memelukku.'
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro