Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

💕Prolog💕

Terkadang hidup tidak seperti yang diinginkan, atau seperti apa yang diharapkan. Namun, apa pun yang terjadi, itulah yang harus kita jalankan, tanpa bisa menawar, apalagi melawan.”

🕳*****🕳

Hidup Navia, gadis berusia 18 tahun itu sudah menderita sejak kecil. Semenjak kedua orang tuanya meninggal di usianya yang ke 8 tahun. Dia dibesarkan oleh asisten rumah tangga Ibunya yang tidak punya siapa-siapa juga di dunia ini. Takdir memang terasa kejam padanya, tapi Navia menjalani hidupnya dengan penuh semangat tanpa banyak mengeluh.

Tinggal dengan Ibu angkatnya itu terasa berharga bagi Navia yang sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Namun, sekali lagi takdir telah menjemput Ibu angkatnya juga, tepat seminggu setelah ulang tahunnya yang ke delapan belas.

Tidak hanya di situ, sekali lagi takdir memberinya ujian yang bertubi-tubi dengan kedatangan penagih utang dari Bank, di mana perjanjian utang mendiang Ayahnya ketika hendak memulai bisnis dan gagal, meninggalkan utang yang belum sempat dibayar. Rumah warisan kedua orang tuanya itu pun terpaksa melayang di ambil untuk utang tersebut di usianya yang tepat ke 18 tahun.

Navia harus pergi ke mana? Harus menemui siapa? Apakah dia memang harus hidup menjadi gelandangan? Sementara dia hanya punya izasah SMP karena itu adalah tahun terakhirnya di SMA.

Tapi ... Siapa yang mengira jika karena hal itu, adalah takdir yang akan mempertemukannya dengan seorang pria yang tidak pernah ditemuinya, yang telah membeli rumah orang tuanya dan tiba-tiba saja mengajaknya menikah.

Siapakah pria itu?

“Menikah?” Navia menatap kaget pada pria yang duduk di sebelahnya. “Kenapa harus menikah?”

“Karena mustahil kita tinggal serumah tanpa sebuah ikatan resmi. Kau dan aku tidak ada hubungan darah, dari dekat atau dari jauh,” jawab pria itu serius.

“Tapi aku tak mau. Nanti pasti semua orang tau pernikahan kita dan aku pasti dikeluarkan dari sekolah,” ujar Navia mengutarakan keberatannya dan kenapa dia menolak.

“Tidak akan ada yang tahu. Kau dan aku akan menikah di kota, setelah itu kau dan aku akan tinggal di rumahku--maksudku bekas rumahmu di sini. Semua akan aku urus, kau tenang saja.”

“Aku belum siap punya suami dan aku juga belum siap melakukan ...,” Navia tampak ragu mengatakannya.

Pria itu kini menatap tajam pada Navia. “Kaupikir aku menikahimu cuma untuk melakukan hal itu? Aku tak tertarik sedikitpun padamu.”

Navia menatap gamang pada pria itu sembari berpikir seribu kali. Apakah jalan satu-satunya adalah menikah dengannya, supaya bisa tetap tinggal di rumah mendiang kedua orang tuanya tersebut?

🕳*****🕳

Gimana? Lanjut atau nggak ini?
Maaf ya, udah lama banget gk up di sini. Mulai hari ini insha Allah akan aktif lagi. Perlahan² tapi jhehe
Pasti readers lama juga udah lupa ama thorbal ini 😁


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro