Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Vanilla

~ Keesokan hari ~

"Kamu mau ke kantin?" Tanya Kagami menoleh ke belakang.

"Tidak, Kagami-kun. Aku sudah beli roti dan susu tadi pagi," Kuroko menunjuk dua benda yang di sebutkan di meja.

"Tunggu kami. Kami tidak akan lama. Ayo," Ucap Ogiwara cepat dan langsung keluar cepat.

"O-oi! Tunggu!" Susul Kagami.

Memutar mata malas, Kuroko membaca buku pelajaran berikutnya, mau tidak mau menghabiskan waktu sambil menunggu mereka membeli makanan.

HUUSSS.....

Angin menembus jendela di samping tempat duduk Kuroko tersingkap memperlihatkan hari siang dengan langit biru di sertai bayang-bayang awan mengikuti. Serbuan serbuk bunga dandelion melayang indah mengalun kanan-kiri sampai terjatuh ke tanah lembut. Sorot mata Kuroko teduh melihatnya.

Terdengar suara di pinggir lapangan sampai ke telinga Kuroko. Jarak antara kelas dan lapangan sekitar lima meter sehingga suara-suara timbul di lapangan bisa di dengar dari kelasnya. Entah beruntung atau tidak, hanya kelas Kuroko dekat dengan lapangan karena berada di ujung koridor. Sedangkan kelas lain bersebrangan dengan ruang staf guru dan tata usaha.

"Aomine-sama keren. Benar?"

"Yup. Kise-kun lebih cakep,"

"Tentu saja Midorima-sama lebih berwibawa dari mereka,"

"Tidak. Aku tidak setuju dengan pendapatmu,"

"Aku juga,"

"Itu memang benar kok,"

"Sudahlah, jangan mempeributkan ini. Nanti kalau terdengar dengan Ketua Osis bagaimana? Masih ingat dengan peraturan yang sudah di tetapkan minggu lalu, kan? Yang penting kalian bisa mengagumi idola kalian dari dekat,"

"Ah, itu benar."

Empat perempuan berdiri di tepi lapangan menatap ke arah lapangan luas. Bukan pasir yang di kagumi namun membicarakan sekelompok lelaki sedang berlari berkeliling lapangan.

Kuroko melihat ada orang baru di kenalnya beberapa hari terakhir di kelompok itu. Aomine berada paling depan barisan lari di ikuti Kise di belakang. Mereka berdua berlomba menjadi juara pertama. Terkadang Aomine yang maju tetapi di serobot Kise. Begitu juga sebaliknya. Lontaran kata tak terhitung jumlahnya keluar dari mulut mereka seakan tidak merasakan capek karena berlari dan berbicara sekaligus. Midorima yang paling tenang di barisan ketiga hanya mendengus tidak suka terhadap sikap kekanakan kedua temannya. Kuroko menyipit tajam memfokuskan benda yang di pegang di telapak tangan Midorima. Sebuah kotak pensil berbentuk mobil polisi antik masih terpegang erat tanpa terjatuh.

Kuroko tidak heran dengan sikap mereka cukup---aneh dan unik karena sudah di prediksi samar dari awal pertemuan. Kuroko menganggap mereka teman tetapi ragu jika mereka mengakui dirinya. Kepribadian tertutup di tambah hawa keberadaan tipis yang dimiliki membuat dirinya tidak mempunyai teman selain Ogiwara dan Kagami. Rasa rendah diri menyergap dalam melepuh meriak. Sebelum berpikiran jauh, Kagami menepuk pundak Kuroko.

"Hei!" Ucap Kagami bersemangat.

"Jangan mengagetkan orang lain, Kagami-kun," Kagami mengangkat bahu acuh. Kuroko mengalihkan pandangan ke arah Kagami dan Ogiwara sudah datang.

"Ada apa Kuroko?" Ogiwara menaikkan alis mata tertekuk.

"Tidak apa-apa. Ayo kita makan sebelum bel masuk," Kuroko mengalihkan pembicaraan. Tidak mau membuat sahabatnya khawatir dengan masalah sepele barusan di rasakannya. Paham dengan kode tersebut, Ogiwara memaklumi sikap pasif Kuroko.

"Nih, ambil." Kagami melempar sandwich ke arah Kuroko. Tidak ingin benda itu terjatuh tercampur partikel debu, Kuroko menangkap gesit.

"Tidak perlu. Ini sudah lebih dari cukup," Tolak Kuroko mengulurkan kembali sandwich yang barusan di lempar.

"Makan saja Kuroko," Ucap Ogiwara sambil makan nikmat.

"Tapi Ogiwara-kun, aku tidak bisa makan lebih dari kapasitas," Elak Kuroko tegas.

"Vanilla milkshakes," Cetus Kagami tiba-tiba. Kuroko tersetak. Perasaan senang ketika cepat mengetahui apa maksud Kagami. Namun balasannya harus makan lebih dari biasanya.

"Ya, aku setuju," Balas Ogiwara mengangguk cepat.

Berpikir beberapa saat, Kuroko menyetujui mereka, "Baik. Tapi aku mau dua gelas premium,"

"Sip," Ucap Kagami mengacungkan jari jempol ke arahnya.

Dalam hati, Kuroko harus rela makan dengan dua roti sampai habis. Nelangsa dilema merayap hatinya. Tetapi saat mendapatkan traktiran minuman favoritnya---dengan dua gelas itu rasa bahagia akan di dapatkannya nanti membuat hati gembira walau tidak di impletasikan secara langsung. Hanya ekspresi datar namun tersirat senyuman tipis. Kuroko tahu apa penyebab salah satu yang favorit di sukai telah diketahui Kagami. Tanpa perlu bertanya, jawaban tersebut berasal dari sahabatnya, Ogiwara. Senang mengetahui ada orang selain Ogiwara yang perhatian dengan dirinya.

(***___***)

"Terima kasih atas traktirannya," Kuroko membungkuk sebagai balasannya.

"Ah, tidak perlu formal begitu Kuroko," Ucap Kagami mendengus geli. Ogiwara melihat itu tersenyum senang. Kuroko bangkit dan mulai berjalan ke arah rumah.

Mereka bertiga---Kuroko, Ogiwara, dan Kagami melalu pergi dari Maji Burger, restoran cepat saji. Beberapa menit lalu Kuroko sudah mendapatkan vanila milkshakes dengan dua gelas sesuai kesepakatan saat di sekolah tadi.

Menenteng satu gelas di baluti plastik logo Maji Burger warna merah di tangan kiri sedangkan segelas satunya sudah di seruput pelan oleh Kuroko. Rasa manis vanila menyejukkan membuat Kuroko mengangguk polos bagaikan anak kecil mendapatkan mainan baru.

Kagami dan Ogiwara yang melihat tingkah polos Kuroko menggeleng tak percaya. Melihat ekspresi lain selain datar adalah sebuah keajaiban untuk mereka. Ogiwara sendiri tahu relasi antara Kuroko dan vanila milkshakes sejak dulu.

'Masih ada hal lain yang membuatnya senang,' batin Ogiwara menyetujui pemikirannya.

"Bukankah kalian latihan basket setelah pelajaran terakhir? Kenapa kalian pulang?" Ucap Kuroko tiba-tiba sambil melirik mereka. Kuroko bingung kenapa mereka pulang bersama dirinya. Kuroko senang bisa pulang dengan sahabatnya tetapi Kuroko penasaran dengan alasan mereka berdua.

Mereka bertiga berhenti di taman kota. Ada beberapa orang yang berada di sana. Taman yang berbentuk persegi dengan panjang 100 x 100 meter persegi. Cukup luas untuk di tempati lebih dari dua puluh orang. Pohon pinus dengan tinggi sepuluh meter tersebar di empat sudut lapangan. Rumput hijau cerah melingkupi seluruh taman. Kicauan burung masih terdengar indah. Beberapa tempat duduk di tempatkan di posisi berbeda. Udara sejuk sekaligus dingin mengalir di sekitarnya karena sudah sore.

"A-ah, itu bagaimana ya menjelaskannya." Tawa Kagami gugup memegang kepala belakang.
Kuroko tetap menunggu jawaban mereka.

"Kita libur latihan karena kapten ada urusan," Ucap Ogiwara cuek tidak peduli. Mendengar jawaban singkat di berikan terkesan malas membuat Kuroko menatap Ogiwara intens.

Ogiwara merasakan dirinya di amati oleh Kuroko. Menghela napas lelah Ogiwara menjawab, "Tidak apa-apa Kuroko. Justru senang bisa sehari tidak bertemu 'mereka', ya kan Kagami?" Ogiwara melirik Kagami menuntut persetujuan. Penekanan kata 'mereka' terdengar jelas di telinga Kuroko.

"Y-ya itu benar. Bisa bebas dari latihan sadis dari kapten bagaikan neraka," Sambung Kagami jujur dan mengangkat kedua tangan pose peace.

"Humm begitu," Kuroko mengangguk sekilas. Tidak ingin mencampuri urusan sahabatnya. Kuroko tahu Ogiwara dan Kagami menyembunyikan sesuatu. Apalagi Ogiwara mengucapkan sesuatu dengan malas dan jarang di temui seperti sekarang. Kuroko akan menunggu untuk mendengarkan cerita langsung dari mulut Ogiwara sendiri. Tidak bisa di paksakan karena akan berakibat buruk terjadi.

"Aku mau ke supermarket dulu. Bahan makanan di rumah menipis. Kalian bisa pulang duluan," Ucap Kuroko melihat ke depan. Ada supermarket di dekat taman.

"Kalau begitu aku ikut, Kuroko." Sahut Ogiwara mengangguk semangat. Melupakan ketegangan sesaat meliputi tiga sejoli tersebut.

"Aku juga," Ucap Kagami tak kalah semangat.

"Tapi bukankah kamu mau bertemu pelatih mu?" Sanggah Ogiwara melirik Kagami yang mulai pucat pasi.

"Oh iya! Aku pulang duluan," Ucap Kagami dengan sebelah tangan terangkat sebentar lalu berbalik pergi. Kuroko dan Ogiwara hanya melihat dengan mengangguk sebagai balasan.

"Kagami itu. Sifat pelupa nya muncul di saat tidak tepat," Ogiwara sweatdrop di tempat.

"Kalian berdua sudah saling akrab ya," Kuroko melirik Ogiwara diam.

Mendengar pertanyaan Kuroko menampikkan senyuman aneh. Tercetus ide di kepala Ogiwara dengan menjahili Kuroko.

"Iya dong~ Kamu cemburu?" ucap Ogiwara mennyentil dahi Kuroko.

"Cemburu? Pemikiran macam apa itu, Ogiwara-kun? Alangkah baiknya aku menghindar Ogiwara-kun supaya tidak terkena virus entah-apa-namanya yang membuat Ogiwara-kun aneh begini." Kuroko beranjak pergi meninggalkan Ogiwara. Tercetak senyuman jahil kecil di wajah Kuroko.

Ogiwara diam tak berkutik saat mendengar perkataan Kuroko. Tidak sadar dirinya terjebak perangkap sendiri.

"Kuroko!" Panggil Ogiwara memelas. Kuroko yang mendengarnya pura-pura tidak menyahut. Tidak mau di tinggalkan, Ogiwara menyusul Kuroko yang sudah berjalan di depan.

(***___***)

"Terima kasih sudah menemaniku belanja, Ogiwara-kun."

"Ah, sama-sama,"

Kuroko dan Ogiwara keluar dari supermarket. Ada dua kantong plastik putih bergelembung menunjukkan isi di dalamnya dan di pegang erat oleh Kuroko supaya tidak jatuh. Dua gelas vanila milkshakes sudah kandas begitu saja saat mengelilingi mencari bahan makanan.

"Kamu yakin tidak mau kubantu? Berat lho," Ucap Ogiwara sambil mencoba mengambil salah satu kantong putih yang di bawa Kuroko.

Kuroko berkelit menghindari Ogiwara, "Tidak perlu, Ogiwara-kun. Aku bisa membawa sendiri. Tidak terlalu berat kok,"

Lagi, Ogiwara menghela napas menghadapi keras kepala Kuroko. Bahu Ogiwara melorot tidak semangat.

Berjalan berdua di tengah malam di sambut bulan purnama bertengger di langit gelap. Suasana sunyi menghinggapi sepanjang blok perumahan. Beruntung rumah Kuroko dan Ogiwara berjarak beberapa blok rumah.

"Maaf ya, Ogiwara-kun. Membuatmu pulang terlambat karena menemani aku berbelanja," Ucap Kuroko memecahkan hening.

"Tidak apa-apa kok. Santai saja," Ogiwara cengir lebar.

BRUK

Suara sesuatu terjatuh di persimpangan kiri tempat berdua mau berbelok. Memandang satu sama lain, Kuroko dan Ogiwara mengangguk pelan dalam diam untuk melihat situasi yang terjadi.

Mengendap-ngendap tanpa menimbulkan suara berisik di timbulkan. Degup jantung berpacu cepat menahan takut melanda. Sampai di belokan, Kuroko dan Ogiwara membelalak tidak percaya dengan pemandangan di depannya.

~Setengah jam yang lalu~

"Hoi, Midorima," Panggil Aomine malas.

"Hump, ada apa?" Ucap Midorima membaca buku pengetahuan.

"Aku bosan," Erang Aomine menjadi.

Midorima menatap tajam Aomine, "Lebih baik kamu mengerjakan pr mu dari pada tiduran tidak jelas di sofa. Bukan berarti aku peduli denganmu. Hanya saja, kamu membuatku risih karena kehadiranmu di sini, nanodayo." Ucap Midorima panjang lebar.

Aomine yang mendengarnya hanya diam. Tidak marah dengan perkataan tajam di lontarkan Midorima. Tidak berpengaruh karena sudah kebal. Apalagi sifat tsundere di keluarkan.

"Ada tugas untukmu, Aomine-kun. Mungkin ini bisa menghilangkan rasa bosanmu," Perkataan tiba-tiba datang dari arah belakang Aomine.

Midorima mengalihkan pandangan dari bacaan buku. Aomine pun juga tergesa bangun menghadapi orang di belakangnya. Midorima melihat sepasang mata crimson menatap tegas dirinya dan Aomine.

'Diri yang lain rupanya,' Batin Midorima ambigu. Aomine tidak menyadari perubahan yang di maksud Midorima.

"Akashi? Benarkah itu?" Binar menghiasi wajah Aomine.

"Tentu saja. Tetapi akan bersama dengan partner. Setelah kejadian kemarin, kita tidak bisa gegabah menghadapi seorang diri," Ucap pemuda yang bernama 'Akashi'.

"Baiklah. Siapa dia?" Ucap Aomine malas. Padahal dirinya sendiri bisa pergi tanpa orang lain.

"Aku, Aominechhi!" Sahut Kise di belakang Akashi.

"Woi, kenapa kamu di belakang Akashi?" Ucap Aomine heran.

"Tidak apa-ssu. Memberi kejutan dong," Ucap Kise senang.

"Oke oke. Jangan membuatku susah nanti," Aomine memutar mata malas.

"Hidoiii~ Aominecchi! Aku kan kuat," Rajuk Kise menekuk wajah tak senang.

"Kamu memang kuat tetapi kamu yang paling lemah di antara kita," Aomine menambahkan.

"Kise-kun, Aomine-kun. Cukup perdebatan antara kalian. Cepat bersiap dan aku tunggu di depan rumah. Aku akan mengantar kalian untuk melihat perkembangan kalian dari jarak jauh. Mengerti?" Akashi memberi perintah secara langsung dan tegas.

"Mengerti!" Ucap Aomine dan Kise bersamaan. Midorima hanya diam tidak bergabung percakapan. Karena tahu dirinya belum waktunya diberikan tugas dari Akashi.

"Ingat, lakukan dengan baik tanpa ada kesalahan. Jangan melibatkan warga sipil atau lainnya. 'Pengganggu' berada satu kilometer dari sini. Jadi aku akan memberhentikan mobil setelah berjarak seratus meter. Nanti kalian akan berjalan kaki ke sana," Akashi menyetir mobil ke arah tujuan.

"Oke," Jawab singkat Aomine.

"Ya-ssu!" Balas Kise mengangguk cepat.

Mobil berhenti di tepi jalan. Sebuah perumahan terpampang jelas kanan dan kiri. Walau sudah malam, mereka bertiga tidak terganggu dengan kegelapan. Aomine dan Kise turun dari mobil. Kaca pintu mobil sebelah kiri terbuka memperlihatkan rupa Akashi.

"Musnahkan 'pengganggu' itu tanpa bekas. Kalian mengerti?" Akashi menatap mereka berdua tajam.

Aomine dan Kise mengangguk serius. Beberapa detik kemudian mereka berdua menghilang. Menutup kaca mobil, Akashi menyenderkan kepala ke belakang untuk berkonsentrasi memikirkan sesuatu. Akashi yakin mereka berdua bisa melaksanakan tugas yang di berikan tanpa dirinya membantu.

(***___***)

"Kalian di sini toh. Pengganggu," Aomine menatap tajam ke arah orang yang menyeramkan sekitar sepuluh orang lebih di depannya.

"Benar-ssu!" Sambung Kise serius.

Keadaan mereka di tengah jalan sepi. Tidak ada warga sipil berlalu-lalang di sini. Karena Kise sudah mengucapkan mantera dimana tempat yang sudah di sihir tidak akan bisa di lihat orang awam sekalipun dengan jarak tertentu. Hanya 'sebangsa' nya yang bisa melihat. Kerusakan terjadi saat pertarungan akan kembali ke semula ketika mantera di lepaskan. Semacam ilusi berbahaya dan beresiko.

Kembali, orang yang dibicarakan hanya diam tidak berkutik. Orang tersebut diam secara paksa karena terpengaruh mantera Kise tadi. Kelebihan mantera lain yaitu membuat lawannya tidak bisa berbicara. Kecuali jika mempunyai penangkal mantera ini. Mantera ini di sebut 'Nagareru'.

Terkunci tanpa bisa berbicara tidak membuat orang itu lantas bukan berarti tidak bisa melakukan apa pun. Mereka berlari ke arah Aomine dan Kise melakukan serangan. Melihat itu, Aomine menggerakkan bahu sampai terdengar suara 'krek' nyaring. Sedangkan Kise tersenyum menyeringai. Berposisi siaga, Aomine dan Kise membalas serangan mereka.

Dua orang datang ke arah Aomine. Orang pertama mencoba menendang kaki Aomine tetapi tidak bisa karena Aomine lebih cepat menendang ulu hati orang pertama sampai menembus dinding.

"Kieru," Gumam Aomine. Orang pertama tadi hilang tak berbekas. Orang kedua yang melihatnya mendecih tidak suka dan menyerang Aomine membabi buta. Yang lainnya juga menyerang Aomine dengan serangan mematikan.

Kise pun juga bernasib sama. Sudah beberapa orang di kalahkan dan bergumam mantra yang sama dengan di ucapkan Aomine. Menendang, menangkis, menghindar, bertahan dan rupanya Aomine sudah bosan sekarang.

"Membosankan," Aomine mengulurkan tangan kosong ke depan. Muncul kilatan angin tajam berpindah ke sisa 'pengganggu' tersebut. Yang terkena sayatan akan hilang juga seperti sebelumnya.

Sekarang hanya tinggal dua orang yang masih hidup. Tidak ingin membiarkan musuh kabur, mulai maju menghadapinya sebelum---

"Aomine-kun? Kise-kun?" Suara lembut terdengar di belakang namun terdengar tercekat. Saat menoleh Aomine dan Kise terkejut. Tidak percaya ada orang lain di sini.

~ Sekarang ~

"Tetsu/Kurokocchi!" Ucap Aomine dan Kise bersamaan. Rasa tidak percaya menghantui mereka sekarang.

Tidak menyadari musuh masih hidup, kedua orang itu maju melesat ke arah Kuroko dan Ogiwara. Ogiwara yang yang kaget langsung maju menghadang mereka. Tidak ingin Kuroko terkena namun kalah cepat. Kuroko dihadang musuh sendirian.

Kuroko merasakan takut luar biasa melingkupi dirinya. Orang di depannya menyeringai tajam ke arahnya dengan taring mencuat dari mulut orang tersebut. Tak sadar dirinya sudah menyilangkan kedua tangan untuk menghindari cakaran di terima. Naas, tangannya sekarang berdarah. Luka memanjang menghiasi lengan putih Kuroko.

"Ugh..." Ucap Kuroko sakit. Perutnya yang sekarang di jadikan sasaran. Sakit tidak terhingga di rasakan membuat Kuroko terjatuh dan bersandar di dinding.

"Kau! Jangan sakiti Kuroko!" Ucap Ogiwara langsung memukul wajah orang yang sudah menyakiti Kuroko.Sedangkan yang tadi sudah hilang entah kemana.

"O-ogi-wara-kun, cu-kup..." Ucap Kuroko kecil dan merintih pelan. Tidak di dengar Ogiwara karena Ogiwara sedang menghajar tidak ada ampun. Padahal orang yang di hajar sudah babak belur.

"U-uhuk uhuk," Kuroko terbatuk setelahnya.

Kuroko bingung dengan keadaan sekarang. Tidak tahu kenapa dirinya sudah sekarat seperti ini. Padahal tadi habis berbelanja dengan Ogiwara, masih tenang-tenang saja. Tetapi saat melihat pertarungan antara Kise dan Aomine dengan orang yang menyeramkan itu. Tidak habis pikir mengapa mereka berdua melakukannya. Siapa mereka? Ada apa dengan temanku? Ogiwara-kun juga, berhenti memukulnya.

Pusing mendera membuat Kuroko meringis sakit. Tangannya tidak bisa digerakkan dan tubuhnya menegang sakit.

Tap. Tap. Tap. Tap. Tap.

Tepukan kaki berjalan terdengar ribut di pendengaran Kuroko. Kuroko mencoba mendongak melihat orang yang sedang menuju dirinya. Tidak terlihat rupa wajahnya tetapi sepasang mata crimson menatap Kuroko dengan ekspresi datar dan sulit di artikan. Setelahnya Kuroko merasakan matanya memberat. Tidak bisa menahan lama, lingkungan sekitar menjadi gelap gulita.

@ To be Continue @

A/N:

*Kieru: Menghilang
*Nagareru: Hanyut

Doumo minna-san ^^) Bagaimana kabar kalian? Semoga kalian selalu baik. Aamiin *_*)

Apa masih ingat dengan fanfic abal dan gaje ini? #pundung
Maafkan saya jika saya update terlambat. Maaf membuat kalian menunggu ;(

Saya menulis chapter ini di saat mau ulangan semester lusa besok -_- Bukannya belajar tetapi malah mengetik chapter selanjutnya Tetapi tenang saja, saya memang harus menulisnya cepat karena ide sudah mengalir beberapa hari terakhir. Rencana mau update bulan depan saat selesai ulangan, namun rasanya tidak bisa. Dari pada terganggu terus-menerus akhirnya saya tulis. Semangat untuk semuanya yang akan ulangan nanti. Ganbatte >_<

Chapter mungkin agak gaje. Maafkan saya jika action nya kurang sekali. Saya memang tidak ahli dalam membuatnya. Maaf jika ada typo yang mengganggu, itu tidak bisa di hindari :(

Saya membuat project baru beberapa minggu yang lalu dengan judul 'New Friends' dengan pairing OC x GoM. Berminat baca? *blink-blink
Terima kasih telah memberikan vote dan review walau beberapa... Saya senang bisa mendapatkannya ^_^ Sekali terima kasih banyak Semoga chapter ini memuaskan minna ^^)

Tentu saja, saya tetap menunggu review berupa saran, kritikan, maupun flame yang membangun dari kalian :) ^_^

Sampai jumpa di chapter selanjutnya ^^)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro