Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

duapuluh 5 : [lah, berubah?]

Author's POV

'Tring'

Laura melihat notifikasi ditelponnya saat sedang asyik-asyiknya menonton drama bersama Pangeran. Sore hari itu, mereka habis kan dengan menonton drama korea yang Laura pilih. Pangeran yang juga memiliki selera yang sama juga ikut menikmati drama yang disuguhkan.

"Anjrit! Gue ada PR!" pekik Laura tak sadar. Pangeran merebut telponnya dan melihat isi chat grup kelas Laura.

"Alah, ini mah gampang Ra! Gue ajarin sini." Tawar Pangeran pada Laura yang memicingkan matanya tak terima.

Pangeran ini memang serba bisa. Bisa basket, bisa naik motor, bisa pelajaran sekolah, bisa punya teman banyak, bisa juga bikin Laura naik darah. Point terakhir adalah andalan Pangeran nomer satu.

"Gue tau Pang, lo pinter. Tapi jangan bilang gampang juga kali!" protes Laura pada Pangeran yang menatapnya kelakar.

Pangeran memang suka pamer kalau bersama Laura. Seakan-akan bahan untuk pamernya tak pernah habis. Seru sekali melihat wajah iri nan dengki milik Laura. Wajahnya Laura itu happy teraphy untuk Pangeran kalau lagi gundah gulana.

"Oiya, lupa gue. Enggak boleh pamer depan orang bego 'kan Ra? Nanti dia iri, terus gue disantet? Wah serem!" ejek Pangeran sambil melihat ke arah Laura yang sudah panas mendengar tuturan darinya.

"Gue sambit juga lo pake ni tempat berondong jagung!" pekik Laura kesal. Pangeran terkekeh dan mengambilkan buku paket yang akan ia ajarkan pada Laura.

"Nih, buka halaman yang mau lo kerjain." Suruh Pangeran. Ajaibnya Laura membuka halaman yang akan ia kerjakan.

Pangeran duduk di depan dan menatap Laura sibuk membuka buku. Pangeran sadar bahwa temannya ini ternyata manis sekali. Tiba-tiba ponsel Pangeran berdering kencang dan menginterupsi dirinya.

'Tring tring tring'

Pangeran mengangkat ponselnya. Ternyata Clara yang menelpon. Laura juga sudah melihat siapa yang sedang menelpon Pangeran. Namun bukannya melipir, Pangeran malah mengangkat telpon Clara di depan Laura.

"Halo...." sapa Pangeran pada Clara di sebrang sana.

"Halo Pangeran, kamu di mana? Jalan yuk?" tanya Clara meminta persejutuan dari Pangeran.

"Maaf Clar, aku lagi sibuk membangun masa depan yang cerah dengan belajar yang rajin. Udah ya, aku matiin. Bye!"

Pangeran seketika mematikan sambungan telponnya dan Clara begitu saja. Laura menatap Pangeran kesal.

'Plak'

Laura memukul kepala Pangeran dengan buku yang sedang ia pegang. Tak lupa hidung yang kembang kempis karena puas sudah melampiaskan kekesalannya.

"Dosa lo Pangeran! Bohong aja kerja lo, Pang. Pantes aja semua gundik-gundik lo pada alergi sama gue, ternyata ketua gengnya begini. Dosa besar lo!" pekik Laura tak menyangka bahwa temannya yang ia kira suci itu tukang bohong.

"Sakit anjrot. Ini kepala gue lo kira samsak? Main geplak aja!" protes Pangeran karena Laura memukulnya tak kira-kira.

"Ya lo juga! Kenapa bohong sih? Nanti dia makin dengki ama gue!" curhat Laura ingin menangis. Pangeran menatapnya jengah.

"Lebay lo! Lagi pula siapa yang bohong. Sekarang lo lagi megang apa?" tanya Pangeran pada Laura yang sedang dilema.

"Buku?" tanya Laura heran. Pangeran mengangguk.

"Buku yang lo pegang buat apa?"

"Belajar lah oon, masa buat nyembah berhala?!" teriak Laura kesal. Pangeran juga bukan main kesalnya karena mendengar teriakan Laura.

"Terus lo pikir, lo bisa jawab tu buku tanpa adanya bimbingan? Belajar goib lo?" tanya Pangeran keki, Laura menatap Pangeran sinis.

"Cih! Mentang-mentang lo pinter. Semena-mena bawa nama gue yang bego ini!" jawab Laura tak mau kalah.

"Idih, siapa yang bawa nama lo? Gue juga ikutan belajar dong kalo ngajarin lo. Gue juga belom masuk bab itu, minggu depan baru belajar." Jelas Pangeran sambil terkekeh.

"TERUS KENAPA LO MALAH NGAJARIN GUE, KALO LO BELUM BELAJAR MALIH?!" teriak Laura keras. Pangeran menutup telinganya karena suara lantang Laura.

"Ya emang ngajarin harus berpengalaman dulu?" tanya Pangeran polos.

"Lo pikir, orang gak bisa baca, ngajarin anak SD baca. Tu anak SD mendadak jenius?" cibir Laura. Pangeran tertawa, tapi tetap melihat buku Laura sebentar.

"Sorry Ra. Aturan kaya gitu, enggak berlaku buat otak gue. Jawab nih nomer satu, pake rumus yang ini." Suruh Pangeran langsung. Laura menatapnya antara percaya dengan tidak. Laura masih tetap diam.

"Sini gue jelasin. Kalau Bab ini, lo harus setarain senyawanya dulu. Kaya gini nih. Terus baru lo kurangin...." Pangeran menjelaskan secara perlahan sambil melihat buku. Laura tak percaya melihat kejeniusan Pangeran yang baru ini ia keluarkan.

"Gue kira otak lo, lo simpen atau tinggal di rumah selama ini. Tapi ternyat otak lo di bawa juga ya?" Celetuk Laura tak sadar. Pangeran tertawa.

"Jadi orang bego itu, lebih natural. Daripada jadi orang serba tahu. Tapi kalo lo, begonya gausah di buat-buat emang bego beneran sih,"

"Bangke lo!"

Akhirnya Laura berhasil mengerjakan PR Kimianya dengan mudah berkat bantuan Pangeran. Pangeran memang menyukai pelajaran Kimia sejak SMP. Jadi untuknya, Kimia adalah sesuatu yang menarik.

"Gue pulang dah, Ra!" kata Pangeran sambil mengambil tasnya. Pangeran berdiri dari duduknya. Ia merasa harus pulang karena sudah malam.

Laura menatapnya tidak ikhlas. Ia tak mau Pangeran cepat-cepat pulang. Ia merajuk dan menahan pergerakan Pangeran.

"Jangan dong, sini aja sampai jam sembilan! Lo 'kan baru pertama kali juga masuk rumah gue!" sungut Laura dan menggelengkan kepalanya.

"Ya masih ada besok 'kan, bokap lo udah oke kalau gue main sama lo di rumah. Asal ada dia aja." Jelas Pangeran sambil mengeluarkan tangannya dari genggaman Laura.

"Gue tapi masih mau main, sama elo...." Laura mengerucutkan bibirnya, Pangeran masih kukuh untuk pulang.

"Besok pulang sekolah gue izin deh, ke Bokap lo. Gue ajakin lo jalan," pujuk Pangeran karena tak tega melihat Laura merajuk.

Akhrinya Laura terpaksa mengiyakan perkataan Pangeran. Pangeran pun akhirnya berjalan keluar dari kamar Laura. Andrico yang tengah menyiapkan makan malam untuk mereka bertiga.

"Om, Saya mau pulang dulu ya...." pamit Pangeran. Andrico melihat Pangeran yang sudah rapi ingin pulang dengan tatapan heran.

"Kok jam segini udah pulang? Makan dulu. Om buatin makanan nih. Mubazir...." Pangeran yang mendapatkan perhatian dari Andrico mendadak canggung. Biasanya Andrico segalak security club yang tahu bahwa kamu masih di bawah umur. Namun sekarang Andrico mendadak seperti security bank yang ramah dan pengertian.

"Eeee...." hanya kata itu lah yang dapat dikeluarkan oleh Pangeran. Andrico menatap Pangeran aneh sementara Pangeran masih terkejut karena perbedaan sikap Andrico yang mendadak.

"Sana, ke kamar Laura lagi. Biar Om bawain ke sana. Kita makan bareng di kamar Laura." Kata Andrico sambil membereskan makanan yang harus ia bawa ke atas.

"Kalo gitu, Saya bantuin aja Om," tawar Pangeran dan ikut membawa apa saja yang diperlukan untuk di atas.

Akhirnya mereka berdua naik ke atas dan menemui Laura yang tengah membereskan buku untuknya besok.

'Ceklek'

"Laura, makan dulu...."

Laura menatap Pangeran aneh. Ia kira Pangeran sudah lama pulang. Namun ternyata tidak, Pangeran masih berdiri kaku di pintu karena Andrico menahannya untuk pulang.

Laura tertawa karena wajah Pangeran yang campur aduk. Andrico menatap anak perempuannya itu heran. Sementara Pangeran yang sadar diketawai hanya dapat menatap Laura sebal.

"Kamu kenapa bisa sih, mau temenan sama Laura yang kurang normal begini?" tanya Andrico tiba-tiba. Laura yang mendengar kalimat menyebalkan itu membulatkan matanya.

"Papa! Bisa-bisanya ya?!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro