Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🌙 Chapter 5: Masa Orentasi Siswa

Hari pertama MOS di SMA Bina Bangsa dimulai dengan semangat yang bercampur aduk di antara para siswa dan siswi baru. Aku merasa campur aduk antara gugup dan antusias. Sejak tiba di sekolah, suasana pagi yang cerah dengan langit biru dan gemerlapnya kehidupan para murid baru menambah semangatku. Aku langsung disambut dengan kegilaan Normal yang tak pernah absen dari tingkah kocaknya.

"Sini cepetan, Sa!  Gak usah lelet gitu kek siput!" teriak Normal sambil melambaikan tangannya dengan semangat yang berlebihan.

Aku hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum. Normal, nama yang sangat ironis untuk seorang anak yang tingkah lakunya agak jauh beda dengan seorang anak yang biasa-biasa saja, bahkan jauh dari kata normal yang tidak sesuai dengan orangnya.

Sementara, Mentari, sahabatku yang periang duduk di depan gerbang sekolah dengan senyuman lebar, yang tak pernah pudar dari bibirnya. Ia selalu berhasil membuatku merasa tenang dan dadaku berdebar kencang saat menatapnya, meskipun ada begitu banyak kegaduhan di sekitar.

Setelah aku berhasil menyamakan langkah dengan Normal, yang tidak pernah bosan membuat diriku sakit kepala. Bel pelajaran pun berbunyi, memaksa kami untuk berbaris di lapangan yang diatur oleh kakak kelas. Mereka pun meminta kami untuk mengeluarkan makanan dan minuman dengan kode tertentu, yang sudah ditentukan untuk masing-masing siswa dan siswi.

Saat itu, aku hampir saja terjatuh karena tertawa terlalu keras melihat beberapa siswa yang salah membawa makanan dan minuman, Normal adalah contoh terbaiknya. Ia diminta untuk membawa makanan dengan kode 'makanan yang bisa bikin kuat', tapi dia malah membawa sepuluh ikat sayur bayam.

Alasannya? Karena dia terinspirasi dari karakter dalam animasi khas Negara Amerika yang bisa jadi kuat setelah makan bayam. Cara Normal menjelaskan ke kakak kelas dengan wajah tanpa dosa dan ditambah dengan senyuman yang menyebalkan, membuat kami semua tertawa sampai terpingkal-pingkal.

"Ya ampun, Mal! Buat apa bayam segambreng ini?" ejekku di tengah tawa.

"Kan, katanya membawa makanan yang bisa bikin kuat, Sa!" balas Normal dengan seriusnya, sambil menunjuk-nunjuk ikat sayur bayamnya yang sekarang menjadi pusat perhatian semua siswa termasuk para guru.

"Iya, tapi gak bayam juga kali," bisiku pelan sambil menggelengkan kepala. Heran kenapa aku bisa betah berteman dengan makhluk yang satu ini.

"Yahh, mana aku tahu kalau itu biskuat, aku gak kayak kamu, Sa. Yang hobinya rebahan sambil nonton televisi bahkan sampai hafal di luar kepala, semua jadwal yang ada di saluran televisi," balas Normal dengan wajah memelas dan diikuti dengan mata berkaca-kaca, yang membuat orang melihat merasa ingin muntah.

Setelah itu, ada lagi yang salah membawa minuman dan tidak sesuai dengan kode miliknya. Seperti seorang siswa yang bernama Langit, ia disuruh membawa minuman "yang bisa membuat tubuh tumbuh ke atas, bukan ke samping" bukannya membawa sekotak susu milo, ia malah membawa satu dus coca-cola.

Langit dengan wajah polosnya berkata bahwa meminum coca-cola bisa membuat tubuhnya tumbuh ke atas, mengingat kandungan kafein dan gula yang ada di dalam minuman memberi energi ekstra. Saat Langit menunjukkan minuman miliknya kepada kakak kelas yang memimpin MOS, reaksi kakak kelas itu langsung membuat seluruh siswa baru tertawa terbahak-bahak.

Kakak kelas, yang biasanya serius dan tegas itu terkekeh pelan sambil menggelengkan kepala heran. "Langit, ini bukan minuman yang kakak maksud, tapi yang bisa membuat tubuhmu tumbuh ke atas secara bertahap bukan karena kandungan gula dan kafeinnya," jelas kakak kelas tersebut sambil mencoba menahan tawa.

Langit hanya mengangguk sebagai jawaban tanda mengerti, tetapi senyumnya tidak pernah hilang. "Maaf ya, Kakak! Aku pikir minuman ini bisa membantuku untuk tumbuh lebih tinggi lagi" ucap Langit dengan polos.

Kami semua terus tertawa sampai perut sakit, dan suasana tegang MOS langsung terasa lebih santai. Kakak kelas yang tadinya terlihat begitu galak pun ikut tersenyum melihat kekacauan yang kami ciptakan. Itulah momen pertama di mana kami merasakan bahwa meskipun MOS penuh dengan aturan dan disiplin, tapi juga ada ruang untuk tertawa dan bersenang-senang.

Setelah makanan dan minuman diselesaikan dengan segala kekonyolan yang terjadi, kami diarahkan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan lainnya. Mulai dari ice-breaking yang membuat kami lebih akrab satu sama lain, hingga permainan tim yang menguji kekompakan dan kerjasama. Normal, dengan energinya yang tak pernah habis, selalu menjadi pendorong semangat di antara kami. Sedangkan Mentari, siswi yang selalu tenang, memberikan arahan dan bimbingan kepada kami yang masih agak bingung dengan dinamika sekolah baru ini.

Di tengah-tengah kegiatan, kami juga tidak luput dari intrik dan kekacauan kecil yang sering terjadi di antara para siswa baru. Ada saja kelucuan yang terjadi, mulai dari kehilangan arah saat mengikuti petunjuk, hingga baju seragam yang terbalik karena kecerobohan sendiri. Tapi semua itu hanya menambah warna dalam pengalaman MOS kami.

Kak Galaksi, yang awalnya terkenal galak dan disiplin, ternyata memiliki sisi humor yang tak terduga. Setiap kali ada yang membuat kesalahan kecil, ia selalu menemukan cara untuk mengubahnya menjadi momen lucu yang membuat kami tertawa bersama. Mungkin itu salah satu strategi agar kami tidak terlalu tegang dan bisa lebih santai dalam menghadapi masa-masa baru ini.

Pada sore hari, setelah sejumlah kegiatan selesai, kami berkumpul di bawah pohon rindang di halaman sekolah. Udara senja yang sejuk membuat kami lebih nyaman untuk duduk bersama dan berbagi cerita. Kami saling bercerita tentang pengalaman masing-masing selama hari pertama MOS. Mulai dari kekonyolan yang kami lakukan, hingga tantangan-tantangan yang berhasil kami lewati bersama.

Mentari sambil melipat-lipat kertas MOS yang diberikan, menatapku dengan mata berbinar. "Kita pasti akan melewati semua ini bersama, ya, Sa?"

Aku mengangguk mantap. "Tentu saja, kita tim yang hebat!"

Kami saling berpegangan tangan, merasa lebih kuat dan lebih siap untuk menghadapi hari-hari mendatang di SMA Bina Bangsa ini. Meskipun masih banyak yang harus kami pelajari dan alami, tapi kami yakin bahwa dengan persahabatan yang kami bangun sejak hari pertama ini, kami bisa melalui semuanya dengan baik.

Hari pertama MOS berakhir dengan kebersamaan dan rasa persaudaraan yang menghangatkan hati. Kami belajar bahwa MOS bukan hanya tentang aturan dan disiplin, tapi juga tentang persahabatan dan keceriaan dalam menjalani masa-masa baru di sekolah. Dan tentu saja, tidak lupa tentang segambreng bayam yang berhasil dibawa oleh Normal, yang akan menjadi legenda kekonyolan di SMA Bina Bangsa.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro