Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

enambelas: [Lucu]

Author's POV

Sudah tiga hari Laura berada di rumah sakit dan Pangeran juga belum muncul sama sekali. Satu hal yang Laura tahu, Pangeran menemaninya saat pertama kali di larikan ke rumah sakit. Lalu pulang sesaat setelah mendengar Laura akan di pindahkan ke ruang inap.

Laura menatap jendela dengan tatapan datar. Kemana temannya itu, padahal Laura ingin sekali memakinya dengan keras karena tidak mendengarkan ucapan Laura mengenai jangan pacari cabe-cabean.

Revan dari tadi sibuk dengan perlengkapan makan Laura membuat Laura memalingkan wajahnya ke arah Revan.

*.*.*

Laura's POV

Gue abis ngelamunin kepala gundik alias Pangeran buluk. Terus dari tadi Kak Revan berisik banget kaya mau tawuran. Ternyata lagi nyiapin gue makanan.

Ganteng banget asli Kak Revan kalo lagi serius. Gue jadi merasa bersalah sama dia, harus ngeladenin gue yang lagi ga bisa gerak gini.

Makasih ya, Clara. Di balik bencana yang lo buat, ada hikmah dibaliknya. Yaiya, Kak Revan cintaku.

"Kak..." Gue panggil aja gitu. Dia langsung noleh terus natap gue kaya nanya gitu.

"Laura bagi kakak itu apa?" Mulut gue ga bisa ke rem serius. Pen terjun kalo cuma di jawab anaknya bos kakak.

Dia senyum dong. Tapi gak bales pertanyaan gue. Gue nunduk karena apa? Ya karena malu, masa ngantuk. Kocak.

Gue sama dia, sama-sam diem gak ngomong karena gue gatau apa yang pengen di omongin setelah melontarkan pertanyaan bego kaya gitu. Malu sendiri kan.

Dia nyodorin makanan yang tadi udah dia siapin gitu, terus gue terima aja dengan senang hati. Sebelum gue terima, dia megang tempat makannya sampai gue ngeliat dia juga.

Gue ngeliat dia secara refleks karena kotak makan gue di tahan sama dia, padahal gue mau ambil.

Kita tatap-tatapan, gue deg-deg serrr. Udah lama ga deg-degan gini anjay. Terus dia senyum gitu kan. Gue diem aja karena bingung ini hamba Tuhan kenapa.

"Kamu itu terlalu spesial di mata Kakak, sampe Kakak takut banget kamu kenapa-napa."

'Blush'

Anjay! Malu gue. Gue langsung senyam-senyum persis pasien RSJ. Terus dia makin manis senyumnya, gimana dong. Laura gak kuat.

Terus dia ngeletakin kotak makan gue di meja kecil di depan gue, terus ngacak-ngacak rambut gue yg belom keramas tiga hari ini.

Dia mau nyium kepala gue gitu, cuma gue larang.

"Jangan Kak! Aku belom keramas 3 hari..." Gue menjauh dari Kak Revan karena tar dia malah main nyosor, terus nyium bau rambut gue yang astaganaga ini bisa luntur cinta dia ke gue.

"Mau keramas? Kakak bantuin." Dia bukannya jawab iya aja kek, malah nawarin gue buat keramas.

Tapi begonya gue, gue ngangguk aja. Yaudah sih, namanya gue gerah ya. Jadi karena gue masih berinfus dan ga bisa gerak. Dia yang bawa baskom dengan banyak air gitu ke tempat tidur.

Agak lama sesi keramasnya, tapi gue bahagia banget ngeliat muka doi serius. Walaupun masih sedih karena si bangsat Pangeran malah ga muncul-muncul.

Emang Pangeran namanya doang yang bagus, orangnya ga ada bagus-bagusnya sama sekali. Maaf ya Pang. Lo gue end.

*.*.*

Author's POV

'Cklek'

Andrico membuka pintu kamar rawat inap Laura dan melihat pemandangan Revan yang tengah mengeringkan rambut Laura menggunakan handuk kecil.

Membuat Andrico, sebagai ayah dari Laura merasa senang sekaligus sedih. Sedih karena anaknya sudah beranjak dewasa, memiliki paras cantik dan sebentar lagi cintanya tak hanya untuk Andrico melainkan untuk kekasihnya.

Senang karena selain Pangeran, Revan juga selalu ada untuk Laura. Yang Andrico tahu, mereka berdua adalah orang yang baik untuk putrinya yang paling baik ini.

"Heh! Enak banget mesra-mesraan ini dua sejoli..." Andrico terkekeh melihat Revan mendadak kaku dan Laura yang mencibir Ayahnya sendiri.

"Heh itu bibir, mau Papa ganti sama bibirnya bebek?" tanya Andrico pada Laura yang langsung menatapnya sebal.

"Papa ganggu moment aku tau gak?! Eh..." Laura malah dengan tak langsung mengatakan bahwa dia menikmati momentnya dengan Revan saat ini.

Revan dan Andrico tatap-tatapan. Revan yang speechless dengan kata-kata Laura dan Andrico yang tak menyangka bahwa anaknya akan seblak-blakan itu pada lelaki.

"Ra, gengsi dulu kek. Ini langsung nyablak aja. Heran gue." Ucap Andrico sambil menggelengkan kepalanya, heran kenapa anaknya ini cantik-cantik terlampau nyablak ini.

"Ya ngapain pake kode-kode gengsi, aku bukan anak pramuka! Aku anak Andrico!" Laura menatap Andrico sengit. Andrico hanya bisa mengusap mukanya lelah. Salah ia mendidik Laura terlalu jujur seperti ini.

Revan yang berada di belakang Laura hanya terkekeh geli mendengar perbedatan tidak penting anak beranak ini.

"Yaudah! Aku mau sushi!" Laura mengalihkan pembicaraan yang akan berakhir ini dengan permintaan acaknya.

"Kamu kan lagi sakit Ra, masa makan sushi?" tanya Andrico bingung. Laura menatapnya aneh.

"Yang sakit kan kaki Laura, kenapa ga di bolehin makan Sushi deh? Emang perut Laura ikut bermasalah?" tanya Laura sewot. Andrico tidak bisa mendebat Laura sama sekali.

"Bentar Papa pesen." Ucap Andrico final. Laura berteriak kegirangan.

"Yang banyak, aku gamau kalo gak kenyang." Laura tersenyum lebar menatap Andrico.

"Loh Ra, kan kamu baru abis makan?" Revan menatap Laura aneh. Laura mendadak diam, Andrico terkekeh.

"Lah Revan, kamu baru kenal Laura apa gimana sih? Porsi makan tubuh sekecil itu sama dengan porsi makan dua kuli kali." Ejek Andrico. Revan tertawa mendengarnya.

"PAPA IS!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro