Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

|Episode 02| : Akhirnya Bertemu

- Author Pov -


"Aku pulang!" teriak Yukari didepan pintu rumahnya. Mereka berdua memang sudah sampai dirumah Yukari sendiri dengan aman tanpa luka sedikitpun namun badan mereka berdua kini sudah basah kuyup karena guyuran hujan.

"Loh? Kosong ya? Pada kemana semuanya?" tanya Yukari bingung. Ia kini duduk didepan teras rumahnya, melepaskan kaus kaki selutut nya dan menyusun sepatunya dirak sepatu. (Y/N) memungut semua barang disepeda kedepan pintu rumah Yukari.

"Mainanmu pada basah semua loh... Gak papa nih?" tanya (Y/N) dengan wajah pucat, sepertinya ia masih syok dengan kejadian aneh di taman bermain tadi.

Yukari tersenyum riang. "Ya gapapa lah! Setidaknya makanannya enggak basah kan? Ayo masuk! Kita mandi terus makan! Ntar masuk angin loh!" Yukari mendorong tubuh (Y/N) masuk kerumahnya, (Y/N) pun hanya bisa menurut patuh.

***************

Byur! Bunyi air mengalir terdengar nyaring dirumah sederhana itu. Kini Yukari dan (Y/N) tengah mandi bersama.

"Uwah!!! Kimochi~ (Enak) " teriak Yukari ketika kulitnya merasakan sensasi hangat pada kulitnya. "Kalo hujan hujan gini emang enaknya berendam di air hangat ya kan (Y/N)? " tanya Yukari pelan.

(Y/N) membasuh badannya dengan sabun cair, ia mengangguk ngangguk asal menanggapi ocehan sahabat bawelnya itu. "Iya ya, tentu saja... " sahutnya pelan.

"Lah kamu gak berendam? Bath tubnya masih muat kok untuk 2 orang?" tanya Yukari polos, (Y/N) sontak merona.

"Gila ya? Kamu kira umur kita berapa sekarang? " tanya (Y/N) sadis sambil menutupi buah dadanya dengan tangannya. Yukari tersenyum jahil.

"Hohoho~ santai aja mbak~ Oppai (Payu**ra)-mu gede kok~ kulitmu juga mulus pake banget~ pahamu berisi, rada rada seksi gitu loh~ rambutmu juga lurus kek berkilauan gitu pu-- Anjir!!! " Kepala Yukari terpelanting kebelakang bath tub, (Y/N) melempar ember air kearah Yukari dan langsung headshot mengenai kepala Yukari hingga benjol besar.

"HENTAI!!! MATI SANA!!!" Jerit (Y/N) menahan malu yang mengubun ngubun.

'lah salahku apaan njir :') aku kan cuma mengatakan fakta~' batin Yukari galau. Ia merasa serba salah sekarang.

- Time Skip -

"Ma- maaf Yuuka... Sa- sakit gak? Tanya (Y/N) khawatir. Pasalnya kini kepala Yukari benjol besar oleh ulahnya. Yang dikhawatiri malah santai memakan yakisoba.

"Mmph? Uhmm... Hmm hmm!" balas Yukari dengan mulut penuh yakisoba, (Y/N) bergidik jijik. "Ish! Habisin dulu baru ngomong dasar rakus!" ucap (Y/N) pedas. Yukari cengar cengir gaje. "Hehehe sorry beb." balasnya. (Y/N) memutar bola matanya jengah.

Mungkin kek gini ya rasanya ngurusin adek? Untung aku gak punya adek haha... Batin (Y/N)

"Ngomong ngomong hujannya gak reda reda juga ya... Takutnya ntar malah mati lampu tiba tiba kalau begini..." ucap Yukari sambil menyeruput jus jeruknya. (Y/N) seketika memucat. "Ka- kamu ada senter kan? A- ada lilin kan?!" tanya (Y/N) panik.

Yukari mengangguk. "Ada dong... Didapur ada 2 lilin besar kok... Apa? Kamu takut gelap ya?" tanya Yukari penasaran. (Y/N) mengangguk pelan. "Ha- habisnya... Kalau gelap gelapan begitu... E-entah kenapa aku merasa seperti ada yang seperti menatapku begitu..." gumam (Y/N) pelan, wajahnya bersemu merah sekarang.

Yukari masih tenang memakan yakisoba ditambah ramen dimeja makan, sepertinya ia tak mendengarkan gumaman lambat (Y/N) tadi. "(Y/N)! Ramenmu gak kamu makan? Untukku aja boleh?"

(Y/N) mengerucutkan bibirnya kesal, padahal rencananya ia lagi mau curhat tapi sipendengar malah gak ngedengerin curhatannya! Nyesek (Buanget) kan? "Huh! Dasar gak peka!" umpat (Y/N) yang langsung berlari kearah ruang tamu dan nonton tv disana. Yukari cengo sendiri.

Lah... Salahku apaan lagi coba :"))) -Stephanie.

~***~

- Eimi Pov -

Aku kini tengah berada di kuil utama Hoshikawa yang berada diatas bukit. Perlu waktu 3 jam dari kuil cabang Hoshikawa kesini, kekuil utama. Semua wartawan dan penonton kuusir pulang, dan karena mereka mengetahui diriku yang merupakan miko asli keluarga Hoshikawa pun merasa tak enak, mereka semua pun menuruti perkataanku untuk pergi dari gerbang kuil.

Gerbang kuil ini sudah tak berbentuk lagi. Segala sudutnya sudah hancur lembur seperti baru terbakar, mayat masih banyak berhamburan, bau bangkai menyengat disana sini. Huh... Ini membuatku teringat akan kejadian 10 tahun yang lalu saja...

- Ingatan Eimi tentang 10 tahun yang lalu -

"Eh? A- aku jadi... Tumbal? " Ucap Akane kaget. Ia tak percaya dengan perkataan ayahnya sendiri, Makoto. Aku pun tak percaya dengan perkataan kakakku sendiri.

"Kak... Kau serius mengatakan nya?!" jeritku tak suka. "Yang benar saja kak! Kau mau mengorbankan anakmu sendiri?! Apa kau masih bisa menyebut dirimu manusia bahkan seorang ayah?!"

Semua miko kuil terdiam, tak berani angkat suara. Seakan akan hanya akulah yang mati matian mempertahankan hidup gadis malang itu.

"Shino! Katakanlah sesuatu!" bentakku pada laki laki yang dari tadi itu hanya terdiam.

Shino mengalihkan pandangannya. "Aku... tak tahu..." jawabnya pasrah. Tubuhnya bergetar hebat.

Kak Makoto membuka mulutnya lagi. "Kalau begitu bagaimana dengan (Y/N)? Darahnya itu yang terbaik diantara keluarga kita bukan? Seira jemput (Y/N) kerumah sana... "

Kini akhirnya kak Seira pun bergeming pada akhirnya. "Apa kau bercanda Makoto?! Tidak! Apa yang kau pikirkan?!" tangis kak Seira mendera. "A- aku tak ingin kehilangan anak anakku! Tidak! Tidak mau!"

Kini semuanya riuh, semuanya panik. Sampai pada akhirnya...

"Baiklah... Aku akan jadi tumbal... Untuk menyegel 'mereka'! Kalian hanya perlu darahku bukan?! Tapi berjanjilah! Jangan pernah melakukan hal seperti ini pada (Y/N)! Aku tak akan memaafkan kalian jika kalian menyakitinya!!!" teriak Akane lantang dengan tatapan teguh.

Semuanya telah diputuskan. Akane digiring masuk kekuil dengan keadaan mata ditutup kain dan tangan diikat tali tambang, aku tak tahu apa yang terjadi selanjutnya namun...

Duar!!! Bagian belakang kuil meledak. Darah bercipratan keluar dari kuil. Aku membelalak syok. Kak seira bahkan sampai pingsan.

Aku berlari menjauh dari kuil ketika kudengar derap kaki mendekat. Ya aku egois sekali. Aku melarikan diri seorang diri waktu itu, meninggalkan mereka yang mati matian mengucapkan mantra penyegel. Aku yang terburuk...

"--Aaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!"

Terakhir yang kudengar adalah teriakan melengking milik Shino. Setelah itu aku benar benar sudah menjauh dari tempat terkutuk itu.

- Akhir dari ingatan Eimi -

Kuhembuskan nafasku dengan berat. 'Semakin diingat semakin membuatku merasa bersalah saja'. Kumantapkan kakiku menelusuri setiap tanjakan tangga. Setiap jalan yang kuinjaki ada ada saja bagian tubuhnya yang berceceran, baik itu dianak tangga kuil ataupun didepan kuil itu sendiri.

Setelah sampai didepan kuil, aku terheran dengan kondisinya yang terlihat baik baik saja. "Bagaimana bisa? Bukannya dikatakan diberita bahwa kuil ini meledak? Baik baik saja begini darimana meledaknya coba?" gumamku sambil menelusuri tiap lekuk kuil.

Bersih, tak ada kerusakan, dan sunyi. Sama seperti biasanya. Aku pun memberanikan diri untuk masuk kedalam kuil.

Krek! Pintu terbuka. Didalam ini gelap sekali. Hanya ada beberapa lilin yang menerangi pinggiran dinding kayu. Tunggu dulu... Lilin? Dan itu pun menyala? Memangnya ada orang lain selain aku disini?

"Hmm? Wah ada orang lagi? Hari ini kita kebanyakan kedatangan tamu ya? Apa mereka semua sebegitu rindunya pada 'kita' hahaha..." ucap seseorang dari kejauhan. Mataku mulai liar melihat sekeliling. Dimana? Ada dimana orang yang berbicara padaku itu?

"Siapa? " tanyaku dingin. Sosok yang berbicara padaku tadi terkekeh pelan. " Wah wah... Kau perempuan bukan? Wajah manismu akan hancur loh kalau masang wajah seperti iblis begitu... " gelaknya. Aku berdecih keras.

"Persetan dengan perkataanmu! Katakan kau siapa?!" teriakku.

Brak!

"Argh, berisik! Apa kau tak lihat ada seseorang yang sedang berusaha tidur?!" bentak seseorang lagi. Apa?! Ada orang lain lagi?!

"Wah... Bukan salahku ya~ " ucap orang yang berbicara duluan padaku.

Aku mulai terpancing emosi melihat sikap mereka yang santai santai saja. Mereka itu datang dari ma--

Deg! Oh astaga- tak mungkin kan? Bagaimana aku bisa lupa?! Segera saja aku berlari kearah pintu belakang tempat ditaruhnya persembahan. 1, 2, 3... Astaga hanya ada 6 peti! Dan parahnya lagi ke-enam enamnya sudah kosong! KOSONG!!!

"Ma- mana peti yang ketujuh?!" gumamku panik. Oh sial! Sejak kapan mereka terbangun?!

"Duh disini gak enak banget~ tidak ada yang bisa kita lakukan disini~ ayo dong kita keluar mau apa lagi kita disini?~" terdengar lagi suara seperti anak kecil merajuk diujung ruangan ini.

"Cih! Berisik! Jangan bicara padaku! " kini suara membentak yang terdengar berat yang terdengar. Jika suara-suara yang daritadi mencoba berbicara denganku ini adalah 'mereka' jadi... 2 ada di lantai atas, 2 lagi disini 'diruang penyegelan', lalu 2 lagi mana?! Lebih parahnya lagi kemana peti terakhir itu berada?!

Aku berjingkat mundur, berharap 'mereka' tak menyadari keberadaanku.

"Upsy daisy! Hei ada 'manusia' disini!" seseorang memelukku dari belakang dan dengan mudahnya mengangkat tubuhku, mencengkeram dengan erat pinggangku hingga membuatku meringis kesakitan.

"E- eh?! Ma- manusia?! Ba- bagaimana ini?! A-Apa- apa kubakar saja?! Tidak apa-apa kan?!" tanya seorang lagi yang bersembunyi dibelakang badan orang yang tengah mengangkat tubuhku.

"Hei hei hei daripada kau bakar lebih baik kumakan saja dianya bukan? Kebetulan aku juga lagi lapar begini~ " ucapnya bersemangat, seketika sekujur tubuhku langsung bergidik ngeri. Memakanku katanya?

"Hei... Ada apa?" Sosok yang pertama kali menyapaku ditempat ini mendatangi mereka. Bersamaan dengan sosok yang kuyakini membentakku tadi.

"Ini loh ada manusia lagi~ kali ini boleh ya? Dikiiit aja~" mohon sosok yang mencengkeram tubuhku dengan nada memelas. Sosok yang dimintai izin itu kembali terkekeh.

"Hahaha~ tentu saja tak boleh~ bicara apa kau ini?" geh... Dia mungkin sedang tersenyum saat ini... Namun dapat kurasakan aura larangan yang kental menguar dari tubuhnya.

"Jadi kau Hoshikawa Eimi bukan?" tanya sosok itu, membuatku seketika tersentak. 'darimana dia tahu namaku?!' batinku.

Sosok itu tertawa melihat ekspresi terkejutku. "Tentu saja aku tau dasar bodoh..." diperlihatkannya padaku isi buku bersampul hitam yang entah sejak kapan dipegangnya itu. Tulisan dikertas itu bercahaya merah, semua yang tertulis disana mengenai semua pikiran pikiranku saat ini dan kenanganku dari dulu hingga sekarang semuanya tertulis dengan detail disana.

"Yah bisa dibilang ini semacam kekuatan untuk membaca pikiran dan ingatan... Jadi kau tak perlu memasang wajah bodoh seperti itu." ucapnya sambil tersenyum manis padaku. Cih... Wajahnya tak kelihatan! Aku hanya bisa melihat setengah badannya saja karena kegelapan ini!

"Ya! Kalau sudah tau begitu kenapa hah?! Ingin balas dendam pada keluarga kami?!" bentakku. Ia tersenyum penuh arti padaku.

"Yang menyegel kami itu kan leluhur kalian sebelumnya... Untuk apa kami mendendam? Sudah lebih dari satu dekade lebih sejak kami disegel dipeti itu bukan? Untung saja ingatan kami semua tajam, iya kan?" diliriknya ke 5 sosok lain selain dirinya dengan senyum lebarnya.

"Cih! Gak tau dan gak peduli!"

"Sama... Duh masih ngantuk..."

"Iya iya, bawel ah~"

"Tentu saja!~"

"E- eh... I- iya..."

Aku pun mulai berpikir keras. 'lalu apa mau mereka sebenarnya?' tanyaku.

Sosok itu tersenyum padaku. Ukh! aku lupa ia bisa membaca pikiranku melalui bukunya itu. "Mau kami? Gampang~ " ia mendekat padaku, membisikkan sesuatu.

"Kami ingin kalian kembalikan istri kami dasar lintah."

Deg! Ah... Astaga... Rupanya itu mau mereka... Hahaha...

"Hahaha! Bicara apa kalian?! Tentu saja dia sudah mati! Kalian pikir kalian hanya tertidur 1 atau 2 hari? Hei! Kalian sudah tertidur selama 1 dekade lebih lamanya! Tak mungkin ia masih hidup!" tawaku menggelegar.

Tanpa kusadari, raut wajah mereka mulai berubah, semua lilin ditempat ini seketika mati. Gelap. Gelap gulita. Aku bahkan tak bisa melihat diriku sendiri.

"Kau, barusan... Berbohong bukan? " tanya sosok yang terlihat seperti anak kecil mendekat. Matanya menyala merah. Tentu saja menyala, mereka itu kan--

"Aku tak berbohong wahai raja iblis~ " ejekku. Aku sudah tau konsekuensi dari sikapku ini- tapi yah aku sudah melihat akhir dari semua ini--

"Aku benci, sangat benci dengan makhluk pembohong kau tahu~" sosok itu memegang tanganku dan sret! Seketika daging pergelangan tanganku mengelupas seakan akan sudah dipukul mengenakan kapak.

"?! Urgh!!!" kutahan jeritanku, bibirku berdarah hebat karena kugigit sekeras kerasnya menahan rasa sakit ini. Bangsat! Sial rasanya sakit sekali! Bagian tanganku yang sudah putus itu tidak mengeluarkan darah sedikitpun pada kenyataannya namun bekas luka dari tanganku yang sudah diputuskannya itu dalam sekejap berubah menjadi seperti pecahan kaca tapi bekas luka tarikannya terasa seakan membakar dagingku!

"Oh~ kau kuat juga ya, tidak berteriak, biasanya orang-orang yang kutarik bagian tubuhnya pasti akan menjerit memohon ampun karena efek dari kekuatanku ini. Kau lumayan juga deh~" ucapnya riang sambil memainkan pergelangan tanganku yang sudah putus.

"Untukku ya? Untukku ya? Kumohon! Aku tak tahan lagi!" mohon orang yang tadinya mencengkeram tubuhku. Sosok yang memutuskan tanganku itu dengan tak peduli melemparkan tanganku yang sudah putus itu padanya.

"Terserah deh-- nih makan!" dia memberikan tanganku padanya dan... Euh! Dia memakannya! Ia memakannya dengan lahapnya bersama dengan tulang tanganku itu!

Dasar monster!!!

Aku bergidik ngeri melihat tanganku yang dimakan begitu saja didepanku. Mual dan jijik bercampur menjadi satu. Oh astaga aku ingin muntah!

"Ya sudah... Aku sudah membaca semua ingatannya... Ayo pergi..." ajak salah satu sosok itu dan mulai berjalan menjauh.

"Nah gitu dong dari tadi!" Sosok yang memutuskan tanganku tadi berjalan riang menghampiri sosok itu.

"Kenapa harus berjalan? Aku ngantuk~ " keluh yang lain.

"Huh! Kerjamu itu dari dulu hingga sekarangkan cuma tidur! " bentak pemilik suara berat itu kembali terdengar.

Sosok yang memakan tanganku itu memotong kakiku dengan sekali tarik. Aku lagi lagi menahan sakitnya, bibirku sudah benar benar rusak sekarang. Tak akan! Aku tak akan berteriak maupun memohon pada mereka! Yang benar saja!

"Hmm entah kenapa aku masih merasa lapar... Apa kumakan saja semua badannya ini" gumam si gila itu pada sosok yang daritadi hanya bersembunyi dibelakang badannya.

"A- aku tak tahu... Memangnya dia enak dimakan?" balasnya.

"Tidak, aku merasa seperti memakan sampah. Tapi aku lapar dan orang lapar tidak boleh pilih-pilih makanan kan?" Balas si bangsat yang sudah memakan habis tanganku itu.

Sosok yang sudah memakan tanganku itu kini tengah mengunyah kakiku yang sudah dipotongnya, ia lalu menginjak perutku hingga aku muntah-muntah darah. Huh... Benar benar bukan manusia... Batinku.

"Ya sudah deh~ tolong selesaikan dia ya~" Sosok yang memakan bagian tubuhku itu mulai berlari menjauh, mataku mulai mengkabur. Sosok yang dari tadi bersembunyi dibelakangnya mulai mendekatiku.

"Ma- maaf ya..." sosok itu menutupi mataku lalu-- ctash! Wajahku terbakar api, apinya menjalar hingga mengenai seluruh tubuhku. Panas... Panas sekali... Kulitku terkelupas, dagingku terbakar, rasanya sungguh menyiksa.

"Se- sekali lagi maafkan aku..." ucapnya lagi dan mulai berlari menjauhiku.

Oh syukurlah... Sampai akhir aku tak berteriak kesakitan didepan mereka. Oh bodohnya aku malah merasa menang begini... Padahal masalah aslinya bukan itu...

Jika aku benar-benar mati disini maka yang tersisa dikeluarga kami hanyalah (Y/N) seorang, aku tak bisa membiarkan gadis yang tak tahu apa-apa itu melakukan exorcism seorang diri, yah walau pada titik ini aku ragu bahwa apa 'mereka' bahkan bisa dibasmi.

"(Y/N)... Jaga dirimu baik baik... " ucapku serak, mataku kini sudah terbakar dan aku tak bisa melihat apapun lagi, bahkan mulutku juga. Kini aku benar benar merasa tak hidup lagi sekarang.

**********

- (Y/N) Pov -

Gledar!

"Kyaa!!!" aku berteriak histeris. Oh astaga aku benci petir! Bikin kaget saja!

Aku melirik disebelahku, Yukari tertidur pulas disampingku. Oh bagaimana ia bisa tidur senyenyak itu padahal bunyi petir tadi saja sampai membuat--

Klak

"KYAAA?!?!?!" lagi lagi aku berteriak, kali ini mati lampu?! Oh sial aku takut sekali sekarang!

Aku menyelinap masuk kedalam selimut Yukari, kupeluk Yukari dengan erat secara diam diam. 'Ayah, ibu, Shino nii-chan, Akane nee-chan... (Y/N) takut...' ringisku ketakutan.

'Kalau kakak tak kunjung pulang juga nantinya... Tolong cari kakak ya?'

Selalu begitu! Setiap kali kupejamkan mataku, dikala gelap menghadangku begini selalu saja begini! Suara Akane nee-chan selalu terdengar ditelingaku! Seakan akan menyuruhku untuk mencarinya sekarang juga!

"Tak mungkin kak... Tak mungkin... (Y/N) tak mungkin bisa mencari kakak... Kakak kan sudah meninggal..." tangisku.

Aku rindu kalian berdua. Kenapa waktu terasa sebentar? Kenapa kalian pergi begitu saja? Sebenarnya apa yang terjadi?

"Sebenarnya... Apa yang disimpan dikuil Hoshikawa sampai sampai banyak raga kehilangan jiwanya? Sebenarnya disana ada apa? Kenapa hanya aku sendiri yang tak diberitahu?" pikirku sesak. Semuanya bagaikan dirahasiakan padaku. Memangnya apa salahku untuk mengetahuinya?

Sret! Brak! Pintu jendela terbuka lebar, gorden berwarna putih itu kini melambai lambai ditiup semilir angin dingin. Aku sontak bangun dari posisi tidurku.

"Astaga... Kenapa dari tadi semua yang terjadi padaku selalu bisa membuatku selalu terkaget kaget begini? Sial sekali..." umpatku geram.

Aku beranjak dari kasur, ingin menutup kembali jendela namun tersadarkan oleh sesuatu. "Loh kok bisa kebuka ya? Perasaan sebelum tidur tadi jendela kamar Yukari ini sudah tertutup deh... Aneh... " Gumamku keheranan sambil menutup dan mengunci pintu, setelah itu aku berbalik badan dan bruk! Astaga aku menabrak seseorang!

"Yu-Yuuka? Itu kau kan-- uwah?! He- hei! Turunkan aku! Apa apaan ini?! Yu-Yuuka! Yukari! Tolong a-- mphhh!!! " seseorang yang kutabrak itu menggendongku, membekap mulutku lalu kembali membuka jendela kamar Yukari dan membawaku melompati jendela. Dia gila ya?! Kamar Yuuka kan dilantai 2?! Sambil menutup mataku aku bersiap siap menerima benturan yang akan kudapatkan akibat aksi nekat orang asing ini tapi anehnya aku tak merasakan apa-apa. Pada faktanya kami-- kami melayang? O-orang asing ini memiliki sayap berbentuk seperti sayap kelelawar dipunggung nya?!

"Ku- kurang ajar! Turunkan aku brengsek!!! Apa apaan kau ini?! Tolong!!! Seseorang tolong aku! Urgh!!! Lepaskan sialan!!!" aku menjerit sekuat tenaga, meronta ronta dan mendorong tubuhnya menjauh dariku. Apa apaan dia ini! Setidaknya bergeminglah sedikit! Kalau seperti ini kan aku yang akan terlihat seperti orang lemah!

Orang ini akhirnya berhenti mengepakkan sayapnya, kini ia diam mematung sambil menggendongku ala bridal style. Seharusnya aku senang dapat digendong seperti ini namun perasaan apa ini? Aku tak merasa senang sama sekali! Aku merasa seperti menjadi korban penculikan!

"Hei kau! Turunkan a-- GYAHHH?! ASTAGA TUHAN!!!" aku menjerit histeris tatkala ia tiba-tiba menghilangkan sayapnya dan kami berdua pun langsung terjatuh dengan lembut diatas tanah, didekat pohon sakura yang berada ditaman kompleks tempat Yukari tinggal. Gila gila gila gila gila! Aku bisa gila! Orang ini sudah pasti bukan manusia!!!

"Ka ka kau! Si si siapa kau?! Apa maumu denganku?!" oh sial bahkan suaraku pun ikutan bergemetar sekarang! Seseorang, siapapun tolong aku ya ampun kenapa tak ada yang menolongku?! Aku tau saat ini sedang hujan tapi masa sih tak ada seorang pun yang berlalu lalang, motor atau pun mobil?!

Orang ini memakai topeng bercorak wajah rubah jadi aku tak tahu bagaimana rupanya. Ah bodo amat! Yang penting saat ini itu adalah memikirkan bagaimana cara agar bisa kabur darinya (Y/N)! Pikirkan sesuatu! Ayo otak pikirkanlah sesuatu! Batinku.

Lelaki itu melepaskan topengnya, bersamaan dengan berhentinya derai hujan, dengan bunga sakura yang berterbangan ditiup angin, wajahnya yang terkesan dingin itu dicahayai oleh terangnya bulan purnama malam ini.

Aku seketika membelalak kaget. Mulutku terbuka, tak percaya dengan apa yang kulihat saat ini. Sosok ini... Sosok yang sudah kukenali sejak dulu... Tapi bagaimana bisa? Bagaimana bisa ini terjadi?

"S-Shino nii-chan?" tanyaku. Mataku mulai berkaca kaca, perasaanku terasa bercampur aduk sekarang. "Ba- bagaimana mungkin..." lanjutku.

'Shino nii-chan dan Akane nee-chan seharusnya sudah mati! Lalu dia ini siapa?!' -(Y/N).

***************

Kamu membeku diam. Tak tahu harus mengatakan apa. Perasaanmu campur aduk antara percaya dengan penglihatanmu ini atau tidak.

Coba pikirkan baik baik... Mana mungkin ada orang mati yang bisa kembali dari kematiannya? Lagipula orang ini adalah orang yang telah membawamu terbang dan membuatmu melompat dari rumah bertingkat! Jika dipikir baik baik orang ini jelas bukan manusia! Kamu tahu benar bahwa keluargamu adalah keluarga normal, bukan keluarga mistis seperti dicerita dongeng pengantar tidur!

"Le... Lepaskan aku!" jeritmu akhirnya. Kamu memutuskan untuk memberontak kembali. Kamu dengan sekuat tenaga mencoba memdorongnya dan menendangnya menggunakan kakimu. Tapi hasilnya nihil! Kamu mulai merasa lelah, dan mulai bersungut sungut pada orang yang berupa sama dengan kak Shino mu itu.

'ta- tak dapat dipercaya! Kenapa ia tak bergerak sama sekali?! Padahal aku sudah sekuat tenaga mendorongnya! Sial!'

Ia menatap wajahmu tanpa ekspresi, kamu yang melihat raut wajahnya pun merasa tak enak dilihati begitu. "A- apa hah?!" bentakmu padanya. Ia tetap terdiam. Kamu mulai kesal pada orang itu. "Hei! Aku bicara padamu! Apa kau bahkan mendengarkanku--"

"Wah wah... Apa ini? Bermesra-mesraan duluan? "

"Ah curang! Aku juga ingin memeluknya!~"

Kamu menoleh kedepanmu, dihadapanmu kini ada 6 lelaki yang sedang memperhatikanmu. Kamu mulai berpikir bahwa mereka mungkin saja adalah geng penculik yang ingin memutilasimu nantinya.

Mereka semua-- tak dapat dipungkiri mereka semua memiliki wajah yang ikemen seperti cowok-cowok ganteng dari otome game yang selalu dimainkan oleh Yukari. Kamu ingin meneteskan air liurmu saking tergodanya dirimu pada mereka namun kamu tahan karena ingin menjaga image mu saat ini.

"Ka- kalian siapa pula hah?! Temannya orang ini?! Bilang ke dia untuk melepaskanku! Atau aku akan-- "

"Atau kau akan apa hmm~?" potong lelaki beriris coklat padamu. Kamu berpikir sesaat.

"A- aku akan berteriak! Berteriak sekencang kencangnya--"

"Coba saja kau lakukan itu, bibirmu akan kubungkam menggunakan bibirku..." sahut pria yang menggendongmu itu. Kamu membelalak tak percaya dengan wajah bersemu merah.

"A- apa?! Dasar orang sinting bicara apa kau tadi?!" umpatmu. Lelaki beriris coklat tertawa kecil.

"Hahaha! Istri kita ini memang lucu!" ucapnya yang sontak membuatmu membeku diam.

"...Hah? Istri? Siapa? Umurku baru 16 tahun loh? Dan tak mungkin aku sudah menikah! Aku saja tidak punya pacar! Delusi pun tolong jangan membawa-bawaku ya! Dan cepat lepaskan aku dasar penculik! Aku benar benar sudah muak bersama kalian disini!" ucapmu sarkas, berniat menyudahi kesalahpahaman ini. Tapi bukannya selesai tapi kamu malah membuka pintu kesialan terbarumu untuk terbuka. Lelaki yang awalnya menggendongmu tadi kini menurunkanmu dan langsung mendorongmu kearah pohon sakura, membuatmu tersungkur dan terbentur dengan pohon itu.

"Sayang~ sejak kapan kau berani berkata kasar begitu hmm?~" tanya lelaki beriris coklat itu mencengkeram tangan kananmu kuat. Kamu meringis kesakitan.

"Kau itu benar benar tak pernah belajar dari kesalahanmu! Dasar gadis keras kepala!" bentak lelaki beriris biru langit yang mencengkeram tangan kirimu. Cengkeramannya bahkan lebih kuat daripada cengkeraman lelaki beriris coklat itu.

"Ya kalau dia lupa dengan kita, kita hanya perlu mengingatkan nya lagi bukan?" ucap lelaki beriris ungu tua sambil memegang paha kananmu dan menyingsingkan piyama tidurmu hingga seluruh bagian kakimu kelihatan.

"Ma- maaf... Ini akan sakit... " lelaki beriris pink hambar merundukkan badannya, memegang pergelangan kakimu lembut dan mengelusnya. Kamu merasa geli menerima perlakuannya.

"Hei hei setelah ini kita main sama sama lagi ya seperti dulu!~" lelaki yang berpenampilan seperti anak kecil itu membuka atasan baju piyamamu, menampilkan setengah kulit badanmu padanya.

"Kebetulan aku memang lagi haus~ tahan sakitnya sebentar ya~" ucap lelaki yang mengenakan kain berenda sebagai penutup kedua matanya padamu, ia kini menyentuh tengkuk lehermu pelan setelah mengeraikan rambutmu kedepan.

Lelaki yang menggendongmu tadi- menjilat leher jenjang bagian kananmu dengan sensual, membuatmu terlonjak kaget. 'mereka ini mau ngapain?!' pikirmu panik.

"Ittadakimasu~ (Selamat makan/minum)"

Ucap mereka berbarengan. Kamu sempat melihat adanya gigi taring tajam dari mereka. Sontak kamu mendapat kesimpulan gila--

"I-iblis-- Agh!!! " jeritmu ketika merasakan 7 kali tusukan dibeberapa kulit telanjangmu. Suara hisapan, desahan, dan lain sebagainya memenuhi ruang pendengaranmu. Kamu merasa lemas dan mulai tak sadarkan diri. Sebelum pingsan kamu melirik kearah kananmu-- sosok yang memiliki rupa sama dengan kak Shino mu. Kakak yang amat kau sayangi dari kau lahir hingga sekarang.

Kamu meneteskan air mata pada akhirnya karena merasa lemas yang amat sanga. Kini matamu terpejam, hanya ada kegelapan yang menyelimutimu.

'Kak Shino... Kenapa?'

Bagaimana... Bisa jadi begini? Apa yang sebenarnya terjadi? Seseorang... Beritahulah aku akan 'Rahasia' yang kalian simpan dariku sejak lahir! Kumohon! Siapapun!!!

.

.

.

To Be Continued...


See you next episode~


Alice~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro